Warung Nasi Padang, Nasi Jawa, dan Warteg

Sumber: https://www.qraved.com/journal/food-lol/6-fakta-unik-tentang-nasi-padang

Banyak di Indonesia ini warung nasi padang, nasi jawa, dan warteg yang saling berdekatan, dan itu semua sering waktu dianggap sebagai persaingan dagang yang tidak sehat. Karena warung-warung tersebut buka dengan jarak yang sangat berdekatan apalagi di perkotaan, warung-warung tersebut bahkan berdampingan.

Sebelum kita menilai warung-warung tersebut bersaing secara sehat atau tidak, kita perlu untuk melihat apa yang dijual oleh warung-warung itu dan bagaimana cara pelayanannya, serta letak-letak banner atau promosi.

Masakan Padang bisa dikatakan sebagai warisan kuliner Indonesia yang paling terkenal di seluruh dunia. Istilah “Masakan Padang” sendiri merupakan istilah yang umum digunakan di Indonesia dan juga di luar negeri untuk menyebut semua jenis masakan Minangkabau.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Wisata Kuliner Eksotis (Angkringan) di Pinggir Kali Kampung Jawi Semarang

Di daerah Minang sendiri, istilah yang digunakan adalah “Masakan Minang”. Hal ini karena setiap Nagari Minangkabau bangga dengan warisan kulinernya. Alasan lainnya adalah perbedaan antar daerah, seperti nasi padang dari Padang dan nasi kapau dari Bukittinggi.

Makanan Padang terkenal dengan santan dan sambalnya yang pedas. Masakan Minang terdiri dari tiga unsur utama: kari, lado (cabai), dan bareh (nasi).

Di antara tradisi memasak masakan Indonesia, masakan Minangkabau dan sebagian besar masakan Sumatera menunjukkan pengaruh India dan Timur Tengah, dengan hidangan yang dimasak memakai saus gulai dengan santan dan penggunaan campuran rempah-rempah yang luas dan beragam.

Ada banyak tempat makan Padang di seluruh Indonesia dan negara-negara sekitarnya. Nasi padang memiliki etalase yang berada di depan pintu kios, dan menjual berbagai macam masakan dengan aneka rempah dan rasa yang dominan asin.

Kemudian mereka biasanya memasang banner di sebelum warung-warung mereka dan di etalase makan pun ada merek masakan padang. Pelayanan mereka biasanya ada yang prasmanan, dan ada juga yang diambilkan, bahkan ada juga yang dihidangkan.

Baca Juga: Mirip Soto dan Rawon, Nasi Grombyang Kuliner Khas Pemalang

Kemudian masakan Jawa. Mereka biasanya memasang etalase tepat di pintu kios, dan biasanya memiliki etalase yang lebih kecil dibandingkan nasi Padang. Biasanya warung nasi Jawa mereka akan memasangiklan di depan etalase serta pelayanan mereka kebanyakan makan dengan cara diambilkan dan variasi sayur nasi jawa lebih banyak dibanding nasi padang.

Warung Tegal atau yang lebih dikenal dengan Warteg, kini telah menjadi salah satu tujuan utama bagi setiap orang untuk menyantap makanan, baik untuk sarapan, makan siang, maupun makan malam. Dalam perkembangannya, warung Tegal dipandang sebagai tempat atau resto bagi kalangan menengah ke bawah, namun hal itu tampaknya sudah tidak berlaku lagi.

Terlihat di beberapa warteg pembeli datang dengan kendaraan yang umumnya terlihat di restoran kelas atas, yang juga kebanyakan berada di sekitar pusat kegiatan usaha. Fenomena ini bukan disebabkan oleh harga yang terjangkau, melainkan variasi makanan yang disediakan.

Makanan yang dimaksud di sini bukan hanya karena jenis makanannya yang kebanyakan khas Indonesia, melainkan jenis makanan yang umumnya dikonsumsi di rumah atau home food. Tempe dan tahu serta sop, sayur serta ayam dan daging dalam berbagai menu akan selalu tersedia di setiap warung Tegal ini.

Dari pengamatan sekilas, di Jakarta dan sekitarnya masih banyak restoran lain, dalam artian sangat mudah ditemukan. Kalau bukan warung nasi padang, maka warung Tegal atau yang lebih populer dalam versi singkatannya warteg.

Baca Juga: Kuliner Tradisional Nasi Gegok yang Menggoyang Lidah

Kedua warung makan ini sama-sama memiliki banyak pelanggan dan tidak saling bersaing. Karena Warteg diposisikan sebagai warung makan dengan harga paling murah, sehingga kalangan bawah juga jadi sasaran.

Sementara itu, rumah makan Padang yang satu kelas di atas warteg dari segi harga, tentunya pelanggannya memiliki kantong yang relatif lebih tebal dibandingkan pelanggan warteg. Tetapi banyak yang beranggapan jika ketiga warung tersebut bersaing mungkin malah saling menjatuhkan.

Tetapi jika kita lihat fakta-faktanya hal itu tidak terjadi kecuali orang-orang dengan sifat iri dan dengki. Memang dalam sisi lain terkadang banyak kita mendengar cerita tentang persaingan dagang dari ketiga warung tersebut, terlebih antara warung nasi jawa dan warteg.

Semua itu didasari atas kemiripan dan macam lauk-pauk yang tersedia. Tapi di satu sisi, persaingan ini mempunyai efek yang baik kepada para pelanggannya. Apabila warung-warung tersebut saling bersaing, mereka akan berusaha memperbaiki masakannya untuk menarik pelanggan.

Tentu yang diuntungkan di sini adalah pelanggan, karena banyaknya macam warung menjadikan banyak pilihan dan enak dari rasanya karena mereka saling bersaing untuk memikat hati pelanggan Itulah sisi positif dari persaingan dagang. Tetapi kita juga melihat sisi negatifnya.

Baca Juga: Sinergikan Mahasiswa dan Masyarakat, UKM Smart Preneur USM Gelar Festival Kuliner dan Budaya Lintas Generasi

Banyak sisi negatif dari bersaing dagang yang orang tahu dan orang tidak tahu. Mungkin yang orang-orang tahu tentang sisi negatif dari bersaing yaitu lebih sulit mendapatkan pelanggan karena banyaknya pesaing, kemudian mau tidak mau harus dituntut aktif dan kreatif.

Sisi negatif lain dari persaingan dagang yaitu penggunaan dukun-dukun penglaris yang mungkin tidak banyak orang tahu, di mana cara itu merupakan cara yang sangat buruk dan sangat dibenci oleh Allah SWT.

Lagipula apabila usaha menggunakan semacam pesugihan atau pun dukun, uang yang kita dapat adalah uang haram. Walaupun itu didapat dalam sekejap, itu uang yang tidak berkah. Kita juga para konsumen harus pintar-pintar dalam memilih makanan.

Hendaklah kita berdoa sebelum makan agar kita selalu terjaga dan selalu di bawah lindungan Allah SWT. Itu dia penjelasan singkat dari ketiga warung tersebut. Jadi bisa kita simpulkan sebenarnya ketiga warung tersebut bukanlah saingan walaupun sama-sama menjual nasi, tetapi mempunyai lauk dan menu yang berbeda-beda, dan dan cara penyajian yang beda serta memliki konsumen yang berbeda-beda pula.

Mungkin persaingan bisnis bukanlah selalu menjadi hal yang buruk karena di Indonesia ini kita tidak dilarang membuka usaha di mana pun dan di dekat siapapun. Tetapi alangkah baiknya kita juga harus memikirkan lawan bisnis kita apabila kita buka di dekat mereka, karena kita juga sama-sama mencari rezeki dan sama-sama manusia jadi tetap harus memikirkan satu sama lain.

Baca Juga: Beberapa Ciri-Ciri Gejala yang Perlu Diruqyah

Dengan adanya artikel ini semoga konsumen lebih paham lagi, dan tidak mudah menilai sebelah mata. Konsumen diharap lebih mengerti cara menghindari warung-warung nakal yang menggunakan pesugihan dan dukun-dukun yang sangat buruk dan sangat dibenci Allah.

Semua masakan di atas adalah masakan asli Indonesia dari negara kita tercinta, jadi kita harus menghargai dan menikmati setiap hari karena selain murah, makanan khas Indonesia itu sangat enak dan mudah sekali kita jumpai di mana-mana, sehingga kitabisa menikmatinya setiap saat kapan pun kita mau.

Sudah sangat menjamur sekali apalagi di kota–kota bahkan di kecamatan-kecamatan kecil saja banyak makanan seperti itu. Tetapi harus diingat betul–betul untuk calon pelaku usaha. Pikirkan orang di sekitarmu! Mereka juga mencari nafkah dari warung yang kalian saingi jadi harus tetap saling mengerti dan jangan sampai menggunakan cara-cara kotor. Tidak semua orang memiliki gaji tapi semua orang memiliki rezeki.

Penulis: Deni Aulia
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI