Aliran Filsafat yang Sangat Relevan untuk Kehidupan

hidup bahagia
Filosofi hidup bahagia. (Foto: Pixabay.com)

Tidak sedikit orang menganggap filsafat itu buruk. Filsafat dinilai dapat menjauhkan Anda dari kepercayaan yang Anda miliki, misalnya agama. Padahal tidak ada salahnya Anda menjalani keduanya itu. Dari filsafat kita akan berpikir lebih kritis dan memantapkan diri dalam menjalankan kepercayaan yang Anda miliki.

Saya akan memperkenalkan Anda pada ilmu filsafat yang sangat relevan untuk kehidupan. Yang dapat mengurangi rasa kekecewaan, kecemasan dan lainnya yang sering kita temukan dalam kehidupan.

Apa sih yang sering membuat Anda kecewa? Mungkin saya akan menjawab ekspektasi atau harapan. Tentu dalam menjalani hidup, ekspektasi adalah langkah awal yang selalu seseorang lakukan. Melalui ekspektasi, akan mendorong seseorang dalam mencapai suatu hal.

Mungkin dalam prosesnya, seseorang cenderung memersepsikan segala sesuatunya akan berjalan dengan baik dan selalu menyampingkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Bacaan Lainnya

Namun, kalau kita melihat pada realitas sering kali kita menemukan banyak hal yang terkadang tidak sesuai dengan ekspektasi atau harapan, kita ingin “A” nyatanya “B”. Mungkin, seperti ketika kita kuliah, sebagian besar mahasiswa/i pasti ingin nilai yang baik atau IPK yang tinggi. Namun realitas tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Atau juga masalah pekerjaan, asmara dan lainnya.

Baca juga: Pemikiran Filsafat Pendidikan Romo Mangun Wijaya

Hal-hal itulah yang memunculkan emosi negatif dalam diri seseorang. Mulai dari sedih, stres sampai rasa cemas yang berlebih. Sama halnya seperti kalian, saya sendiri pun sering mengalami hal semacam itu. Tentu, betapa tidak enaknya merasakan kecewa, stres dan cemas yang berlebihan. Rasanya setelah ekspektasi dihancurkan oleh realitas, produktivitas kita terganggu dalam melakukan sesuatu.

Pada akhirnya sering muncul dalam pikiran, mungkin menjadi seorang pesimis akan lebih baik. Nah, kalau Anda mengalami hal yang sama, saya punya jalan keluarnya untuk menghadapi segala hidup yang absurd. Pada artikel ini, saya akan mengenali kepada Anda sebuah filosofi hidup. Sebuah filosofi dari Yunani-Romawi kuno yang menurut saya masih sangat relevan untuk kehidupan. Filosofi tersebut adalah Filosofi Teras atau Stoikisme.

Filosofi Teras atau Stoikisme

Jika Anda berkenan, yuk simak artikel ini sampai selesai.

Apa sih Stoikisme? Mungkin sebagian dari Anda belum tahu dan yang sudah tahu mohon koreksi tulisan saya ini. Oke, filosofi ini tidak terlalu berat untuk dicerna oleh siapa pun. Maka tak perlu khawatir untuk mengenal filosofi ini. Karena filosofi teras ini akan mengubah pola pikir Anda dan sangat berguna untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Filosofi teras atau Stoikisme merupakan aliran filsafat Yunani-Romawi kuno yang dipelopori oleh Zeno pada awal abad ke-3 SM. Tenang saja, tidak perlu khawatir bila mendengar kata filsafat. Filosofi ini bukanlah sebuah kepercayaan atau agama yang memiliki aturan di dalamnya, melainkan sebuah cara bagi Anda dalam memandang hidup secara praktis.

Baca juga: Istilah-Istilah Penting dalam Filsafat Ilmu

Sehingga Anda bisa menjalani hidup sehari-hari dengan lebih tenteram. Meskipun kita akan bertemu kembali dengan rasa-rasa kecewa, stres maupun cemas. Namun, setidaknya Anda akan mudah meredamnya dengan baik melalui filosofi teras ini.

Seperti harta, takhta dan asmara bukanlah definisi sukses kaum stoik. Dengan kata lain menurut filosofi teras, seseorang bisa dianggap sukses ketika memiliki rasa tenteram yang tidak mudah pudar dalam kondisi apa pun.

Setelah mengenal apa itu filosofi teras, mungkin muncul dalam benak Anda apa sih tujuan dari filosofi ini. Oke, filosofi ini menekankan bahwa pikiran merupakan kekuatan utama diri Anda. Oleh karena itu, filosofi ini mengajak kalian melakukan premeditation malorum, yaitu membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Metode ini berasal dari para filsuf Cyreanic dan kemudian diadopsi oleh para filsuf Stoik.

Cukup sulit untuk menghindarkan emosi negatif dalam hidup. Mulai dari sedih, marah, curiga sampai cemburu. Itu sering kali mengganggu ketenteraman dalam hidup Anda. Maka dari itu, Filosofi Teras bermaksud untuk membebaskan Anda dari emosi tersebut, meskipun agak sulit setidaknya Anda akan bisa mencegahnya atau meredamnya. Salah satunya dengan memfokuskan pada hal yang bisa Anda kendalikan, yang akan saya jelaskan di bagian selanjutnya.

Ketidakpastian dalam hidup cenderung akan menimbulkan emosi negatif dalam diri Anda. Karena Anda mungkin menjadi bingung tentang apa yang harus Anda lakukan. Filosofi teras akan menjadi alternatif buat Anda menghadapi ketidakpastian dalam hidup.

Seperti ya sudah memang yang terjadi seperti itu, namun bukan berarti Anda menyerah. Tetapi, tetap menjalani kehidupan dengan bahagia lalu mengubur segala ekspektasi yang telah hancur untuk belajar memimpin diri sendiri.

Baca juga: Mengenal Manusia dan Filsafat

Anda juga bisa belajar bagaimana caranya menjadi pemimpin yang baik melalui filosofi teras ini. Arti pemimpin di sini bukan berarti soal organisasi, tim, atau negara, melainkan bagaimana caranya mengatur kehidupan diri Anda dengan baik. Filosofi teras ini juga membekali Anda untuk menjadi pemimpin yang tegar akan kegagalan, sebab kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.

Filosofi Teras mengajarkan Anda bahwa kebahagiaan sejati hanya akan datang dari hal yang bisa Anda kendalikan. Dalam arti lain, sesuatu yang berasal dari dalam diri Anda sendiri. Apa saja sih kendali yang ada dalam diri kita dan yang tidak? Oke, saya akan memaparkan keduanya.

Hal yang mungkin bukan dalam kendali Anda; tindakan orang lain terhadap Anda, opini orang lain dan lainnya serta eksistensi orang lain.

Hal yang mungkin di bawah kendali Anda; pertimbangan opini serta persepsi Anda terhadap suatu hal, keinginan diri Anda, tujuan diri Anda, segala sesuatu pikiran dan eksistensi Anda.

Nah, dari beberapa kendali diri maupun di luar diri yang sudah saya paparkan. Anda tidak bisa menggantungkan kebahagiaan Anda dengan hal yang tidak bisa Anda kendalikan. Sebab, sama saja Anda menyerahkan kebahagiaan Anda kepada orang lain.

Misalnya, Anda yang biasa berpenampilan tidak rapi, lalu Anda mencoba berpenampilan rapi untuk menarik perhatian wanita yang Anda kagumi. Ketika Anda sudah di hadapannya, seketika ekspektasi Anda dihancurkan oleh lelaki tampan yang penampilannya tidak rapi duduk mesra dengan wanita yang Anda kagumi. Lalu Anda merasa kecewa sehingga melenyapkan kebahagiaan Anda.

Nah, filosofi ini mengajarkan kepada Anda bahwa kebahagiaan tidak datang dari hal eksternal seperti itu. Melainkan hal internal yang bisa Anda kendalikan. Seperti perasaan bahagia ketika Anda mengenal wanita itu, yang mendorong Anda untuk berpenampilan lebih rapi. Penting juga untuk Anda pahami bahwa kendali di sini bukan hanya soal kemampuan memperoleh, melainkan juga untuk mempertahankan akan suatu hal yang ada pada diri Anda.

Baca juga: Apa sih Filsafat Itu?

Mungkin saya akan menutup tulisan ini dengan beberapa kutipan dari para filsuf Stoikisme. Seperti yang dikatakan Epictetus;

It’s not what happens to you, but how you react to it that matters”.

Segala sesuatu buruk yang menimpa pada diri kita, kita harus menyikapi dengan bijak. Seperti apa yang dikatakan oleh Epictetus, bukan apa yang terjadi pada Anda, tetapi bagaimana Anda bereaksi terhadapnya yang terpenting.

Seperti juga yang dikatakan Marcus Aurelius;

You have power over your mind – not outside events. Realize this, and you will find strength”.

Ketika kita bisa mengontrol penuh dan menemukan apa yang dibutuhkan oleh diri kita dengan cara mengendalikan pikiran kita, percayalah, tidak akan ada yang sulit dalam menghadapi suatu apa pun. Seperti yang dikatakan oleh Marcus Aurelius, Anda memiliki kekuasaan atas pikiran Anda, bukan peristiwa di luar. Sadari ini, dan Anda akan menemukan kekuatan.

Penulis: Erros Evani Hasan
Mahasiswa Universitas Pamulang, Sastra Indonesia

filosofiteras #stoikisme #filsafat #pengendaliandiri #falsafahstoa #filosofi #bahagia #stoicism #zeno #epictetus #marcusaurelius #etika #katekontik #seneca #apatheia #ketenangan #batin #mahasiswa #nalar #kebajikan #bijaksana

Pos terkait