Keterbatasan pengelihatan yang dialami penyandang tunanetra berdampak pada kemampuan sosialnya. Hambatan dalam menginterpertasikan lingkungan sosialnya secara visual mengakibatkan kecurigaan berlebih terhadap individu lain dan meningkatkan rasa curiga terhadap lingkungan sosialnya.
Lingkungan sosial yang tidak aman akan semakin menghambat proses adaptasi para penyandang tunanetra dan berujung pada perilaku yang pasif. Pada era globalisasi, tindakan kenakalan remaja semakin massif sehingga berpotensi membuat lingkungan sosial menjadi tidak aman dan mengancam proses adaptasi para penyandang tunanetra.
Tidak dapat dipungkiri hingga saat ini pun sering ditemukan penyandang tunanetra yang terdiskriminasi oleh lingkungan sekitarnya.
Tim yang berisikan lima mahasiswa FKIP UNS, menganggapi problematika tersebut dengan melakukan penelitian guna mengeksplorasi lebih dalam tentang sistematika pendidikan dan pengembangan karakter yang baik bagi siswa tunanetra dalam lingkungan sosialnya.
SLB A YKAB Surakarta sebagai lokasi penelitian. Data-data yang telah dikumpulkan menunjukkan bahwa perlu adanya media pendidikan karakter yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan para siswa tunanetra.
Menanggapi hal tersebut, tim membuat sebuah modul bahan ajar yang dicetak dalam bentuk braille dengan konten berisi pendidikan karakter dengan mengajarkan nilai hasthalaku yang disampaikan melalui cerita rakyat Jaka Tingkir.
“Media pendidikan karakter di SLB A YKAB Surakarta sendiri masih minim sekali dalam menggunakan buku braille cerita rakyat. Padahal siswa-siswa disana sangat senang membaca buku braille apalagi dengan cerita rakyat,” ucap Kiky, salah satu tenaga pendidik di SLB A YKAB Surakarta (20/07/2023).
Modul braille ini dibuat berdasarkan data yang kami dapatkan dari tenaga pendidik yang terdapat di SLB A YKAB Surakarta. Modul ini dibuat menjadi 3 level, level saatu terdiri dari pengenalan huruf braille, level 2 berisi potongan kata pendidikan karakter yang disampaikan dalam hasthalaku, serta level 3 berisi cerita rakyat Jaka Tingkir yang dikaitkan dengan nilai-nilai hastha laku yang disampaikan oleh Solo Bersimfoni.
“Nilai hasthalaku mengajarkan kita semua untuk cinta damai kepada individu lain sehingga bisa menciptakan lingkungan sosial yang aman, tertib, dan damai”, ucap bayu, salah satu tim pengembang nilai hasthalaku dari Solo Bersimfoni (14/08/2023)
Pada tanggal 30 Agustus 2023, dilakukan implementasi modul braille comic dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Pada saat pengimplementasian di dalam kelas, siswa sangat aktif dan antusias dalam membaca ketiga level buku yang diberikan.
Perubahan perilaku dari siswa tunanetra sangat terlihat antara pra-impelentasi dan pasca implementasi di SLB A YKAB Surakarata. Pasca implementasi, perilaku siswa tunanetra diantara lain saling membantu dalam bermobilisasi atau berpindah dari satu tempat ketempat yang lain, lebih menghormati guru, dan berkurangnya konflik di antara mereka.
Sehingga dengan adanya kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter pada siswa tunanetra dapat dilaksanakan menggunakan modul braille yang dikombinasikan dengan nilai pendidikan karakter yang bersifat lokal atau kearifan lokal.
Dalam hal ini kami menggunakan konsep Hasthalaku yang di mana hal tersebut adalah sebuah konsep atau gagasan yang disampaikan oleh sebuah organisasi Solo Bersimfoni yang digunakan untuk menciptakan siswa yang berkarakter dan berbudi pekerti.
Penulis: Hafidz Al Aziz
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret
Dosen Pengampu: Susanti, M.Pd.
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi