Pendekatan pengusiran massal yang diluncurkan oleh pemerintah Amerika Serikat sejak awal Juni tahun ini telah memicu protes di beberapa kota besar AS.
Operasi ini merupakan bagian dari rencana pemerintahan Trump untuk mengurangi jumlah imigran secara ilegal. Operasi ini mendapat reaksi dari masyarakat sipil dan beberapa pejabat negara bagian yang menolak secara tegas.
Presiden Donald Trump menyatakan bahwa operasi ini akan menjadi “pengusiran terbesar dalam sejarah Amerika.” Ribuan agen ICE (Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai) di kirim ke kota-kota seperti Los Angeles, New York, dan Chicago, yang dikenal untuk melindungi imigran tanpa dokumen dengan kebijakan suaka.
Untuk melawan dan menunjuk ketidakpuasan, masyarakat AS mengambil aksi dengan protes damai di jalan, memegang spanduk dengan tulisan No Kings in America, No Bans on People, dan No One is Illegal on Stolen Lands.
Pada tanggal 14 Juni 2025, jumlah masyarakat untuk protes penolakan persetujuan pemerintah telah mencapai 13,14 juta. Jumlah ini mencapai 3.92%, yang merupakan angka tertinggi dalam Sejarah AS untuk protes dalam sehari.
Gubernur California, Gavin Newsom, menganggap tindakan Trump sebagai pelanggaran hukum negara. Ia bahkan menggugat pemerintah federal karena mengirim Marinir tanpa persetujuan negara. Pada akhirnya, pengadilan federal memerintahkan untuk berhenti pada 13 Juni.
Di lapangan, guru, aktivis, dan pekerja bergerak dengan cepat untuk menciptakan jaringan dukungan darurat. Mereka menyebarkan kesadaran akan hak asasi manusia, perlindungan, dan dukungan mental kepada keluarga yang terkena dampak deportasi
Salah satu kasus yang telah mengambil perhatian publik adalah Kilmar Abrego Garcia, seorang imigran aktif yang telah berkerja dan membayar pajak selama 10 tahun ia tinggal di Amerika. Kasusnya telah menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap kejam.
Baca Juga: Electoral College: Apa yang Salah dari Sistem Pemilu Amerika Serikat
Organisasi seperti CASA, ACLA, dan Human Right First sedang mengorganisir dukungan hukum dan kampanye online yang menargetkan pembuat undang-undang. Gerakan sipil ini mungkin menunjukan bahwa banyak warga Amerika Serikat yang menentang kebijakan imigrasi yang keras.
Pendekatan ini tidak hanya menantang sistem hukum AS tetapi juga menunjukkan bagaimana orang biasa dapat melawan ketidakadilan. Dengan pemilihan yang semakin dekat, isu imigrasi pasti akan tetap menjadi topik hangat dalam politik nasional.
Penulis: Kelline Angela Sulaiman
Mahasiswa Mass Communication Bina Nusantara University
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News