Analisis Hadits dari Sisi Matan dan Pensyarahannya

analisis hadis

Pendahuluan

Ulumul Hadis adalah ilmu yang mempelajari segala seluk-beluk hadis. Hadis dapat dimaknai sebagai sunnah atau segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam baik dari segi ucapan, perbuatan, atau ketetapannya.

Hadis merupakan sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an, namun dalam penetapan hukum tidak serta merta langsung merujuk pada hadis, harus terlebih dahulu didasari dari Al-Qur’an dan kemudian hadis. Namun tidak pula semua hadis dapat dijadikan hujjah, karena terdapat beberapa tingkatan hadis tersendiri, mulai dari hadis shahih, hasan, dan dhaif.

Tidak seperti turunnya Al-Qur’an pada Rasalullah, hadis yang turun dari Nabi Muhammad SAW terlebih dahulu melalui sahabat yang memiliki hafalan yang kuat, karena tidak semua yang disampaikan Rasulullah langsuhg diterima oleh para sahabat.

Bacaan Lainnya
DONASI

Terdapat juga hadis dari Rasulullah yang ditulis, ada juga mereka yang hanya mengandalkan hafalan mereka untuk mengingat apa yang telah dikatakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Adapula hadis yang sudah sampai kepada para sahabat dan sampai juga kepada para tabi’in, dari hal itu sangat mungkin terjadi redaksi yang berbeda meskipun maksud dan tujuannya sama.

Baca juga: Batasan-Batasan Makna Hadis

Maka dari itu dalam penerimaan hadis, terdapat beberapa langkah agar mengetahui kebenaran hadis tersebut, dengan meneliti hadis tersebut dibawa oleh siapa dan untuk mengetahui juga hadis tersebut disandarkan pada siapa, dan apakah hadis tersebut dapat diterima atau tidaknya.

Maka dari itu untuk dapat memahami hadis secara universal/secara umum dan salah satu caranya adalah dengan melihat hadis dari segi kuantitas atau dari siapa saja hadis tersebut dibawa (banyaknya sanad).

Pembahasan

Ulumul hadis adalah suatu ilmu yang membahas mengenai semua yang terkait dari hadis, mulai dari asal hadis hingga hadis tersebut bisa dijadikan hujjah atau tidak. Berawal dari kata hadis, kata hadis dapat maknai dengan segala sesuatu baik itu ucapan, perbuatan, atau ketetapan yang datang dari Nabi.

Pada pembahasan mengenai ulumul hadis kali ini akan lebih fokus membahas mengenai hadis dari segi matannya. Dari kata matan, apa itu matan? Matan adalah sebuah isi atau kalimat/ pembahasan dalam suatu hadis, dengan mudah diketahui bahwa  matan ini terletak setelah penyebutan dari nama-nama perawi hadis tersebut atau dengan simpelnya matan adalah isi hadis.

Mengenai hadis itu bersifat dhoif, maudhu’, ataupun shahih kita bisa melihat tidak hanya dari segi sanadnya namun juga dari matannya. Sanad yang shahih belum tentu matannya juga shahih. Maka dari itu untuk mengetahui hadis tersebut shohih atau tidaknya, kita bisa ambil cara yaitu dengan melakukan kritik sanad dan juga kritik matan.

Kritik sanad yaitu cara kita menilai mengenai kebenaran rantai/runtutan sanad atau kita sebut juga dari silsilah dari perawi baik dari mukharrij sampai pada sahabat yang menerima hadis tersebut langsung dari Rasulullah.

Baca juga: Urgensi Asbabul Wurud Al Hadits

Sedangkan kritik matan adalah cara yang dilakukan untuk menenetukan kualitas dari suatu hadis, agar dapat mengetahui hadis tersebut bersifat shohih ataupun dhoif. Jika dari segi sanadnya, kegiatan kritik sanad tersebut bertujuan agar mengetahui apakah hadis tersebut bisa dikatakan shohih, hasan ataupun dhoif.

Sedangkan dari segi matannya, kegiatan kritik matan tersendiri bertujuan untuk mengetahui apakah hadis tersebut tergolong maqbul atau mardud, artinya yaitu hadis tersebut dapat diterima atau tertolak.

Dan cara simpelnya untuk mengetahui keshahihan suatu hadis adalah dengan melihat hadis tersebut bahwa; tidak bertentangan dengan petunjuk dalam Al-Qur’an, tidak bertentangan dengan hadis yang memiliki kualitas yang lebih kuat, dan tentunya tidak bertentangan dengan akal sehat.

Juga susunan dari hadis tersebut menunjukkan ciri-ciri sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentunya terdapat manfaat dari kita mempelajari terkait kritik matan, yaitu kita dapat menghindari kecerobohan dalam menerima hadis dengan mengacu pada kritik matan, dapat mengungkap jika terdapat kesalahan dari si perawi suatu hadis, dan juga dapat menyelesaikan perselisihan terkait kandungan dari hadis tersebut.

Terdapat juga ilmu yang mempelajari suatu hadis yaitu dengan metode syarah hadis. Dengan syarah hadis kita dapat mengetahui kandungan dalam hadis tersebut lebih dalam. Adapun macam-macam metode pensyarahan hadis terbagi menjadi; metode tahlili, metode ijmali dan metode maudhu’i.

Metode tahili adalah metode yang membahas suatu hadis dari berbagai aspek atau penjelasannya secara menyeluruh, baik mulai dari pengelompokan hadis dari judul pembasannya, pengumpulan sanad, matan maupun mukharij hadis hingga pada pembahasan mengenai kualitas suatu hadis.

