Malang – Sebagai tugas UAS Jurusan Pendidikan Seni Tari dan Musik angkatan 2023 mengadakan acara yaitu “Urban Dance Camp 2024”. (10/11/2024)
Jurusan Pendidikan Seni Tari dan musik ini diampu oleh Prof. Dr. Robby Hidajat, S.Sn, M.Sn., beliau ini juga yang mengidekan adanya acara ini. Urban Dance Camp ini mengusung tema tari yang diselenggarakan semi berkemah yang diadakan di Kampung Warna-Warni Jodipan yang beralamatkan di Jl. Ir. H. Juanda No.RT.7, RT.09/RW.2, Jodipan, Kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.
Akan tetapi yang mengikuti kegiatan UAS ini hanya mahasiswa tari saja yang mengambil mata kuliah komposisi tari. Kedatangan kita disana sangat disambut baik oleh warga sekitar bahkan sangat dibantu adanya perlengkapan yang diperlukan oleh mahasiswa prodi tari.
Pengunjung disana juga sangat antusias bahkan ada warga mancanegara yang berkunjung ke sana untuk melihat penampilan juga untuk berpartisipasi mengikuti acara tari disana. Selaim itu, mahasiswa prodi tari ini juga mengadakan dan mendatangkan Pemateri workshop seni yang di bawakan oleh Bapak Iip selaku dosen praktisi mengajar yang membawakan materi tari jaipong jawa barat. Workshop seni ini di ikuti oleh semua mahasiswa tari dan juga ada beberapa warga lokal daerah Kampung Warna-Warni yang mengikuti workshop tersebut.
Tari Beksan Parisuko ini salah satu tampilan yang di pertunjukan oleh beberapa mahasiswa tari di depan pengunjung Kampung Warna Warni. Tari Beksan Parisuko adalah salah satu bentuk tarian klasik Jawa yang berasal dari Keraton Yogyakarta.
Tari ini diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwono I pada abad ke-18, pada masa awal berdirinya Keraton Yogyakarta setelah pecahnya Mataram menjadi dua kerajaan besar, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Secara historis, Beksan Parisuko ditampilkan sebagai tari perang yang melibatkan dua penari pria. Tarian ini menggambarkan duel atau pertarungan antara dua prajurit yang gagah dan tangguh. Dalam tarian ini, setiap gerakan memiliki makna khusus, mengekspresikan keterampilan bela diri, keberanian, dan ketangkasan yang ideal dimiliki oleh seorang prajurit kerajaan.
Gerakan dalam Beksan Parisuko juga memperlihatkan nilai-nilai keprajuritan seperti sikap ksatria, ketenangan, serta pengendalian diri, yang merupakan cerminan dari karakter seorang abdi dalem atau prajurit Keraton. Tarian ini diiringi oleh musik gamelan yang memberikan ritme serta atmosfer yang dramatis, mendukung suasana pertarungan simbolis yang penuh energi dan dinamika.
Kini, Beksan Parisuko tidak hanya dipertunjukkan dalam lingkup keraton, tetapi juga di acara-acara budaya untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya klasik Jawa kepada masyarakat luas.
Baca Juga: Makna Hari Tari Sedunia Bagi Seniman Kampung Budaya Polowijen Malang
Parisuko berbentuk tari kelompok puteri, dibawakan oleh lima penari puteri dengan visualisasi desain rias dan busana semuanya sama atau seragam. Desain rias dan busana seperti desain yang biasa dipakai oleh para penari tayub puteri yaitu, tata rias untuk mempercantik wajah penari (corrective make up) dan tampah sebagai aksesoris tari.
Ide penciptaan Parisuko bersumber dari tradisi bersih desa yang hidup di beberapa desa di wilayah Kotamadya Madiun. Dalam pelaksanaan ritual tradisi bersih desa di beberapa desa di wilayah Madiun biasanya juga dilengkapi dengan pertunjukan seni tari.
Dipilihnya sumber ide mengenai tradisi bersih desa dimaksudkan untuk mengangkat nilai-nilai budaya lokal yang dimiliki oleh Kabupaten Madiun. Hal tersebut merupakan wujud sikap peduli dan wujud rasa bangga dalam berbangsa dan bertanah air Indonesia, ditunjukkannya dengan mengembangkan sebuah perilaku kreatif dalam memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan lokal tentang tradisi bersih desa.
Pada sisi lain, keberadaan pertunjukan tari Parisuko dalam kehidupan tradisi masyarakat Kotamadya Madiun juga berfungsi sebagai tari pergaulan yang bersifat hiburan profan. Oleh karena popularitas dari pertunjukan tradisional tersebutlah, Ninik Sulistyowati tertarik untuk mengembangkannya dalam bentuk pertunjukan tari kelompok puteri.
Berdasarkan bentuk koreografinya, Parisuko merupakan bentuk tari kelompok puteri berjumlah sembilan penari. Judul Parisuko berasal dari bahasa Jawa, yaitu kata yang berarti tari atau tarian, dan kata parisuko berarti bersuka cita atau bergembira ria.
Parisuko bertema pesta desa, merupakan koreografi tari yang diangkat dari tradisi ritual bersih desa. Ritual bersih desa dengan sub tema ungkapan rasa syukur, permohonan kesejahteraan, keselamatan, dan tolak bala.
Sinopsis Parisuko adalah, bentuk tari kelompok puteri yang menggambarkan atau melambangkan kegiatan sosial komunal tradisi pesta desa masyarakat Kota Madiun sebagai ungkapan rasa syukur, permohonan kesejahteraan, keselamatan, dan tolak bala ‘ yang dilengkapi dengan seni pertunjukan tayuban. Bentuk Parisuko, didukung oleh kelompok penari putri dengan desain rias dan busana semuanya serba sama.
Oleh karena itu Parisuko termasuk dalam bentuk tari kelompok putri. Ciri khas tersebut identik dengan konsep koreografi atau bentuk tari “Bedhaya” dengan rias busana yang serba sama. Parisuko merupakan perpaduan dari berbagai unsur pembentuk meliputi: gerak sebagai bahan baku, desain lantai, desain atas, desain musik, desain dramatik, dinamika, koreografi kelompok, tema, rias dan kostum, properti tari, tata lampu dan penyusunan acara.
Perpaduan antar elemen tersebut membentuk struktur yang dapat ditelaah terdiri dari tiga bagian tari yaitu: (1) Bagian tari awal dengan suasana kontemplatif dan khidmat, yang didukung dengan musik tari introduksi gending Lancaran Pelog Nem, kemudian bersambung Sekar Balabak Pelog Nem. Penampilan bagian awal ini menyimbulkan kegiatan ritual sebagai ungkapan permohonan atas kesejahteraan dan keselamatan (tola bala); (2) Bagian tari pokok (inti) dalam suasana suka cita, didukung dengan gending Boga Irama Lancar, disusul gending Wastra, kembali ke gending Boga dan Jengglengan, kemudian suasana naik semakin meriah didukung dengan gending Walangkekek. Bagian ini menggambarkan kegiatan pesta desa sebagai ungkapan rasa syukur atas kesejahteraan, keamanan, dan keselamatan; (3) Bagian tari akhir diiringi gending berirama lancar, yaitu sebagai bagian tari penutup, para penari meninggalkan ruang pentas (closing performance).
Sangat menghargai usaha dan semangat para penari Tari Beksan Parisuko, untuk segi gerakan dalam tampilan ini sudah sangat cukup energik dan cukup, namun kostum yang digunakan tampaknya kurang mencerminkan unsur tradisional yang biasanya hadir dalam tarian ini.
Pemilihan warna dan motif sepertinya tidak selaras dengan karakteristik dan filosofi beksan Parisuko yang seharusnya elegan dan sarat makna. Kostum yang lebih sesuai akan menambah keanggunan dan keautentikan penampilan Anda, sehingga dapat lebih memukau penonton sekaligus menghormati warisan budaya.
Serta riasan wajah yang digunakan kurang sesuai dengan karakter dan nuansa tradisional dan yang seharusnya ditonjolkan dalam tarian ini. Beksan Parisuko biasanya mengutamakan tampilan riasan yang lembut dan natural, untuk menonjolkan keanggunan dan kelembutan khas budaya Jawa.
Dengan riasan yang lebih natural dan sesuai dengan karakter tarian, penampilan Anda pasti akan terlihat lebih memukau dan sesuai dengan nilai-nilai klasik yang diusung oleh beksan Parisuko Mungkin untuk tampilan dikemudian hari pentingnya edukasi tentang tari beksan Parisuko dan bekerja sama satu tim dalam penggunaan kostum sehingga kerapian kostum tetap terjaga.
Penulis: Fitria Ayu Padmayoni
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari dan Musik, Universitas Negeri Malang
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News