Di Indonesia terutama di Kota-kota besar, lahan kosong merupakan hal yang langka, banyak orang yang kesulitan berkebun ataupun bercocok tanam akibat minimnya lahan kosong.
Oleh karena itu diperlukan media tanam alternatif untuk bercocok tanam yang dapat dilakukan di lahan yang terbatas seperti Hidroponik.
Hidroponik adalah budi daya pertanian tanpa menggunakan media tanah, hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dilakukan dengan menggunakan air sebagai media untuk menggantikan tanah.
Sistem hidroponik memiliki keunggulan karena mampu menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produktif, dan efektif karena dibudidaya tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam, dan juga dapat dilakukan di lahan yang terbatas.
Baca juga: Memanfaatkan Sinar Matahari di Atas Air: Potensi PLTS Terapung untuk Indonesia
Keberhasilan budidaya hidroponik sangat bergantung pada lingkungan, seperti suhu air, kelembaban tanah, dan pH air, yang harus dipantau secara terus menerus dan diatur sesuai kebutuhan tanaman.
Contohnya perubahan pH dan jumlah air sangat mempengaruhi pertumbuhan, khususnya tanaman sayur.
Untuk itu diperlukannya pemantauan parameter lingkungan pada budidaya hidroponik berupa pemanfaatan sensor, dan perangkat digital yang saling terhubung. Dengan menerapkan monitoring otomatis, tanaman hidroponik dapat terdeteksi kebutuhannya.
Dalam pengembangannya tentu dibutuhkannya beberapa komponen utama, seperti sensor pH air, sensor ketinggian air, dan sensor kelembapan tanah.
Berikut Rinician dari Beberapa Komponen Utama dari Monitoring Hidroponik Secara Otomatis
1. pH Meter
Sensor pH adalah sensor yang digunakan untuk mengetahui derajat keasaman. pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan larutan.
Prinsip utama kerja pH meter adalah terletak pada sensor probe berupa elektroda kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H30+ di dalam larutan.
2. Sensor LM35
Pada sistem Monitoring Hidroponik secara Otomatis ini, difokuskan untuk menjaga suhu air agar stabil dan level ketinggian air.
Mengontrol suhu air agar tetap sesuai dan menjaga ketinggian air agar tetap terjaga merupakan dua hal yang penting.
Suhu pada air nutrisi akan mempengaruhi pada saat proses penyerapan zat zat yang dibutuhkan tanaman oleh akar.
Pada saat suhu air rendah dibawah yang semestinya ataupun tinggi diatas yang semestinya, maka akan berdampak untuk pertumbuhan tanamannya seperti akar tanamannya tidak dapat lagi menyerap zat zat nutrisi pada air yang dibutuhkan oleh tanaman.
Suhu air nutrisi sendiri membutuhkan suhu yang optimal untuk pertumbuhannya. Pada umumnya suhu air nutrisi harus tetap terjaga diatas 25°C dan harus dibawah 28°C. Maka setpoint pada sistem ini akan ditetapkan pada titik tertinggi yaitu 28°C.
Baca juga: Gen Z Berperan Penting untuk Pertumbuhan Ekonomi di Era Masa Kini
3. Water Level Sensor
Ketinggian atau jumlah air juga penting untuk menjaga agar kualitas tanaman hidroponik menjadi maksimal.
Ketika ketinggian air dibawah dari kebutuhan tanaman, maka tanaman tidak akan menyerap air secara maksimal dan dapat mengakibatkan tanaman akan tumbuh secara lamba.
Namun ketika ketinggian air diatas kebutuhan atau melebihi dari yang dibutuhkan juga akan menyebabkan akar dari tanaman secara perlahan akan mati ketika akar menyerap air secara berlebihan ke tanaman. Maka ketinggian air pada hidroponik penting agar tetap terjaga.
Dengan adanya perancangan Monitoring Hidroponik Secara Otomatis diharapkan dapat diadakannya pengembangan dalam sektor pertanian maupun berkebun di kalangan masyarakat.
Dengan semakin terbatasnya lahan yang ada agar petani dapat menghasilkan tanaman yang berlimpah dengan kualitas tinggi guna meningkatkan harga jual dan juga masyarakat dapat menanam tanaman sendiri dengan kualitas yang baik di lahan terbatas.
Penulis:Â Ananda Silvia
Mahasiswa Jurusan Mekatronika, Politeknik Astra
Editor:Â Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News