Latar Belakang
Belanja online kini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup mahasiswa, khususnya di wilayah perkotaan seperti JABODETABEK. Hanya dengan satu scroll di layar smartphone, mahasiswa bisa tergoda berbagai penawaran menarik dan langsung menekan tombol checkout. Kemudahan ini memicu munculnya perilaku impulse buying, yaitu pembelian yang dilakukan secara spontan tanpa perencanaan, yang didorong oleh dorongan sesaat atau rangsangan eksternal dari platform e-commerce.
Fenomena ini diperkuat oleh studi terbaru yang dilakukan Melisa & Damayanti (2022), yang menunjukkan bahwa kualitas website dan online customer review berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku impulsif pengguna e-commerce, terutama generasi muda. Kualitas tampilan visual yang menarik, kemudahan navigasi, serta testimoni positif menjadi pemicu utama keputusan belanja yang tidak direncanakan.
Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan di Jakarta oleh Nadzimi & Hadi (2024), ditemukan bahwa gaya hidup konsumtif, strategi promosi yang agresif, serta eksistensi media sosial turut memperkuat perilaku impulse buying pada mahasiswa. Variabel-variabel seperti promosi diskon, flash sale, dan rekomendasi dari influencer memberikan pengaruh kuat terhadap peningkatan frekuensi belanja impulsif.
Berdasarkan fenomena ini, penting untuk meneliti lebih dalam bagaimana mahasiswa JABODETABEK merespons kemudahan belanja online dan seberapa besar aspek kognitif (pengetahuan dan kesadaran) serta afektif (emosi dan perasaan) mereka berperan dalam pengambilan keputusan belanja impulsif. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memahami lebih jauh bagaimana proses “sekali scroll, langsung checkout” terjadi dalam kehidupan mahasiswa, serta faktor apa saja yang mendasari perilaku impulse buying mereka.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, yakni pemilihan responden berdasarkan kriteria tertentu (Sugiyono, 2013). Adapun kriteria responden dalam studi ini mencakup mahasiswa/i jenjang S1 yang masih aktif dan berdomisili di wilayah JABODETABEK, serta pernah melakukan pembelian impulsif melalui e-commerce dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner secara daring menggunakan Google Form. Instrumen kuesioner yang digunakan mengukur variabel impulse buying berdasarkan dua dimensi utama, yaitu aspek kognitif dan afektif, sebagaimana dikemukakan oleh (Verplanken & Herabadi, 2001). Skala yang digunakan menggunakan skala yang dikembangkan oleh Pratiwi (2019) dengan jumlah 20 item pernyataan dan menggunakan skala-likert 4 poin sebagai pilihan jawaban.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah perempuan (100%) berusia 21 tahun (68%) mayoritas berdomisili di Jakarta (70%) dan mahasiswi dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka yang paling banyak menyumbang sebagai responden pada penelitian ini. Dari hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas responden merupakan pengguna e-commerce yang sangat aktif. Sebanyak 75% responden melakukan lebih dari lima transaksi online setiap bulannya. Adapun platform yang paling sering digunakan adalah Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop, yang menunjukkan popularitas tinggi ketiga aplikasi tersebut di kalangan responden.
Berdasarkan hasil pengolahan data, mayoritas responden dalam penelitian ini menunjukkan tingkat pemahaman (kognitif) dan sikap (afektif) yang tinggi terhadap impulse buying dalam penggunaan e-commerce. Sebanyak 87,5% responden termasuk dalam kategori kognitif tinggi, yang menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman yang baik terhadap perilaku impulsif dalam berbelanja online. Sementara itu, (10%) responden berada dalam kategori sedang, dan hanya ada (2,5%) responden yang memiliki pemahaman rendah.
Pada aspek afektif, terlihat bahwa 92,5% responden menunjukkan sikap positif terhadap perilaku impulse buying, yang berarti mereka memiliki kecenderungan emosional atau ketertarikan yang tinggi terhadap kegiatan belanja online secara impulsif. Sementara itu, (5%) responden berada pada kategori sedang, dan hanya (2,5%) responden yang termasuk dalam kategori rendah.
Secara umum, terdapat konsistensi antara skor kognitif dan afektif, dimana sebagian besar responden yang memahami konsep impulse buying dengan baik juga menunjukkan sikap yang sejalan. Namun, terdapat beberapa perbedaan menarik yang perlu dicatat: satu responden menunjukkan skor rendah pada kedua aspek, dan beberapa lainnya memiliki sikap positif (afektif tinggi) meskipun tingkat pemahamannya masih pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif terhadap impulse buying tidak selalu sejalan dengan tingkat pemahaman responden, yang mungkin dipengaruhi oleh faktor emosional, tren, atau pengalaman pribadi dalam berbelanja online.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku impulse buying cukup dominan di kalangan mahasiswa JABODETABEK. Mayoritas responden aktif bertransaksi online dan memiliki pemahaman serta sikap positif terhadap belanja impulsif. Faktor seperti kemudahan akses, promosi menarik, dan pengaruh media sosial terbukti mempengaruhi keputusan belanja secara spontan. Meski begitu, ada responden yang tetap bersikap positif meski pemahamannya belum tinggi, menunjukkan bahwa emosi dan pengalaman pribadi juga berperan penting dalam perilaku ini.
Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa perilaku “sekali scroll, langsung checkout” sangat lazim di kalangan mahasiswa JABODETABEK, didukung oleh respons kognitif dan afektif yang kuat terhadap rangsangan e-commerce.
Saran
Mahasiswa perlu meningkatkan kesadaran diri terhadap dorongan emosional saat berbelanja online dan mulai menerapkan pengelolaan keuangan yang bijak, seperti membuat anggaran dan memanfaatkan fitur wishlist. Platform e-commerce diharapkan turut berperan dengan menyediakan fitur kontrol konsumsi dan transparansi promosi. Edukasi literasi keuangan juga penting dilakukan oleh institusi pendidikan dan keluarga. Kedepannya, penelitian lanjutan disarankan untuk mengeksplorasi faktor demografi, dampak jangka panjang, dan strategi intervensi terhadap impulse buying.
Penulis:
1. Febby Febriyanti
2. Hoirunisa Ma’arifah
3. Luthfiah Habibah
4. Alvin Eryandra
Mahasiswa Prodi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Dosen Pengampu: Alvin Eryandra, S.Psi., M.Si.
Referensi
Melisa, D., & Damayanti, R. (2022). IMPULSIVE BUYING PADA PENGGUNA E-COMMERCE DI KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI ONLINE CUSTOMER REVIEW DAN WEBSITE QUALITY IMPULSIVE BUYING ON E-COMMERCE USERS IN SURAKARTA CITY VIEW FROM ONLINE CUSTOMER REVIEW AND WEBSITE QUALITY. Jurnal Dimensi, 11(3), 543–554. https://doi.org/10.33373/dms.v11i3.4332
Nadzimi, W., & Hadi, P. (2024). ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE IMPULSE BUYING: A CASE STUDY ON E-COMMERCE USERS IN JAKARTA. Jurnal Manajemen, 2(1), 100–108. https://doi.org/10.36546/jm.v12i1.989
Pratiwi, Z. A. (2019). PENGARUH SELF-CONTROL, BIG FIVE PERSONALITY DAN DEMOGRAFI TERHADAP IMPULSIVE BUYING PADA PENGGUNA E-COMMERCE TOKOPEDIA. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sugiyono. (2013). METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN R&D. Alfabeta Bandung.
Verplanken, B., & Herabadi, A. G. (2001). Individual differences in impulse buying tendency: Feeling and no thinking. European Journal of Personality, 15(1), 71–83. https://doi.org/10.1002/per.423
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News