Satu Rasa Sejuta Impian

UMKM
UMKM Es Tebu.

Pariaman bukan hanya terkenal dengan adanya upacara tabuik, tradisi pernikahan, uang jampuik, dan makanan khas Pariaman saja.

Melainkan Pariaman terkenal juga dengan wisatanya yang akhir-akhir ini banyak sekali didatangi oleh pengunjung dari dalam maupun luar kota. Tak heran banyak para pedagang-pedagang kecil yang berjualan di sekitar Pantai Gandoriah tersebut.

Ketika hari libur tiba, Pariaman menjadi salah satu tujuan bagi beberapa orang untuk menghabiskan waktu libur, sebab akses untuk ke Pariaman sangat mudah sekali semenjak adanya transportasi kereta api.

Di sekitaran terminal kereta api, banyak sekali pedagang yang menjual berbagai macam baik dari makanan, minuman, mainan anak, hingga aksesoris. Karena waktu itu Kota Pariaman panas, terlihat oleh saya sepasang  suami istri yang sedang mempersiapkan dagangannya yaitu es tebu.

Bacaan Lainnya

Karena cuaca yang mendukung, membuat saya ingin sekali minum es tebu untuk menghilangkan dahaga, kemudian saya hampirilah pasangan suami istri itu, ternyata penjual es tebu tersebut amat sangat ramah dan terbuka. Ibu Misdarti dan Bapak Marwazi namanya.

Mereka merupakan pasangan suami istri yang telah berjualan es tebu sejak tahun 2013, berjualan dari pagi hingga matahari mulai tenggelam. Jika dihitung sudah 13 tahun mereka berjualan di sekitaran terminal kereta api, tidak pernah berpindah tempat sekalipun.

Dahulu mereka memiliki 2 tempat jualan, satu lagi dikelola oleh anak laki-laki mereka. Namun ketika anaknya sudah berkeluarga dan mendapatkan pekerjaan lain, sehingga tidak berjualan es tebu lagi.

Baca Juga: Peluang dan Tantangan dalam Membangun Usaha UMKM

Sebelum berjualan es tebu, Ibu Misdarti hanya seorang ibu rumah tangga yang mengurus  rumah serta merawat kebun di depan halaman rumahnya. Mereka memiliki 6 orang anak, 4 lak-laki dan 2 perempuan. Semuanya sudah berkeluarga, sehingga mereka hanya tinggal berdua saja.

Untuk berjualan di sekitaran terminal kereta api tidak bisa sembarangan, harus membayar sewa yang harganya Rp200.000/ bulan. Jika ditanya apakah penghasilan mereka cukup, kemudian mereka menjawab, “Insya Allah cukup karena rezeki sudah ada yang mengatur”.

Jarak tempat tinggal mereka dengan terminal kereta api Pariaman tidak begitu jauh, sekitar 15-20 menit saja. Sehingga tidak begitu sulit bagi mereka untuk berjualan di Pantai Gondariah. Tidak hanya menjual es tebu saja, Bapak Marwarzi juga menjual balon gambar karakter yang disukai anak-anak kecil.

Beliau berjualan balon sudah 2 tahun belakangan ini, awalnya hanya coba-coba saja, namun tanpa disangka balon yang dijual laris dan diminati anak-anak. Sehingga usaha ini dilanjutkan hingga sekarang. Seperti pepatah “sambil menyelam minum air”, sambil berjualan es tebu mereka juga berjualan balon gambar karakter.

Jika hari Sabtu dan Minggu balon gambar karakter yang Bapak Marwazi jual bisa terjual hingga 10 buah, namun pada hari biasanya hanya terjual 3 hingga 5 balon saja.

Baca Juga: Pengaruh UMKM terhadap Pembangunan Ekonomi di Indonesia

Walaupun mereka sudah lanjut usia, namun semangat juang yang tinggi dan kerja keras mereka tidak kalah dengan semangat anak muda, apalagi Ibu Misdarti yang sekarang menginjak usia 65 tahun, ketika berjualan selalu ramah dan tersenyum kepada para pembeli.

Ibu Misdarti menyebut es tebunya dengan slogan ‘Satu Rasa Sejuta Impian’. Walaupun hanya menjual es tebu, mereka dapat menyekolahkan anaknya sampai mendapat gelar sarjana yang dapat membanggakan mereka berdua. Keenam anak mereka sudah berkeluarga, ada yang tinggal dalam dan luar Kota Pariaman. 

Penulis: El Fahira Khalilla
Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Andalas

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses