Abstract
Penanaman akidah harus diperhatikan oleh guru. Jauhkan anak dari syirik dengan mengajarkannya tentang Keesaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Bagi anak-anak, hal ini dilakukan dengan mendemonstrasikan postulat logis dan bukti yang masuk akal tentang keberadaan Tuhan.
Sekolah pemuda berbasis akidah bermaksud demikian membingkai generasi muda yang berkarakter islami, khususnya yang berakidah islami sebagai pendirian sambil berpikir dan bertindak dalam menjalani kehidupan. Anak yang berkepribadian islami dianggap unggul karena memiliki banyak kelebihan.
Anak yang lebih baik adalah mereka yang pemikirannya terarah dan bertindak sesuai dengan akidah Islam serta memiliki kemampuan dan keterampilan yang dapat digunakannya dalam kehidupannya sendiri, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, dan berjiwa patriotik.
Pendidikan akidah bagi anak bertujuan untuk membantu anak mengembangkan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan alam agar tidak melakukan perbuatan mengajar anak muda tentang syirik.
Dan juga membantu mereka dalam memahami esensi keberadaan mereka sebagai ciptaan Tuhan, dan untuk berperilaku yang dapat diterima oleh Islam.
Pendahuluan
Sistem pendidikan kita saat ini memisahkan pengetahuan sains dari agama, dan terkadang hanya berkonsentrasi pada peningkatan IQ. Akibatnya, terciptalah individu-individu intelektual tanpa cita-cita spiritual.
Ini adalah masalah serius yang muncul sampai saat ini, khususnya pandangan dunia yang memandang ilmu pengetahuan (tingkat kecerdasan) sebagai proporsi utama wawasan manusia. Jadi kemajuan instruksi diperkirakan pada dasarnya dengan mencapai tingkat kecerdasan sebagai nilai.
Pembahasan
Di era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, pendidikan berbasis masyarakat (Community Based Education) telah muncul sebagai gerakan pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia.
Namun demikian, struktur fundamental untuk mewujudkan kota pendidikan tetap diperhatikan dengan mempertimbangkan karakteristik daerah.
Dalam UU Sisdiknas disebutkan bahwa Pendidikan Berbasis Masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Undang-undang ini mengatur tentang pendidikan berbasis masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan daya serap kelompok bermain dan lembaga Pertumbuhan pendidikan Playgroup dan Kindergarten untuk anak usia 4-6 tahun melibatkan keterlibatan masyarakat yang berdaya dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan, dan penilaian.
Menerapkan inisiatif pendidikan yang beragam dan memberikan sumber daya untuk memastikan kelangsungan inisiatif pendidikan.
Selain itu, penerapan pemikiran bahwa pendidikan anak usia dini akan menjadi gersang jika tidak berlandaskan keturunan iman dan kemauan berkepala besar, bugar secara fisik, dan buta huruf secara moral.
Dalam arti luas, pendidikan adalah proses pengembangan semua aspek kepribadian seseorang, termasuk pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan untuk meningkatkan kepribadian seseorang.
Tanda Ini menggabungkan kualitas yang ketat, budaya, sains dan inovasi, keahlian, dan kemampuan yang diubah untuk mengikuti kesetaraan dengan anggapan penting mengubah cara hidup yang memiliki tempat dengan daerah setempat.
Islam memandang manusia sebagai salah satu ciptaan Tuhan yang paling mewah, terdiri dari tubuh dan jiwa dengan kebutuhan yang berbeda.
Selain memiliki nafsu hewani, manusia adalah makhluk rasional. dia memiliki organ mental seperti hati (qalb), pikiran, kapasitas aktual, ilmiah, sudut pandang dunia lain, pengalaman dan perhatian.
Manusia memiliki kemampuan untuk menyempurnakan kemanusiaan dengan menggunakan berbagai potensi ini untuk menjadi lebih seperti Tuhan.
Namun, di sisi lain, karena dia didorong oleh nafsu dan kebodohan, dia juga bisa menjadi makhluk yang paling hina. Akibatnya, pendidikan tentang tauhid atau aqidah, adalah mata pelajaran pertama yang diajarkan dalam Islam.
Menurut Alquran, Luqmanul Hakim pertama kali menginstruksikan putranya untuk tidak menyekutukan Allah.
Inilah kebutuhan kritis akan pendidikan Islam dengan akidah yang mendalam, yang menjadi landasan bagi seluruh proses pendidikan.
Kata dasar “al-‘aqdu” yang berarti ikatan, keputusan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan, diambil dari kata aqidah dalam kamus bahasa Arab Lisaanul’, al-Qaamuusul Muhiith, dan al Mu’jamul Wasiith.
Dalam agama, kata “aqidah” berarti “bukan suatu perbuatan atau apa yang telah menjadi keputusan hati seseorang yang pasti benar atau salah”.
Abdul Hamid Abdullah 12 Dari segi dari segi perbendaharaan kata, iman dapat dianggap sebagai sesuatu yang harus dibenarkan oleh hati dan jiwa sebelum dapat membawa ketenangan.
Akibatnya, ia memadat menjadi kenyataan dan tidak lagi terpengaruh oleh pergerakan dan ketidakpastian.
Jika tidak, penganut suatu keyakinan tertentu harus berpegang pada fakta bahwa tidak ada ruang untuk keraguan; yang menyangkal keraguan atau prasangka.
Jika demikian, maka tidak disebut aqidah karena tidak menghasilkan keyakinan yang kokoh secara singkat. Karena individu mengangkat kalbunya di atasnya, itu dikenal sebagai akidah.
Namun, aqidah juga harus dipahami sebagai bagaimana kita menjalankan semua yang telah diperintahkan oleh Allah dan beribadah kepada-Nya, serta bagaimana menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam aqidah yang kita yakini.
Ini termasuk iman kepada Allah, para malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Hanya qadla-qadar, Rasul-Nya, dan hari akhir yang tersisa.
Sebagai akibat dari petunjuk akidah untuk senantiasa mengikuti dan beriman kepada Allah akan kebenaran perintah-Nya. Oleh karena itu, ide pendidikan harus ada di lokasi ini.
Schooling mengharapkan untuk menjadikan individu-individu yang tidak sekadar “berkualitas” dalam kerangka berpikir ilmu pengetahuan dan inovasi sementara secara etis tidak terisi, namun orang-orang yang “memenuhi syarat” dalam Imtaq dan sains dan inovasi.
Sejauh tingkat kecerdasan, siswa harus selalu disegarkan untuk terus maju meningkatkan wawasan dan penguasaan mereka.
Dari pandangan dekat ke rumah mereka menjadi individu yang umumnya siap memiliki semangat juang dan pengendalian diri yang kuat, dan menurut sudut pandang yang mendalam mereka adalah individu yang terus melakukan latihan dengan menjadikan prinsip-prinsip Islam sebagai norma.
Sekolah berbasis aqidah adalah cara yang ketat untuk menghadapinya sekolah, dan itu berarti instruksi ketat dari agama tertentu digunakan sebagai sumber motivasi untuk menyusun spekulasi atau ide-ide edukatif yang bisa digunakan sebagai alasan untuk bersekolah.
Pelajaran tegas yang berisi keyakinan dan sisi positif kehidupan, dapat dimanfaatkan sebagai sumber batin menentukan tujuan instruktif, bahan ajar, strategi, bahkan hingga macam sekolah.
Sekolah tidak hanya ditujukan untuk membuat orang tertarik dalam Sains dan inovasi membutuhkan orang-orang yang berpengetahuan luas di sisi ilmiah, tetapi mereka juga membutuhkan orang-orang yang mau mengembangkan pola pikir yang kuat, terbuka, dan holistik karena keduanya tidak dapat dipisahkan.
Hal ini dimaksudkan agar keduanya maju bersama agar siswa dapat menjaga keseimbangan yang baik dalam kehidupan mereka.
Agama adalah satu-satunya agama. Ini berisi cita-cita dan fakta yang tidak berubah kehidupan, sehingga harus mendampingi ilmu pengetahuan.
Agar manusia dapat menjalani kehidupan yang bermakna, mereka harus tenggelam dalam dunia nyata. Saadullah mengutip Albert Einstein yang mengatakan bahwa “sains tanpa agama lemah, agama tanpa sains buta”, artinya sains tanpa agama lemah sekaligus buta.
1. TK dalam Islam
Pasal 28 Peraturan RI No. 20 Tahun 2003 tentang Kerangka Diklat Umum menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) Taman Kanak-kanak Islam
Pasal 28 Peraturan RI No. 20 Tahun 2003 tentang Kerangka Diklat Umum menyatakan bahwa Taman Kanak-Kanak (TK) adalah jenis pelatihan pemuda yang memilah saluran yang tepat pelatihan untuk anak-anak berusia empat hingga enam tahun diadakan sebelum tingkat sekolah UU 20 Tahun 2003, yang berkaitan dengan Sistem Pendidikan Nasional.
Sesuai dengan pengertian TK secara umum, TK Islam juga mengacu pada program anak usia dini yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan memasukkan pelajaran agama Islam.
Perbedaan utama antara TK Islam dan Raudhatul Athfal (RA) adalah lembaga pendidikan yang menaunginya.
Definisi TK Islam dan RA hampir identik. Kemendiknas membawahi TK Islam, sedangkan Kemenag membawahi RA sebagai wujud pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat, pendidikan berbasis masyarakat menjelaskan bahwa pendidikan dapat diselenggarakan berdasarkan kekhasan norma agama, sosial, dan budaya, tujuan, dan kemungkinan masyarakat.
Pendirian Taman Kanak-Kanak Kebutuhan lingkungan memiliki dampak yang signifikan terhadap Islam. Sepanjang perjalanan hidup tumbuh kembang seseorang, masa kanak-kanak merupakan masa yang paling krusial dan krusial.
Periode ini dipisahkan oleh periode-periode penting yang berbeda yang menjadi pembentukan dalam kehidupan anak muda berikutnya hingga saat terakhir pergantian peristiwa. Golden Ages
atau masa emas adalah periode waktu yang salah bagi anak usia dini. Tahun-tahun emas anak usia dini dijelaskan oleh banyak konsep dan fakta yang ditemukan.
Pada anak usia dini, berbagai label konsep, seperti “periode eksplorasi”, “periode identifikasi/peniruan”, “periode sensitif”, “periode bermain”, dan “trozt alter 1 period” atau “periode tidak mematuhi tahap pertama, ” disandingkan. Layanan Komunitas Karya Inovatif Pelatihan Publik.
Sebagai pendidikan pra-sekolah dasar, PAUD seringkali menyasar anak usia 0 hingga “Zaman keemasan perkembangan” diperkirakan dimulai pada usia 6 tahun, juga dikenal sebagai.
Selain itu, anak-anak di usia ini masih cukup tidak berdaya, jika diurus dengan tidak tepat mereka bisa benar-benar sakit menyakiti anak muda itu sendiri. Karena itu,tahapan tumbuh kembang anak harus diperhatikan dalam pelaksanaan PAUD.
2. Pendidikan TK Berbasis Akidah
Pendidikan Taman Kanak-kanak adalah salah satu lembaga pendidikan anak usia dini formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pengajaran agama Islam untuk anak usia empat sampai enam tahun.
Bercocok tanam akidah merupakan komponen penting dalam Pendidikan Berbasis Aqidah, dan guru sangat memperhatikan aspek ini. Jauhkan anak dari syirik dengan menanamkan keyakinan akan Keesaan Allah SWT dalam hati mereka. Ini
Ini diakhiri dengan menunjukkan pendapat yang masuk akal dan bukti meyakinkan budidaya Aqidah bagi generasi muda kehadiran Tuhan. Anak bisa diajarkan rukun iman lainnya selain kekuasaan Allah SWT. iman kepada malaikat Allah dan tugas yang mereka lakukan.
