Jabariyah ekstrem adalah aliran yang dianggap sesat. Tokoh-tokohnya adalah Ja`d bin Dirham dan Jahm Ibnu Shafwan. Kekeliruan aliran ini dapat dilihat dari ajarannya. Aliran ini mengajarkan bahwa manusia itu terpaksa dalam segalanya (Jabara). Manusia tidak memiliki kebebasan, kemampuan dan kehendak. Semua yang dilakukan oleh pengikut aliran ini adalah karena keterpaksaan.
Mereka menyalahkan Allah untuk semua dosa yang mereka lakukan. Kesalahan paham ini bermula dari pemikiran bahwa manusia adalah benda mati. Ibarat wayang yang hanya digerakkan oleh dalang. Apa pun kehendak dalang itulah yang dilakukan sang wayang. Dalam ilmu kalam aliran ini dikenal dengan istilah fatalisme atau predestination. Pola pikir Jabariyah ekstrem membuat penganutnya menjadi orang yang malas. Di samping itu mereka juga pasif dan memandang dirinya tidak mampu berbuat apa pun. Mereka telah kalah sebelum bertanding dan mati sebelum berperang;
1. Jabariyah
Nama Jabariyah berasal dari kata Jabara yang artinya memaksa atau mengharuskan mengerjakan sesuatu. Imam Al-Syahrastani memaknai al-jabr dengan “`nafy al-fil haqiqatan an al abdi wa idhafatihi ila al-Rabb”(menolak adanya perbuatan manusia dan menyandarkan semua perbuatannya kepada Allah Subhana Wataala) (Nunu Burhanuddin, 2016: 81).
2. Tokoh-tokoh Aliran Jabariyah Moderat dan ajaran-Ajarannya
a. Husain ibnuMuhammad An-Najjar
Pengikutnya disebut Najjariyah. An-Najjar hidup pada masa khalifah Al-makmun sekitar tahun 198H sampai 218H. pada mulanya ia adalah murid dari seorang Mu`tazillah bernama Basyar al-Marisi. Tapi beliau keluar, mengikuti mazhab Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan akhirnya membuat mazhab sendiri yaitu Najariyyah. Beliau ini berusaha mempersatukan di antara paham-paham yang ada. Kadang-kadang fatwanya sama dengan Mu`tazilah, lain kali mirip dengan Jabariyah, lain waktu persis dengan Murji`ah atau Syi`ah bahkan Ahlus Sunnah wal Jama`ah. Tapi sekarang aliran ini sudah tidak ada lagi. Karena tidak adanya pengikut. Hilang bersama waktu. (Sirajuddin Abbas, 1995:249-250).
b. Ad-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr. Tidak diketahui secara pasti lengkap biografinya. Beliau memiliki paham moderat yang menengahi paham Qadariyah yang dibawa oleh Ma`bad Al- Juhani dan Gahilan Al-Dimasqi dengan paham Jabariyah yang dibawa oleh Jahm ibnu Shafwan.
3. Pengaruh Pola Pikir Jabariyah dalam Kehidupan Sehari-hari
Banyak pengaruh negatif yang dihasilkan oleh aliran ini. Paham bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan kekuasaan apa pun menyebabkan manusia menjadi apatis. Menjalani hidup dengan rasa pesimis, karena menganggap semuanya telah ditakdirkan sejak jaman azali. Tidak ada gunanya berusaha karena manusia hanya terpaksa melakukan sesuatu.
Manusia beraliran ini menjadi malas, tidak kreatif, menyerah sebelum bertanding dan pasrah terhadap apa pun juga. Selain itu yang lebih berbahaya adalah selalu menyalahkan Tuhan untuk semua perbuatan buruk yang mereka lakukan. Selain itu mereka selalu mencari kambing hitam dari setiap kegagalan dan kesalahan yang mereka lakukan. Semua kekeliruan ini berasal dari pemikiran bahwa manusia diibaratkan benda mati. Sebagai benda mati tentu saja tidak mampu melakukan apa pun.
Baca Juga: Penerapan Konsep Jabariyah dan Qadariyah dalam Menghadapi Bencana Banjir
Padahal jelas manusia adalah benda hidup yang memiliki akal dan kebebasan serta kemampuan untuk memilih, melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pendapat aliran Jabariyah ini ditentang oleh Muhammad Abduh, (Harun Nasution : 67-68) menurutnya kekuatan-kekuatan alam yang membatasi kemauan dan kekuasaan manusia, membuat manusia sadar bahwa di alam wujud ini terdapat suatu kekuatan lebih tinggi, yang tak dapat dijangkau oleh kekuatan manusia dan dibalik usahanya masih ada kekuasaan yang tak dapat ditandingi oleh kekuasaan manusia.
Dalam kedua ungkapan itu dapat dipahami bahwa kekuatan-kekuatan yang membatasi kebebasan manusia adalah kejadian-kejadian alami. Kejadian-kejadian alami ini berlaku sesuai dengan Sunnah Allah, hukum alam yang diciptakan sesuai dengan pengetahuan dan kehendak-Nya.
Muhammad Abduh dalam memahami Qada dan Qadar berbeda dengan pemahaman yang berlaku di masyarakat. Menurutnya kedua istilah itu tidak membatasi kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatan. Qada menggambarkan kaitan yang terdapat antara pengetahuan Tuhan dengan sesuatu yang diketahui, dan pengetahuan menggambarkan keadaan terbuka (inkisyaf) dan tidak mengandung arti paksaan.
Sedangkan Qadar menggambarkan terjadinya sesuatu sesuai dengan pengetahuan Tuhan, dan pengetahuan bukanlah pengetahuan kalau tidak sesuai dengan yang terjadi dalam kenyataan. Jika tidak, yang ada adalah ketidaktahuan, atau ketidaknyataan dan ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Dihubungkan dengan perbuatan manusia, Muhammad Abduh menjelaskan bahwa pengetahuan Tuhan mencakup segala apa yang akan dibuat manusia sesuai dengan kemauannya sendiri.
Baca Juga: Ingin Memiliki Pola Pikir yang Kreatif? Simak Tips Berikut Ini!
Tuhan tahu bahwa pada suatu waktu seseorang akan berbuat baik maka akan diberi pahala. Sedangkan lain waktu akan berbuat buruk, karenanya layak mendapatkan hukuman. Semua perbuatan tersebut terjadi dengan daya (kasb) atas pilihannya sendiri dan tak terdapat suatu apa pun dalam pengetahuan tuhan yang membuat manusia kehilangan kemampuan untuk memilih apa yang hendak diperbuatnya.
Segala yang ada dalam pengetahuan Tuhan mesti terjadi karena pengetahuan Tuhan menggambarkan kenyataan (al-waqi`) dan kenyataan tidaklah berubah. Jelas bahwa manusia dalam pendapat Muhammad Abduh berbuat atas pilihannya sendiri. Tuhan semenjak azal mengetahui pilihan itu, dan karena hal itu adalah kenyataan, maka tidak boleh tidak mesti terjadi. Dengan demikian Qada dan Qadar dalam pemahaman Muhammad Abduh tidak membatasi kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatan. Jika mencermati pemikiran Muhammad Abduh di atas maka makin jelaslah bahwa pemahaman orang-orang Jabariyah ekstrem adalah keliru.
Kesimpulan
Aliran Jabariyah adalah aliran yang dianut oleh orang-orang yang berpaham dan memiliki kemampuan terbatas. Aliran ini terbagi menjadi dua yaitu Jabariyah ekstrem dan Jabariyah moderat. Jabariyah ekstrem dikenalkan oleh Ja`ad bin Dirham dan dikembangkan oleh Jahm ibnu Shafwan. Padang tandus yang mereka hadapi membuat mereka merasa tidak berdaya.
Mereka hanya bisa berharap dari kasih sayang Allah untuk menjalani hidupnya. Mereka menjadi orang yang fatalis, pasrah terhadap keadaan yang ada. Mereka merasa bagaikan wayang yang digerakkan oleh dalang. Bulu yang digerakkan oleh angin, atau seperti air yang mengalir. Tidak memiliki kemampuan dan kebebasan apa pun. Mereka menganggap bahwa mereka sama saja dengan benda mati.
Baca Juga: Ragam Aliran Ilmu Kalam dalam Sudut Pandang Pelaku Dosa Besar
Akibatnya penganut aliran ini menjadi malas, bodoh dan memandang dirinya tidak mampu melakukan apa pun. Mereka mungkin lupa bahwa mereka adalah manusia, benda hidup yang diberi oleh Allah akal. Tidak sepantasnya hanya menjalani takdir dan merenungi nasib semata, tanpa usaha sama sekali. Islam adalah agama yang mengajarkan semangat hidup, mau berjuang, berbuat yang terbaik.
Bukan hanya berpangku tangan dan menyerah kepada keadaan seperti yang dilakukan oleh para penganut aliran Jabariyah ekstrem. Adapun Jabariyah moderat berpendapat bahwa benar Allah memiliki peranan yang dominan dalam perbuatan manusia, akan tetapi manusia ikut ambil bagian dalam perbuatan tersebut.
Atika Nur Ma’rifah Sofiati
Mahasiwa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Institut Agama Islam Negeri Pekalongan
Editor: Diana Pratiwi