Indonesia sebagai negara berkembang kini telah sampai pada era revolusi industri 4.0 dimana era ini dapat membantu membuat rantai suplai menjadi lebih sederhana. Mulai dari abad ke-18 saat revolusi industri pertama kali terjadi, era industri ke-4 dikenal juga dengan era revolusi industri 4.0 (Savitri, 2019).
Era revolusi industri 4.0 ditunjukkan dengan terjadinya otomatisasi kemajuan teknologi yang hampir terjadi di semua aspek kehidupan. Konsep dari revolusi industri 4.0 yaitu memadukan teknologi digital, internet, dan industri tradisional dengan tujuan mencapai efisiensi dan layanan konsumen secara terus-menerus dan berkelanjutan.
Professor Klaus Schwab memperkenalkan konsep revolusi industri 4.0 untuk pertama kalinya. Professor asal Jerman ini, mengungkapkan bahwa revolusi industri 4.0 mampu mempengaruhi cara kerja hidup kita, seperti bekerja ataupun berinteraksi antara satu sama lain.
Perbedaan era revolusi industri 4.0 dengan era sebelumnya yaitu terletak pada ketepatan, kecepatan, efisiensi, dan kualitas produksi. Bagi suatu negara pertumbuhan ekonomi berguna sebagai suatu alat untuk mengukur tingkat kemakmuran masyarakat.
Dengan adanya pemerataan kesempatan usaha dalam bidang ekonomi, diharapkan seluruh masyarakat mampu merasakan dampak yang positif dari pertumbuhan ekonomi. Pesatnya perkembangan teknologi digital juga berdampak dalam bidang ekonomi.
Teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence), robot pintar (smart-robots), internet of things (IoT), serta sistem fisik-siber (cyber-physical system) merupakan gambaran pesatnya teknologi saat ini. Oleh karena itu, diperlukan adanya kesiapan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan hambatan yang mungkin terjadi pada era revolusi industri 4.0.
Noe (2006: 13) dalam Panggabean (2019: 1.17) mengelompokkan tantangan yang dihadapi perusahaan menjadi 3 macam, yaitu kontinuitas usaha, keberhasilan di pasar global, dan kemajuan teknologi.
Pertama, kontinuitas usaha berkaitan dengan kemampuan organisasi untuk bertahan dalam menghadapi perubahan ekonomi dan sosial, menjalankan kegiatan bisnis dengan tanggung jawab, serta kesediaan produk dan jasa yang berkualitas. K
edua, keberhasilan di pasar global berkaitan dengan budaya dan aset tak berwujud yang dimiliki seperti modal manusia atau sumber daya manusia, modal sosial dan pelanggan, serta modal intelektual. Ketiga, kemajuan teknologi yang berkaitan dengan cara produksi, berkomunikasi, dan tempat bekerja.
Dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya perusahaan harus beradaptasi dan mampu bersaing dengan perubahan-perubahan dan tantangan yang mungkin terjadi.
Pengembangan potensi manusia yang bermutu tinggi merupakan sebagian kunci untuk menghadapi tantangan-tantangan yang mungkin terjadi. Sumber daya manusia yang dimiliki haruslah memiliki keterampilan, kreativitas, dan produktivitas yang unggul agar dapat mencapai tujuan serta keuntungan yang maksimal.
Sebaik dan sebanyak apapun pengembangan potensi alam guna proses produksi yang dimiliki, tanpa adanya pengembangan dari potensi manusia dalam mengolahnya tidak akan berarti apapun. Sama halnya dengan teknologi, canggihnya teknologi yang ada, tidak menutup kemungkinan bahwa dengan adanya potensi sumber daya manusia yang mampu merawat dan menggunakan teknologi sesuai guna.
Dengan adanya otomatisasi, maka produktivitas dan efisiensi akan tercapai secara maksimal. Hal ini mungkin berdampak secara tidak langsung pada peningkatan jumlah pengangguran.
Perusahaan akan cenderung memilih karyawan dengan keterampilan menengah dan tinggi dibandingkan dengan karyawan yang kurang terampil karena kedudukannya dalam melakukan suatu pekerjaan dapat digantikan oleh robot.
Kehadiran transportasi daring yang dirasa tidak mahal juga lebih efisien, serta toko online e-commerce dengan kemudahan akses juga dengan berbagai jenisnya memungkinkan tergesernya peran konvensional dalam pasar. Hal tersebut mungkin sudah dirasakan oleh Sebagian orang saat ini.
Berdasarkan World Economic Forum dalam menghadapi revolusi industri 4.0 terdapat 10 keterampilan yang dibutuhkan sumber daya manusia.
Pertama, complex problem solving berkaitan dengan mengidentifikasi, menyeleksi, menentukan solusi, serta mengevaluasi suatu masalah dan juga menerapkan solusi tersebut. Kedua, critical thinking merupakan kemampuan berpikir secara kritis dengan alasan yang logis.
Ketiga, creativity merupakan kemampuan menemukan hal baru maupun mengembangkan sesuatu yang telah berkembang. Keempat, people management yaitu skill yang digunakan untuk memimpin (leadership). Kelima, coordinating with other merupakan kemampuan bekerjasama dalam suatu kelompok.
Keenam, emotional intelligence yaitu keterampilan dalam mengukur emosinya. Ketujuh, judgment and decision making merupakan kecakapan seseorang dalam memilih serta menjalankan keputusan yang diambil. Kedelapan, service orientation merupakan keterampilan dalam memberikan layanan bagi suatu organisasi maupun konsumen.
Kesembilan, negotiation merupakan kemampuan untuk melakukan negosiasi dalam aspek pekerjaan. Dan yang terakhir kesepuluh, cognitive flexibility merupakan kemampuan untuk berpikir kognitif sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Keikutsertaan potensi sumber daya manusia dengan kemampuan serta keterampilan yang tinggi sangat diperlukan guna menyeimbangkan antara kondisi perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi. Revolusi tidak hanya mengubah daya saing dan model Perusahaan, tetapi juga struktur perekonomian serta perilaku individu.
Untuk menjadi sebuah kekuatan global, sebuah negara harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi secara baik. Ketidaksiapan suatu negara dan tidak mampu bersaing dalam kondisi ini akan menjadikan negara tersebut sebagai negara tertinggal.
Oleh sebab itu, di era revolusi industri 4.0 diperlukan adanya peran pengelola suatu negara serta kesiapan perilaku industri dalam membandingkan kemungkinan-kemungkinan dari akibat yang akan mungkin terjadi.
Penulis: Nurul Khusna
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Tidar
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News