Pengakuan kepada para Utusan Allah, khususnya Nabi Muhammad SAW Buku-buku Allah dan menanamkan kecintaan pada Alquran, keyakinan pada Hari Armageddon untuk terus mencapai sesuatu yang berguna, dengan alasan akan ada balas dendam bagi orang-orang yang ketidakpercayaan pada Allah, serta iman pada Takdir yang tidak sepenuhnya diselesaikan Allah kepada binatangnya.
Selain mengajarkan akidah, Guru juga harus mengajarkan anak-anak muda tentang kewajiban cinta Muslim dan menjelaskannya kepada mereka keburukan cinta memuja Tuhan.
Seperti tujuan zakat, mengapa harus berpuasa, mengapa harus berziarah, dan makna sholat di awal yang berguna untuk melatih kedisiplinan. Diawali dengan pengenalan Al Quran dan mengembangkan kecintaan terhadapnya juga perlu.
Selain belajar membaca Al-Qur’an dengan Anak-anak diajarkan untuk menghafal 30 surat pendek Juz, doa sehari-hari, dan maknanya melalui Iqra dan teknik lainnya.
3. Tujuan Pendidikan Aqidah
Akidah, ibadah, dan akhlak merupakan tiga pilar pendidikan Islam yang menjadi prioritas utama umat beragama. Fondasi fundamental dari ketiga prinsip ini adalah akidah. Oleh karena itu, pendidikan aqidah mutlak diperlukan agar dapat terus menuntut ilmu.
Syekh Dalam karyanya, Fuhaim Mustafa menunjukkan bahwa kaum muda harus bersekolah untuk aqidah untuk:
- Memperkuat keyakinan mereka bahwa Tuhan itu ada Tuhan yang utama yang menciptakan alam, jadi dia menjauhi menghindar
- Jadi anak-anak muda mengetahui gagasan tentang realitas mereka sebagai individu yang diciptakan oleh Tuhan
- Membentuk cara berperilaku anak muda menjadi cara berperilaku Islami orang yang terhormat
Pendidikan akidah dan akhlak lebih penting daripada pendidikan formal. Ada beberapa cara untuk mengajar orang tentang iman mereka. Ibn Tufayl menggunakan dongeng untuk menjelaskan apa itu pendidikan Islam.
Perjalanan yang ditempuh oleh seseorang bernama Hayy Bin Yaqzan untuk menerima akidah dari Allah adalah subjek dari narasi ini. Tahap pengembangan pengetahuan indrawi menandai awal dari tahap pengembangan potensi akidah.
Pengalaman alam semesta dan metode eksperimen digunakan untuk menyelesaikan tahap ini. Pikiran melewati dua tahap, tahap akuisisi pengetahuan.
Tahap ini diakhiri dengan deduksi logis dan induktif yang dibuat dengan menggunakan akal sehat sehingga akal dapat menentukan apakah alam semesta dikendalikan oleh kekuatan yang lebih tinggi atau apakah ada yang bertanggung jawab atas keberadaan sesuatu. Manusia sekarang dapat menarik kesimpulan ini.
Bahwa Tuhan adalah inti kehidupan dan roh adalah inti dari segalanya. Tahap ketiga akan menjadi panggung perbaikan informasi internal. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan strategi Dahruri.
Manusia mulai berusaha untuk mendekati-Nya dan bahkan “bertemu” dengan-Nya di titik ini. Manusia dapat membentuk keyakinan yang tertanam dalam dirinya pada tahap akhir ini.
Dalam kisah Hayy Bin Yaqzan dibahas proses pengembangan dan potensi akidah yang berimplikasi pada faktor pendidikan.
Yang pertama adalah mewujudkan potensi akidah yang menjadi tujuan pendidikan akidah. Media pendidikan dapat mencakup pendidik dan pendidik. Tiga siswa, secara rasional siswa memiliki bagian-bagian dari monoteisme yang akan dibuat.
Keempat alat tersebut menunjukkan bahwa potensi akidah dapat dikembangkan melalui percobaan dan pengalaman dengan pekerjaan Tuhan.
