Film berjudul My Annoying Brother, hasil remake dari film Korea Selatan memiliki judul yang sama telah diproduksi Lifelike Picture dan BASE Entertaiment. Adanya kecocokan cerita dengan budaya Indonesia menjadi alasan film ini diadaptasi kembali ke dalam versi Indonesia.
Menceritakan tentang Kemal, seorang mantan atlet judo yang kehilangan penglihatannya di sebuah pertandingan, hal ini dimanfaatkan oleh kakaknya, Jaya, seorang narapidana untuk mengajukan pembebasan bersyarat lebih awal dengan alasan mau merawat adiknya yang sebatang kara. Namun, setelah pulang ke rumah, Jaya hanya bermalas-malasan dan membuat masalah dengan Kemal.
Film ini memiliki banyak potensi, terutama dengan pemain-pemain utama seperti Angga Yunanda dan Vino G. Bastian, yang juga dikenal lewat perannya dalam film adaptasi Thailand Pee Mak.
Penampilan para aktor sangat berkesan, terutama akting Vino G. Bastian yang berhasil membuat penonton tersulut emosi dengan tingkah lakunya, serta akting Angga Yunanda yang luwes dan meyakinkan saat memerankan karakter Kemal, seorang yang buta.
Di awal cerita, Jaya (Vino) memang terlihat sangat menyebalkan, yang sempat membuat saya berhenti sejenak menonton untuk meredakan emosi.
Hal itu dimulai dari aksi Jaya yang mencuri uang sumbangan milik Kemal untuk kembali bekerja di dunia ilegal hingga membuatnya dipenjara, menjual keris pusaka keluarga untuk membeli motor, bahkan hampir menjual rumah mereka demi uang yang digunakan berfoya-foya.
Namun, di balik tingkahnya yang menyebalkan, Jaya perlahan-lahan mulai menunjukkan kasih sayangnya kepada Kemal. Komunikasi yang semakin lancar di antara mereka membuat Jaya berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Sebagai pelengkap dalam cerita, ada kisah romantis antara Kemal dan Amanda, pelatih judo Kemal, yang menambah kedalaman dalam alur film ini.
Selain itu, Fauzan (Kristo Immanuel), teman sekaligus lawan Jaya, hadir dengan tingkah absurdnya yang sukses mengundang tawa dan memberikan kontribusi penting dalam memperkuat elemen komedi dalam film.
Saya sebagai penonton dibawa masuk ke dalam sebuah fakta mengejutkan, ternyata Jaya dan Kemal memiliki ibu yang berbeda.
Fakta ini menjelaskan banyak hal tentang sikap dan tindakan Jaya selama ini, termasuk rasa cemburu, kemarahan yang dipendam, hingga sikap keras kepala yang kerap ia tunjukkan terhadap Kemal dan keluarga. Meskipun begitu, hubungan keluarga mereka tetap terasa hangat dan tulus.
Baca Juga: Review Film The Pope’s Exorcist
Ibu Kemal, meski bukan ibu kandung Jaya, tetap menyayanginya sepenuh hati layaknya anak sendiri. Hal ini memberikan lapisan emosional yang dalam pada cerita, memperlihatkan bahwa ikatan keluarga tidak selalu ditentukan oleh hubungan darah, tetapi juga oleh penerimaan, pengertian, dan kasih sayang yang tulus.
Meskipun terdapat beberapa adegan sedih yang menurut saya terasa agak dipaksakan, hal ini tidak mengurangi kekuatan keseluruhan dari film. Tetap berhasil menuai banyak pujian dari netizen berkat alur cerita yang menyentuh dan penampilan para aktor yang memikat.
Walaupun bukan film terbaru, My Annoying Brother masih layak ditonton. Cocok untuk dinikmati bersama keluarga karena mengisahkan hubungan sepasang kakak-beradik dengan kepribadian yang bertolak belakang, yang kerap kali memicu pertengkaran namun justru mempererat ikatan di antara mereka.
Lebih dari sekadar hiburan, film ini menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menghargai momen kebersamaan dengan orang-orang terdekat, karena kita tidak pernah tahu kapan waktu akan memisahkan kita dari mereka. Bisa jadi rekomen paling pas buat penikmat film keluarga yang dilapisi alur emosional dan plot twist tak terduga.
Baca Juga: Review Film: Pabrik Gula Full Movie, Teror Menegangkan yang Menguji Nyali
Rating: 8/10
Genre: Drama keluarga dan komedi
Durasi: 114 menit
Penulis: Ade Tia Humayroh
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News