Sudah Tahukah Jalan Hidupmu?

Jalan Hidup

Berapakah lama perantauan kita? Pernahkah kita berfikir bahwa suatu saat kita akan ada di dalam keranda? Terbujur kaku berselimut kain kafan? Sementara di luar keranda, suara isak tangis dari orang-orang yang kita sayangi saling bersahutan. Sudah siapkah kita dengan situasi ini?

Rutinitas harian: bangun, makan, sekolah, bermain, nonton TV, istirahat. Hidup hanya jadi rutinitas. Lahir, tumbuh dewasa, sekolah, kuliah/ kerja, keluarga, punya anak. Jangan-jangan anak cucu kita seperti itu? Lalu, apa bedanya kita dengan monyet?

Allah Subhanahu wa ta’ala bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab, kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada malaikat yang menghitung. Allah berfirman: Kamu tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (QS. Al-Mu’minun: 112-114)

Bacaan Lainnya

Bagaimana keadaan kalian jika Allah mengumpulkan kalian di suatu tempat seperti berkumpulnya anak panah di dalam wadahnya selama 50.000 tahun dan Dia tidak menaruh kepedulian terhadap kalian?” (HR. Hakim dan Thabrani). Maka, kapan dan dimanakah akhir kehidupan yang kita jalani?

Malaikat-malaikat dan Jibril naik menghadap kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.” (QS. Al-Ma’arij [70]: 4). Maka, perantauan kita dibandingkan relativitas waktu di padang mahsyar, hanyalah terasa selama 2 menit 1 detik.

Baca juga: Dunia Adalah Kehidupan Fana’

Jejak kebaikan apa yang telah kita tinggalkan? Darimana kita? Untuk apa kita? Mau kemana kita?

Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim No.5256).

Ayat di atas maksudnya adalah setiap mukmin itu terpenjara di dunia, karena dia dilarang mengikuti hawa nafsunya dan mengerjakan segala sesuatu yang haram dan makruh, bahkan diwajibkan menaati perintah Allah yang merupakan perkara berat bagi dirinya, tetapi apabila dia telah meninggal dunia, hatinya tenang karena akan memperoleh imbalan dari Allah Subhanahu wata’ala. (HR. Muslim: 18/93). Setiap permainan, pasti ada batas akhirnya.

Hidup itu sewajarnya bermasalah, namun bukan berarti setiap masalah tidak ada pemecahnya. Kita hidup di dunia ini sudah lengkap dengan petunjuk yang Allah berikan untuk menjalaninya. Dia tidak akan membiarkan hamba-Nya terjebak dalam jurang keterpurukan terus menerus.

Tapi masalahnya, terkadang kita tidak yakin bisa menghadapi masalah yang menimpa diri. Pesimis yang parah. Ketidak percayaan diri yang membunuh. Wajar saja, jika terkadang kita kalah dan semakin jatuh. Jadikan setiap masalah adalah tangga untuk meraih surga.

Baca juga: Sistem Nilai dalam Kehidupan Manusia

Tidak ada seorang pun yang diuji, melainkan semua itu masih dalam batas kesanggupan. Semoga setiap masalah yang menghantam kita adalah ujian. Semoga itu adalah bukti bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala memperhatikan kita. (Garis Depan, 2011)

Allah tidak akan membebani kita dengan masalah diluar batas kemampuan. Hal ini senada dan seirama dengan firman Allah yang berbunyi: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya…” (QS. Al-Baqarah [2]:286)

Sobat, yang paling baik dari kita adalah yang paling banyak bermanfaat bagi manusia lainnya. Lalu, mengapa kita masih berdiam diri ketika pada detik ini banyak saudara kita yang menjerit meminta tolong?

Mungkin saat ini kita masih bisa tidur beralaskan kasur empuk, makan enak, mobil oke, sekolah, kuliah, dan mengecap kesenangan yang lainnya. Padahal, disini Indonesia, orang-orang miskin masih berkeliaran, tidur beralaskan koran, makan sisa-sisa.

Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Siapa saja yang di bangun paginya hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna sedikitpun di sisi Allah. Siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslim makai a tidak termasuk golongan mereka (muslim).” (HR. Ath-Thabrani)

Tim Penulis:

1. Jalimah Zulfah Latuconsina
Mahasiswa Ahwal Al Syakhshiyah, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

2. Nur Zaytun Hasanah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

3. Istiqomah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.