Untuk melakukan ini, undanglah siswa untuk berlatih meditasi di luar ruangan sehingga mereka dapat melihat langsung bukti keberadaan Tuhan.
Kelima, lingkungan yang luas. Ruang dan waktu bukanlah bagian darinya. Di mana pun siswa berada, lingkungannya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhannya.
Simpulan
Khusus pelatihan di masa muda harus diberikan dengan aqidah yang benar untuk mengkonsolidasikan tiga komponen pengetahuan khususnya wawasan yang cerdas, kemampuan untuk memahami siapa pun pada tingkat yang mendalam, dan pengetahuan dunia lain.
Untuk memiliki pilihan untuk membuat usia orang-orang cerdas yang dibangun karena fakta bahwa mereka memiliki etika yang baik, dan harus dimulai sedini mungkin karena itu adalah dasar kesejahteraan anak ketika mereka berusia 0 sampai 8 tahun muda dibuat.
Akidah juga harus dipahami sebagai bagaimana kita menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan beribadah kepada-Nya, serta bagaimana kita menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam akidah yang kita yakini. Akidah dapat sebagai penerimaan Empat Batu Penjuru Iman.
Hanya kepercayaan yang diperlukan, khususnya iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para nabi-Nya, hari akhir, dan qadla-qadar. Akidah akan mengarahkan kita untuk selalu taat kepada Allah dan yakin akan kebenaran perintah-Nya.
Karena Keduanya tidak dapat dipisahkan; pendidikan harus mampu mengedepankan jiwa keagamaan dan pola pikir yang terbuka (inklusif). Guna menghasilkan manusia yang cerdas di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Agar siswa dapat menjaga keseimbangan yang sehat dalam kehidupannya, diharapkan keduanya berkembang bersama.
Sementara pendidikan formal sangat penting, Pendidikan akidah dan akhlak jauh lebih penting. Ada beberapa cara untuk mencari pendidikan akidah. Teknik dongeng, metode dahruri, dan metode semuanya digunakan oleh Ibnu Tufail. eksperimen dan pengalaman.
Manusia mampu menanamkan keyakinan yang kuat dan mengakar dalam dirinya pada tahap akhir ini. Dari percakapan potensi kemajuan proses akidah dalam narasi Hayy Receptacle Yaqzan, terdapat saran unsur edukatif. Sasaran pertama, anak kelas tiga. Keduanya, guru. Keempat, perangkat. Kelima, lingkungan yang luas.
Penulis: Rizky Nanda Saputra
Mahasiswa Hukum Tata Negara, Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
Dosen Pengampu: Rasyidin Muhammad,LC.,M.A
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi:
Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru. Jakarta: Logos.
Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Konsepsi Pengembangan Kurikulum Inovatif Penerapan Pembelajaran Berbasis Alam Pendidikan Anak Usia Dini Formal dan Nonformal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Gardner, Howard. 1993. Frame of Mind: the Theory of Multiple Inte igences. New York: Basic Books.
Mustafa, Syaikh Fuhaim. 2009. Kurikulum Pendidikan Anak Muslim. terjemahan Wafi Marzuqi Ammar (Surabaya: Pustaka Elba. Saadullah, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.
Tim Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Konsepsi Pengembangan Kurikulum Inovatif Penerapan Pembelajaran Berbasis Alam Pendidikan Anak Usia Dini Formal Dan Nonformal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Agama. 2008. Paradigma Baru Pembelajaran Keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional 2003.
Warwanto, Heribertus Joko, et al. 2009. Pendidikan Religiositas-Gagasan, Isi dan Pelaksanaannya. Yogyakarta: Kanisius.
Abdul Hamid, Abdullah. “Definisi Aqidah,” http://abuamincepu.wordpress.com/2008/02/19/pengertian-akidah/57
Fatmawati, Ari. “Pendidikan Aqidah untuk anak kita”, http://etd.eprints.ums.ac.id/464
Susila, Fatimah Arif. “Kurikulum PAUD Berbasis Islam,” http://paudanakceria.wordpress.com.