Meskipun pensyarahan hadis menggunakan metode tahlili ini tergolong sangat lengkap namun hasil dari pensyarahnnya cenderung sulit untuk dipahami karena cakupan dari pembasannya yang sangat luas sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memahaminya.

Baca juga: Mengenal Sejarah Ilmu Hadist

Kemudian metode ijmali, metode ijmali ini dapat dikatakan metode yang menerangkan suatu hadis yang terdapat pada kitab hadis secara ringkas dan mudah untuk dipahami, atau dapat dikatakan bahwa pembasannya bersifat global meskipun terdapat hadis tertentu yang memang memerlukan pembahasan yang lebih rinci. Meskipun demikian penjelasannya masih tergolong tidak serinci pembahasan pada metode tahlili.

Sedangkan metode maudhu’i adalah metode pensyarahan suatu hadis dengan membahas hadis pada topik tertentu yaitu tidak membahas hadis secara keseluruhan dan dapat dikatakan sebagai metode pensyarahan suatu hadis dengan cara/metode yang paling simpel.

Metode penyarahan suatu hadis tersebut diambil dari hadis yang terdapat kitab-kitab hadis, seperti Shahih Bukhori dengan kitab syarahnya salah satunya adalah Fathul Bari, Shohih Muslim dengan kitab syarahnya yaitu Al-Minhaj, Muwattha’ Malik  dengan kitab syarahnya salah satunya yaitu kitab Al- Muntaqa dan juga kitab Al-Istidzkar, Sunan Ibnu Majjah, Sunan Abi Daud, Sunan An- Nasa’i , sunan Ad- Darimi, Sunan Abi Daud  dan Sunan At-Tirmidzi.

Adapun contoh pensyarahan hadis menggunakan metode ijmali adalah sebagai berikut:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ خَالِدِ بْنِ سَلَمَةَ يَعْنِي الْفَأْفَاءَ عَنْ الْبَهِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِه

قَالَ صَاحِبُ عَوْنِ الْمَعْبُودِ :

(الْفَأْفَاء ) : لَقَب خَالِد يُعْرَف بِهِ

( عَنْ الْبَهِيّ ) : بِفَتْحِ الْبَاء الْمُوَحَّدَة وَكَسْر الْهَاء ثُمَّ التَّحْتَانِيَّة الْمُشَدَّدَة هُوَ لَقَب وَاسْمه عَبْد اللَّه بْن بَشَّار

)(عَلَى كُلّ أَحْيَانه ) : وَأَخْرَجَ التِّرْمِذِيّ مِنْ حَدِيث عَلِيّ ” كَانَ يَقْرَأ الْقُرْآن عَلَى كُلّ حَال مَا لَمْ يَكُنْ جُنُبًا ” فِيهِ دَلَالَة عَلَى أَنَّهُ إِذَا كَانَ الْحَدَث الْأَصْغَر لَا يَمْنَعهُ عَنْ قِرَاءَة الْقُرْآن وَهُوَ أَفْضَلُ الذِّكْر كَانَ جَوَاز مَا عَدَاهُ مِنْ الْأَذْكَار بِالطَّرِيقِ الْأَوْلَى ، وَكَذَلِكَ حَدِيث عَائِشَة ” كَانَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُر اللَّهَ عَلَى كُلّ أَحْيَانه ” مُشْعِر بِوُقُوعِ الذِّكْر مِنْهُ حَال الْحَدَث الْأَصْغَر ، لِأَنَّهُ مِنْ جُمْلَة الْأَحْيَان الْمَذْكُورَة .

وَالْجَمْع بَيْن هَذَا الْبَاب وَالْبَاب الَّذِي قَبْله بِاسْتِحْبَابِ الطَّهَارَة لِذِكْرِ اللَّه تَعَالَى وَالرُّخْصَة فِي تَرْكهَا .

وَالْحَدِيث أَخْرَجَهُ مُسْلِم وَالتِّرْمِذِيّ وَابْن مَاجَهْ

Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa pensyarah, Muhammad bin Asyraf, dalam mensyarahi hadis, menggunakan metode yang sangat ringkas. Ia tidak menyebutkan sebab al-wurud, informasi tentang penilaian ulama terhadap para perawinya, pendapat-pendapat ulama lain ketika memaknai hadis tersebut, dalil-dalil lain yang bisa memperkuat hadis tersebut dan sebagainnya.

Ia juga tidak menggunakan pendekatan-pendekatan seperti: pendekatan bahasa, pendekatan historis,  pendekatan sosiologis,  pendekatan sosio-historis,  pendekatan antropologis, dan pendekatan psikologis, dalam mensyarahi hadis di atas.

Penutup            

Dari pembahasan di atas kita dapat mengetahui muali dari pengertian dari hadis, apa itu matan hadis, juga terkait kualitas dari hadis yang tergolong shahih, sampai pada hadis yang dhaif.

Kemudian pembahasan megenai metode untuk mengetahui bahwa hadis tersebut shahih atau tidaknya dari segi sanad dan juga matannya.

Sehingga dengan mengetahui keshahihan sanad kita dapat mengetahui kualitas dari suatu hadis tersebut bisa dikatakan sebagai hadis yang shahih atau dhaif, sedangkan dari segi matannya kita dapat mengetahui hadis tersebut tergolong maqbul (dapat diterima) atau juga mardud (tertolak).

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai hadis yang terdapat dalam kitab-kitab hadis, kita dapat mempelajarinya dengan metode syarah hadis yang terdapat kitab-kitab syarahnya, adapaun metode pensyarahnnya adalah muali dari metode yang palin rumit hingga pada yang simpel, seperti halnya metode tahlili, ijmali dan maudhui .

Penulis: Ashfi Hidayah
Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsil Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI