Sosiologi Olahraga dan Event PON JABAR 2016

Sosiologi Olahraga PON Jabar

A. Latar Belakang

Provinsi Jawa Barat terpilih menjadi tuan rumah dan sekaligus pelaksana Pekan Olahraga Nasional XIX 2016. Pekan Olahraga Nasional adalah pesta ragam olahraga empat tahunan yang mempertemukan insan-insan olahraga untuk bertanding dan berlomba dengan “fair play” dalam rangka mewujudkan dan menunjukkan raihan prestasi tertinggi olahraga di Indonesia.

Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 yang diselenggarakan 9-21 September 2016 di Jawa Barat, yang akan mempertandingkan 43 cabang olahraga yang diikuti 34 Provinsi, pelaksanaan pertandingan akan digelar di lokasi venue 14 kabupaten/kota di Jawa.

Baca Juga: Sosiologi Olahraga dan Event Olimpiade Rio 2016

Bacaan Lainnya
DONASI

Barat, yakni Kota Bandung, Bekasi dan Cimahi, serta Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Pangandaran, Cirebon, Subang, Sumedang, Purwakarta, Sukabumi, Bogor, Bekasi dan Karawang. PON (Pekan Olahraga Nasional) ialah pagelaran olahraga yang mempertandingkan berbagai cabang olahraga yang diikuti oleh atlet-atlet profesional dari tiap daerah se-Indonesia. Dengan adanya PON ini agar dapat terbentuk atlet-atlet profesional sehingga dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah Dunia.

B. Dampak Positif dalam Segi Sosiologi Olahraga

a. Ekonomi

Adanya penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Jawa Barat dapat menaikkan perekonomian masyarakat daerah. Terutama pada dunia perdagangan seperti berjualan makan dan minuman. Kerajinan daerah hingga penyewaan penginapan. Jawa Barat menyiapkan Sembilan jenis cendera mata PON XIX 2016 diantaranya tas, kaos, kemeja, boneka, tas, gantungan kunci serta jenis lainnya yang bertemakan PON yang melibatkan 30 pengrajin.

b. Politik

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana arena pertandingan baik dengan membangun kembali atau memperbaiki fasilitas yang ada dengan standar nasional. Seperti peralatan angkat besi yang menggunakan IT canggih terbaru dari Swedia yang sudah digelar di Gelora Sabilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung. Peralatan itu menggunakan standar pertandingan internasional. Hal itu membuat Jawa Barat menjadi tuan rumah karena memberikan fasilitas dengan baik.

c. Kebudayaan 

Dalam penyelenggaraan PON XIX di Jawa Barat mempertunjukkan keberagaman budaya. 40 busana ditunjukkan untuk memeriahkan pembukaan  sebanyak 40 jenis karya seni busana digunakan 1.150 seniman dan penari yang mengisi acara PON XIX 2016 di Stadion Si Jalak Harupat Soreang Kabupaten Bandung pada 19 September 2016.

Baca Juga: Melihat Sisi Positif dan Negatif Pelaksanaannya Asian Games 2018 bagi Bangsa dan Dunia

40 jenis baju itu mengusung konsep unsur gunung, rimba, laut, pantai dan sungai (Gurilaps), terdiri dari Ngarot, Kostum Ronggeng Gunung dan Nadran Laut yang digunakan oleh 100 penari perempuan sebagai bagian dari proses inisiasi perubahan fase dalam kehidupan, dengan kostum dasar yang dilengkapi dengan kipas besar dan properti yang dirancang agar lebih indah.

Kemudian kostum Ronggeng Gunung, digunakan 30 penari laki-laki dengan konfigurasi sarung yang atraktif dan dikemas aksesoris yang sederhana. Sedangkan Nadran Laut digunakan sekitar 50 penari perempuan yang berasal dari Cirebon dengan ciri laut.

C. Dampak Negatif dalam Segi Sosiologi Olahraga

a. Hubungan Sosial 

Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Jawa Barat mulai menarik perhatian. Salah satunya adalah keberpihakan panitia terhadap atlet tuan rumah. Alex Asmasoebrata, Ketua Umum Persatuan Olahraga Berkuda Jakarta (Pordasi), mengungkapkan hal itu.

Ajang PON dianggap sebagai puncak piramida olahraga Indonesia, namun kerap terjadi kerusuhan yang memalukan. Permasalahan yang sering muncul di setiap event PON kembali muncul pada tahun itu. 

Salah satu kerusuhan paling memalukan terjadi di cabang polo air. Saat itu, pertandingan polo air antara Jawa Barat dan Sumatera Selatan menjadi ajang adu mulut antara pemain dan penonton. Kejadian bermula ketika seorang atlet Jawa Barat menabrak seorang atlet asal Sumatera Selatan. Di kolam renang, perkelahian dan kejar-kejaran tidak bisa dihindari. 

Baca Juga: Asian Games 2018: Mengukir Prestasi Membangun Sinergi

Dampak dari insiden itu menyebar ke tribun. Pendukung tuan rumah yang dikendalikan oleh perwira TNI itu tampaknya membuat mereka marah dengan melemparkan air mineral ke Satgas Sumsel. Tidak hanya polo air, sepak bola, hanggar, Vientiane, tinju, gulat, dan cabang lainnya yang tidak luput. Padahal, dalam gulat, atlet harus dilindungi aparat keamanan agar menimbulkan masalah.

b. Politik

Dana yang digunakan untuk membantu pendanaan PON menggunakan dana desa-desa terlebih dahulu menurut saya negatif karena banyaknya penolakan dari desa-desa tersebut dan juga dapat menghambat kemajuan desa. Walaupun Gubernur Jawa Barat menjanjikan akan dikembalikannya uang tersebut di tahun 2017.

Nur Azizah
Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang

Dosen: Dr. Habibi Hadi Wijaya, S.or., M.Pd.

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI