Peran Stereotip dan Ekspektasi Gender dalam Keluarga

Ketidaksetaraan Gender
Ilustrasi Ketidaksetaraan Gender (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Definisi dari stereotip gender sendiri bisa diartikan sebagai pandangan tetap yang mengkategorikan peran dan sifat laki-laki dan perempuan berdasarkan norma sosial yang telah ada. Stereotip ini mencakup anggapan bahwa laki-laki harus kuat, mandiri, dan berani, sementara perempuan dianggap lemah, emosional, dan penurut.

Keyakinan ini seringkali menjadi dasar bagi pembagian tugas di dalam masyarakat dan dapat membatasi individu dalam mengeksplorasi potensi mereka.

Ekspektasi gender merujuk pada harapan dan standar yang ditetapkan oleh masyarakat untuk perilaku laki-laki dan perempuan. Ini mencakup norma-norma yang mengharuskan laki-laki untuk menjadi pencari nafkah dan pemimpin, sementara perempuan diharapkan menjadi pengasuh dan pengurus rumah tangga. Ekspektasi ini bervariasi tergantung pada konteks budaya dan sosial di mana individu berada.

Stereotip dan ekspektasi gender dapat memiliki dampak signifikan terhadap individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Bacaan Lainnya

Beberapa dampak yang tampak stereotip dapat membuat individu merasa tertekan untuk memenuhi harapan tertentu, sehingga menghambat terhadap pengembangan diri mereka. Kesempatan yang tidak merata beberapa individu mungkin tidak mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan atau karir karena stereotip yang melekat pada gender mereka.

Dalam konteks keluarga, peran laki-laki seringkali dianggap sebagai pencari nafkah, pemimpin, dan pelindung. Mereka diharapkan untuk mengambil tanggung jawab utama dalam hal finansial dan pengambilan keputusan. Sebaliknya, peran perempuan biasanya terkait dengan pengasuhan anak, pengelolaan rumah tangga, dan pendidikan anak.

Perempuan seringkali diharapkan untuk mengurus kebutuhan emosional dan fisik keluarga. Beberapa contoh stereotip gender yang umum mencakup laki-laki harus kuat dan tidak menunjukkan emosi.

Perempuan harus lembut dan bersifat mendukung. Stereotip ini dapat menciptakan tekanan bagi individu untuk berperilaku sesuai dengan harapan tersebut.

Dampak dari stereotip gender di dalam keluarga sering kali berupa pembatasan kesempatan bagi anggota keluarga, di antaranya perempuan mungkin merasa terpaksa untuk mengabaikan karir demi mengurus rumah tangga. Dan laki-laki mungkin merasa tertekan untuk selalu tampil kuat, sehingga mengabaikan kebutuhan emosional mereka. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan pribadi serta konflik di dalam hubungan keluarga.

Baca juga: Gender Bukan Batasan: Mewujudkan Hak Setara untuk Semua

 

Beberapa Dampak dari Stereotip dan Ekspektasi Gender

  1. Stereotip dan ekspektasi gender dapat menyebabkan keterbelakangan bagi perempuan, menghalangi mereka dari akses pendidikan dan peluang karir yang setara.
  2. Gender inequality dalam pengambilan keputusan berkontribusi pada kesenjangan sosial dan ekonomi, di mana perempuan tidak memiliki akses yang sama terhadap sumber daya dan kekuasaan.
  3. Ketidaksetaraan dalam pengambilan keputusan juga dapat meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga, di mana perempuan mungkin tidak memiliki suara untuk melindungi diri mereka.
  4. Dampak psikologis dari stereotip gender termasuk stres, kecemasan, dan perasaan rendah diri pada perempuan akibat ketidakmampuan untuk berpartisipasi secara aktif dalam keputusan penting.

Ekspektasi Gender dalam Pengambilan Keputusan

1. Ekspektasi Laki-laki:

Dalam konteks pengambilan keputusan, laki-laki sering kali diharapkan menjadi pengambil keputusan utama. Mereka dianggap sebagai pihak yang memiliki otoritas dan tanggung jawab untuk menentukan arah dan kebijakan dalam keluarga, termasuk keputusan penting terkait pendidikan anak dan keuangan.

2. Ekspektasi Perempuan:

Sebaliknya, perempuan biasanya diposisikan sebagai pendukung dalam pengambilan keputusan. Meskipun mereka mungkin memiliki pandangan dan ide, harapan masyarakat seringkali menempatkan mereka dalam peran yang lebih pasif, di mana mereka mendukung keputusan yang diambil oleh laki-laki. Contoh: laki-laki memutuskan tentang pendidikan anak, perempuan memutuskan tentang masakan.

Ekspektasi gender dalam pengambilan keputusan dapat memperkuat struktur patriarki dan membatasi kesempatan perempuan. Ketika laki-laki selalu dianggap sebagai pengambil keputusan utama, hal ini mengukuhkan kekuasaan mereka dan mengurangi suara perempuan dalam proses pengambilan keputusan.

Perempuan mungkin merasa tertekan untuk tidak berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan penting, sehingga menghambat potensi mereka untuk berkontribusi secara penuh dalam keluarga dan masyarakat.

 

Cara Mengatasi Stereotip dan Ekspektasi Gender

1. Pendidikan Kesadaran

Meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan gender melalui pendidikan dapat membantu merubah pandangan masyarakat terhadap peran laki-laki dan perempuan.

2. Kebijakan yang adil

Menerapkan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dalam semua aspek kehidupan, termasuk di tempat kerja dan pendidikan.

3. Pemberdayaan Perempuan

Memberikan dukungan kepada perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan di semua tingkat.

4. Kerjasama Keluarga,

Mendorong kerja sama antara suami dan istri dalam mengambil keputusan penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih setara.

5. Menghargai Perbedaan dan Keunikan Individu

Menghormati perbedaan individu tanpa memandang gender dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.

Pendidikan dan kampanye kesadaran publik dapat membantu mengubah pandangan masyarakat tentang peran gender. Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender dapat mendorong perubahan sikap dan perilaku.

Tidak hanya itu menghargai keunikan setiap individu tanpa memandang gender dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif. Ini termasuk mendorong setiap individu untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka tanpa terikat pada stereotip gender tradisional.

 

Penulis: Berlin Naja Raihani
Mahasiswa Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses