Teori motivasi merupakan salah satu teori yang sangat penting dan urgent yang turut berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Motivasi menjadi bagian yang paling kuat sebagai pondasi keberhasilan peserta didik selama dan sesudah pembelajaran. Terdapat motivasi instrinsik dan ekstrinsik di mana kedua jenis motivasi tersebut saling berhubungan dan berkesinambungan.
Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri seorang siswa untuk melakukan proses pembelajaran dengan sadar bahwa mereka butuh ilmu, pembelajaran dan pengajaran yang membawa mereka menjadi manusia terdidik yang memanusiakan manusia.
Sementara motivasi ekstrinsik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya peran orangtua dan keluarga sebagai motivasi terbesar untuk seorang siswa bersemangat dalam proses belajar mengajar. Dengan perhatian penuh dari orangtua serta keluarga besar kemungkinan siswa dapat termotivasi untuk melaksanakan proses belajar mengajar.
Meskipun beberapa jenis pembelajaran sederhana dapat terjadi dengan sedikit atau tanpa motivasi, sebagian besar pembelajaran justru dimotivasi. Siswa termotivasi untuk belajar memperhatikan instruksi dan terlibat dalam aktivitas seperti melatih informasi, menghubungkannya dengan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya, dan mengajukan pertanyaan.
Ketika mereka menghadapi materi yang sulit, peserta didik yang termotivasi akan mengeluarkan upaya yang lebih besar. Mereka memilih untuk mengerjakan tugas ketika mereka tidak diharuskan melakukannya; di waktu luang mereka membaca buku tentang topik yang diminati, memecahkan masalah dan teka-teki, dan mengerjakan tugas lainnya.
Singkatnya, motivasi melibatkan peserta didik dalam kegiatan yang memfasilitasi pembelajaran. Guru memahami pentingnya motivasi untuk belajar, dan seperti yang diperlihatkan dalam skenario pembukaan, guru melakukan banyak hal untuk meningkatkan motivasi peserta didik.
Selain itu, ingkungan juga dinilai mempengaruhi motivasi peserta didik. Teman yang menyenangkan, kelas yang nyaman membawa pengaruh yang besar dalam memotivasi peserta didik selama proses belajar mengajar. Begitu juga dengan strategi dan metode pembelajaran yang dipilih sebagai bahan ajar. Ketiga unsur ini sangat membantu peserta didik agar tetap bergairah dan semangat selama pembelajaran berlangsung.
Beberapa sekolah menengah mempunyai masalah dengan kekerasan dan tekanan yang terkait dengan perilaku siswa berkelompok (geng). Jika peserta didik takut disakiti secara fisik atau sering kali harus menghadapi tekanan untuk bergabung dengan geng, konsentrasi pada tugas akademis mungkin menjadi mustahil.
Guru mungkin juga perlu mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan peserta didik, orang tua, lembaga masyarakat, dan aparat penegak hukum untuk mengembangkan strategi efektif guna menghilangkan masalah perundungan.
Permasalahan tersebut harus segera diatasi agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Setelah suasana yang sesuai tercipta, guru hendaknya memberikan kegiatan yang dapat diselesaikan peserta didik sehingga berhasil.
Pengaruh fisiologis juga andil dalam hal ini, peserta didik yang tidak sarapan akan kehilangan fokus saat belajar, makanan dan minuman yang bergizi juga menjadi bagian menunjang semangat dan fokus peserta didik.
Orang yang sehat cukup dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka akan rasa aman, rasa memiliki, cinta, rasa hormat, dan harga diri sehingga mereka termotivasi terutama oleh kecenderungan menuju aktualisasi diri yaitu aktualisasi potensi, kapasitas dan bakat yang berkelanjutan, sebagai pemenuhan misi, sebagai pengetahuan yang lebih, dan penerimaan terhadap sifat intrinsik seseorang, sebagai kecenderungan yang tiada henti menuju kesatuan, integrasi atau sinergi dalam lingkungan hidup.
Rogers (1969) percaya bahwa manusia mempunyai potensi alami untuk belajar dan bersemangat untuk belajar. Manusia muda secara intrinsik memiliki motivasi yang tinggi. Banyak elemen lingkungannya yang menjadi tantangan baginya. Dia ingin tahu, ingin sekali menemukan, ingin tahu, ingin sekali memecahkan masalah. Hal yang menyedihkan dari sebagian besar pendidikan adalah ketika anak telah menghabiskan beberapa tahun di sekolah, motivasi intrinsiknya sudah cukup berkurang.
Pembelajaran memerlukan partisipasi aktif yang dipadukan dengan kritik diri dan evaluasi diri oleh peserta didik serta keyakinan bahwa pembelajaran itu penting. Motivasi berkaitan erat dengan pembelajaran. Motivasi dan pembelajaran dapat saling mempengaruhi.
Motivasi peserta didik dapat mempengaruhi apa dan bagaimana mereka belajar. Pada gilirannya, ketika siswa belajar dan merasa bahwa mereka menjadi lebih terampil, mereka termotivasi untuk terus belajar.
Teori motivasi berprestasi mempunyai implikasi terhadap proses belajar mengajar. Jika sebuah tugas akademis dianggap terlalu sulit, mungkin peserta didik tidak akan mencobanya atau mungkin langsung berhenti karena tingginya rasa takut akan kegagalan dan rendahnya harapan untuk berhasil.
Menurunkan rasa takut akan kegagalan dan meningkatkan harapan untuk sukses yaitu dengan meningkatkan motivasi, yang dapat dilakukan dengan menyampaikan harapan positif belajar kepada peserta didik dan dengan menyusun tugas sehingga peserta didik berhasil menyelesaikannya dengan usaha yang wajar.
Ketika peserta didik menganggap suatu tugas terlalu mudah maka tidaklah bermanfaat: Peserta didik yang merasa materinya tidak menantang mungkin akan merasa bosan.
Penulis:
1. Cahyani
2. Endang Purnama Sari
Mahasiswa Magister Pedagogi Universitas Lancang Kuning
Editor:Â Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News