Amerika Serikat adalah salah satu negara yang muncul sebagai negara adidaya dengan kemajuan industri dan teknologi yang pesat setelah terjadinya perang dingin. Tidak hanya itu, letak Amerika Serikat yang strategis yaitu di antara dua samudera yaitu Pasifik dan Atlantik, membuat perekonomian Amerika Serikat meningkat pesat.
China sendiri ialah salah satu negara di asia yang memiliki luas wilayah terbesar, serta memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Tentu saja hal itu memberikan keunggulan pada sektor lapangan pekerjaan sebagai penyokong kemajuan ekonomi negara nya.
Ditambah dengan sistem pemerintahan tiongkok sendiri yang komunis serta perekonomian yang tertutup yang berpusat kepada negara sebagai pemegang kekuasaan negara tertinggi.
Perkembangan ekonomi Tiongkok yang relatif pesat telah menimbulkan kekhawatiran terhadap Amerika Serikat itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh nilai perkembangan ekonomi Amerika Serikat berada dibawah Tiongkok serta mulai masuknya produk-produk Tiongkok ke Amerika Serikat.
Dengan meningkatnya ancaman perekonomian yang dapat meningkatkan defisit negara dan ditambah dengan visi Presiden Donald Trump yang akan memakmurkan masyarakat, Amerika menetapkan kebijakan proteksionisme terhadap Tiongkok dengan menetapkan tarif tinggi untuk barang impor. (Sambara, 2021: 187)
Apa Imbas dari Perang Dagang yang Dilakukan oleh AS-Tiongkok terhadap Indonesia?
Indonesia merupakan negara yang tergolong negara berkembang dan kebijakannya tidak berpihak atau berpihak pada negara manapun, termasuk Amerika Serikat dan Tiongkok. Amerika Serikat dan Tiongkok merupakan mitra dagang Indonesia dalam ekspor dan impor bahan mentah, bukan minyak dan gas.
Kebijakan pertahanan yang ditetapkan oleh Amerika Serikat Dan Tiongkok memperlambat perekonomian dunia dan berdampak pada negara-negara sekitarnya. Kebijakan proteksionisme Tiongkok telah menimbulkan efek domino, negara-negara di sekitarnya mulai dari Kamboja, Vietnam, hingga Indonesia.
Indonesia terkena imbasnya pada pertumbuhan ekonomi dan nilai ekspor, Indonesia sendiri menganggap Amerika sebagai mitra pentingnya. Kedua negara saling melengkapi pasar masing-masing, menawarkan produk unggulan. Neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika menunjukkan nilai positif.
Ekspor nonmigas yaitu karet, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki dan mesin listrik mendominasi komoditas Indonesia yang dikirim ke Amerika Serikat (Kementerian Perdagangan, 2012).
Tidak hanya Amerika Serikat, Tiongkok pun adalah salah satu mitra dagang terbesar indonesia. Hubungan jual-beli antar negara cukup luas, meskipun Indonesia terkadang mengalami defisit. Perdagangan Indonesia-China tahun 2017 masih mengalami defisit karena impor lebih besar daripada ekspor. (Aprilianti, 2019: 45)
Indonesia Sebagai pemasok bahan baku terhadap Amerika Serikat dan Tiongkok sendiri mengalami kesulitan dalam mengekspor kepada dua negara tersebut. Dikarenakan pengurangannya nilai produksi yang dilakukan pada kedua negara tersebut sehingga nilai permintaan bahan baku bisa dibilang menurun.
“Kita juga melihat tekanan terhadap perdagangan internasional ini sudah terlihat di dalam kinerja ekspor kita. Jadi kita harus tetap fokus kepada bagaimana domestik faktor bisa kompensasi pelemahan itu,” ujar Sri Mulyani di Menara Kadin, Jakarta, Jumat (2/8). (Kusuma dkk, 2019)
Akibat dari perseteruan Amerika Serikat dan Tiongkok yang semakin memanas itu ialah pemberlakuan bea masuk ke Amerika Serikat, yang mengakibatkan angka produksi dari tiongkok menurun dan secara tidak langsung mengimbas pada menurunnya pertumbuhan ekonomi kita dikarenakan ekspor bahan mentah dari Indonesia ke negeri tirai bambu itu ikut menurun.
Penulis: M. Vitoriko Yanottama
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia
Editor: I. Chairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News