Waspadalah! Makanan Dibakar Pemicu Kanker

Makanan Dibakar Pemicu Kanker
Ilustrasi: iStockphoto

Hampir semua orang menyukai makanan yang dibakar seperti sate, barbeque, steak, iga bakar, ikan, dan ayam bakar. Tak bisa dipungkiri memang makanan yang dibakar dengan diselimut bumbu-bumbu khas bebakaran serta aroma dan rasa makanan sedikit gosong semakin menambah kenikmatannya menjadi dua kali lipat dari pada makanan yang hanya digoreng.

Namun di balik kenikmatan itu, ada kandungan yang berbahaya yang dapat mengancam kesehatan. Membakar makanan disuhu tinggi dapat menyebabkan perubahan zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan, seperti pemicu kanker, pemicu asam lambung, risiko darah tinggi atau hipertensi, dapat mengganggu metabolisme tubuh.

Seseorang yang memiliki tidak disarankan untuk memakanan makanan yang dibakar, mengapa begitu? Karena makanan yang dibakar berpotennsi meningkatkan kadar AGEs (Advanced Glycation end products), zat ini berpotensi meningkatkan proses inflamasi/ peradangan pada tubuh, termasuk pada penyakit autoimun di mana memang secara perjalanan penyakitnya erat dengan proses peradangan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Makanan dibakar juga tidak disarankan bagi seseorang yang memiliki riwayat penyaki asam lambung. Dilansir dari berita liputan6.com yang ditulis oleh Anugerah A Sendari (2023) dengan judul artikel 6 Dampak Buruk Sering Konsumsi Makanan yang Dibakar, sistem pencernaan akan bekerja lebih keras ketika mencerna makanan yang dibakar. Makanan yang dibakar bisa bertahan lama di dalam perut. Makanan yang dibakar dapat membuat refluks asam lebih buruk.

Melihat pada sumber yang telah dijelaskan, jadi makanan dibakar dapat membuat asam lambung bergejolak naik atau meningkat.

Pada makanan dibakar terdapat senyawa protein dalam otot yang ada dalam daging ayam, atau ikan dapat bereaksi dengan suhu tinggi dari pembakaran dan membentuk senyawa karsinogenik. Didalam senyawa karsinogenik, terdapat zat seperti akrilamida, PAH (Polycylic Aromatic Hydrocarbon), dan HCA (Heterocyclic Amines) zat-zat inlah yang meningkatkan risiko kanker apabila dibakar hingga gosong.

Menurut Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo (dalam Halodoc, 2018) beliau mengatakan saat dibakar dengan arang, akan muncul hitam-hitam pada daging merah. Itu berarti daging tersebut dipanaskan dalam suhu yang tinggi. Saat proses pemanasan itulah muncul HCA yang menjadi penyebab kanker. Jadi, bukan arangnya yang memicu kanker.

Jadi bukan dari arang yang menyebabkan adanya zat berbahaya, melainkan dari hitam-hitam gosong pada makanan yang dibakar terlalu lama. Namun tidak semua makanan dibakar berotensi mengandung karsinogenik atau penyebab kanker, karena itu tergantung apa yang dibakar.

Makanan berpotensi untuk karsinogenik lebih tinggi adalah daging merah yang dibakar, jika daging putih potensinya lebih kecil asalkan tidak dimakan hitam-hitamnya. Daging merah ini meliputi daging sapi, daging babi, daging kerbau, daging kambing, sedangkan daging putih meliputi ikan, ayam, seafood, dan lain-lain.

Bagi pecinta makanan yang bebakar, tidak perlu khawatir apalagi sampai tidak mau lagi memakan makanan dibakar. Karena ada cara untuk dapat menikmati makanan dibakar dengan aman.

Berikut beberapa cara membuat makanan yang dibakar tetap aman di antaranya:

  1. Melakukan marinasi atau memberi bumbu-bumbu rempah pada daging 20 menit, tidak menggunakan bumbu-bumbu yang mengandung zat kimia seperti saos-saosan, dilakukan sebelum dibakar dapat mengurangi risiko pembentukan heterocyclic amines;
  2. Menghindari kontak langsung daging dengan api atau permukaan logam yang terlalu panas dalam jangka waktu lama dan menghindari kontak lagsung dengan arang;
  3. Menggunakan microwave untuk memasak daging sebelumnya sehingga waktu kontak daging dengan suhu tinggi saat proses masak dapat dikurangi, terus membalik daging saat berada di permukaan logam panas, bukan didiamkan saja karena jika didiamkan saja akan menyebabkan makanan menghasilkan hitam-hitam gosong;
  4. Sebisa mungkin memasak daging dengan suhu rendah, agar tidak menghilangkan kandungan protein yang terdapat pada daging, ikan, dan ayam pastikan api sudah mengecil sebelum meletakkan daging di alat panggang;
  5. Buang bagian lemak berlebih dari daging untuk mengurangi terbentuknya PAHs atau memilih untuk menggunakan daging yang sedikit lemak seperti daging slice;
  6. Membersihkan kembali tempat pembakaran setelah digunakan, karena jika tidak dibersihkan alat pembakar ketika digunakan akan menimbulkan makanan lebih cepat gosong;
  7. Agar seimbang dan menjadi sehat perlu ditambahkan sayuran seperti kentang, paprika, zucchini, jamur yang tetap aman meskipun dibakar.

Tentu yang tak kalah penting, batasi konsumsi makanan yang dibakar demi kesehatan tubuh. Bukan sekadar urusan berat badan saja, tapi juga untuk mengurangi risiko terkena kanker. Jika sedang mengonsumsi makanan yang dibakar, imbangi dengan porsi sayuran hijau dan sayuran tinggi glucosinolates lebih banyak.

Contohnya yang ideal adalah brokoli, kembang kol, kale, lobak, atau kubis. Makanan bebakar dapat dimakan hanya sesekali saja dan tidak menjadi makanan konsumsi sehari-hari. Sama seperti semua hal dalam kehidupan, tidak berlebihan adalah kunci yang paling aman. Termasuk dalam urusan mengonsumsi makanan yang dibakar. Selain itu, imbangi dengan mengonsumsi makanan sehat yang bisa membuat risiko kanker semakin jauh dari kenyataan.

Seseorang yang ingin mengonsumsi daging dengan cara yang lebih sehat yaitu dengan cara merebus daging sebelum dimakan. Contohnya pada saat BBQ an pilih saja yang suki-sukian, karena teknik rebus tidak menyebabkan kandungan protein dalam daging berkurang, apalagi dalam rebusan tersebut ditambahkan sayur-sayuran seperti pakcoy, jamur enoki, dan sayuran yang lainnya.

Menurut United States Department of Agriculture (USDA) (dalam halodoc 2018), teknik memasak yang paling dianjurkan agar kandungan nutrisi pada makanan tetap terjaga yaitu dengan teknik dikukus dan dirbus. Mengukus dapat mengurangi 15 persen dari kandungan gizi pada makanan, sedangkan direbus dapat mengurangi sekitar 25 persen.

Ini masih lebih baik daripada makanan yang dibakar atau digoreng. Contoh lainnya yaitu dengan memanggang makanan menggunakan oven, pemanggangan menggunakan oven ini bisa menjadi alternatif lebih sehat daripada makanan dengan dibakar, dikarenakan oven memiliki pengaturan waktu yang dapat diatur sesuai tingkat kematangan yang diinginkan tanpa takut hangus, dan menghilangkan hitam-hitam pada area daging sebelum dimakan.

Penulis: 

Renita Dwi Lestari
Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI