Ayo Cegah Wasting pada Anak dengan Gizi Seimbang

Ayo Cegah Wasting pada Anak dengan Gizi Seimbang
Ilustrasi Menjaga Berat Badan Anak

Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat kurang, atau berada di bawah normal.

Wasting merupakan salah satu kekurangan gizi yang menunjukkan stasus gizi anak yang ditandai dengan z-score BB/TB < -2 SD untuk wasting dan z-score BB/TB < -3 SD untuk severe wasting.

Wasting merupakan masalah gizi serius yang dapat meningkatkan kemungkinan kematian hingga 12 kali lipat.

Balita yang mengalami malnutrisi cenderung memiliki peluang lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang memperoleh gizi yang memadai.

Bacaan Lainnya

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus gizi buruk tertinggi di seluruh dunia.

Gizi buruk adalah masalah malnutrisi yang paling berbahaya bagi anak-anak balita. Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus balita wasting tertinggi ke-2 di dunia, dengan lebih dari 760.000 kasus balita gizi buruk.

Baca Juga: SIGAP (Solusi Gizi Anak Prima) Cegah Gizi Kurang Menuju Balita Sehat

Pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmen kuat untuk penanganan balita wasting, dengan target menurunkan prevalensi wasting dari 10,2% menjadi 7% pada tahun 2024.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan wasting dapat dibagi menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung:

Penyebab Langsung

  1. Asupan makan yang kurang
  2. Penyakit infeksi (diare dan penyakit infeksi saluran pernafasan)

Penyebab Tidak Langsung

  1. Kurangnya pengetahuan gizi orang tua
  2. Sanitasi lingkungan yang buruk
  3. Akses terbatas terhadap pelayanan Kesehatan
  4. Pola asuh yang tidak tepat

Adapun gejala yang dialami oleh anak dengan wasting seperti berikut:

Berat Badan Anak Sangat Rendah

Jika anak mengalami wasting, anak akan terlihat sangat kurus dibandingkan dengan teman seusianya, tulang akan terlihat menonjol dan berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan.

Wajah Tampak Cekung

Dari segi fisik anak dengan wasting akan terlihat dari wajahnya, seperti pipi kempot, mata terlihat sayu dan tidak segar.

Baca Juga: Pengetahuan Ibu Mempengaruhi Status Gizi Anak?

Lemas dan Tidak Aktif

Anak akan mudah lelah, kurang bertenaga, dan tidak seaktif anak seusianya.

Kurang Nafsu Makan

Anak akan kehilangan nafsu makan atau tidak tertarik dengan makanan

Sering Sakit

Daya tahan tubuh anak akan menurun, sehingga anak sering mengalami diare bahkan dapat mudah terserang penyakit infeksi saluran pernapasan.

Pertumbuhan Terhambat

Pertumbuhan anak akan lebih lambat dibandingkan dengan teman seusianya.

Kulit Kering dan Rambut Tipis

Tanda-tanda anak dengan wasting atau kekurangan gizi ditandai dengan rambut yang mudah rontok, kulit kering dan bersisik.

Selain mengenali gejalanya, masyarakat juga dapat memahami cara pencegahannya agar anak terhindar dari malnutrisi.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya wasting pada anak antara lain:

Berikan ASI Eksklusif Selama 2 Tahun

ASI menyediakan zat gizi yang baik dan lengkap, serta antibodi yang penting untuk perkembangan anak.

Walaupun anak sudah mengonsumsi MPASI, ASI tetap memberikan kebutuhan gizi yang tidak dapat digantikan oleh makanan lain.

Komposisi ASI berubah seiring waktu untuk memenuhi kebutuhan anak yang berkembang.

Selain memberikan banyak zat gizi, ASI juga dapat menjadi sistem kekebalan tubuh anak agar terhindar dari berbagai penyakit.

Baca Juga: Perkembangan Gizi Anak pada Masa Pandemi di Indonesia

Berikan Gizi Seimbang kepada Anak

Gizi seimbang sangat penting dalam faktor pencegahan wasting pada anak. Berikan anak makanan dengan gizi seimbang setiap kali makan dengan adanya sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah.

Sumber karbohidrat, seperti nasi, kentang, jagung, mie, ubi, singkong. Sumber protein hewani, seperti ikan, ayam, daging, telur, susu.

Sumber protein nabati, seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Sumber vitamin dan mineral ada pada sayur dan buah segar.

Penerapan Hidup Bersih dan Sehat

Dengan meningkatkan kesadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat mengurangi malnutrisi dan penyakit menular, PHBS berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, yang pada akhirnya mengurangi risiko terjadinya wasting.

Rutin Bawa Anak ke Posyandu

Kunjungan rutin ke posyandu sangat penting untuk pencegahan wasting karena posyandu membantu pemantauan dan perkembangan anak, pendidikan gizi, serta deteksi dini malnutrisi.

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting dilakukan setiap satu bulan sekali supaya dapat menghindari terjadinya malnutrisi anak di masa depan.

Selain mengetahui cara pencegahan kejadian wasting, masyarakat juga memerlukan penanganan cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi yang lebih serius:

Baca Juga: Penyuluhan Pencegahan Anak Stunting pada Ibu Hamil: Program KKN-T Inovasi IPB 2024

Identifikasi dan Pemantauan Awal

Melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin di posyandu dan melakukan pemantauan grafik status gizi anak yang sudah tertera pada buku KMS (Kartu Menuju Sehat).

Tata Laksana Berdasarkan Keparahan

Wasting Ringan sampai Sedang

Dapat ditangani di puskesmas dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal, pencegahan dan pengobatan infeksi, pemberian suplemen zat gizi mikro kepada anak dan pemantauan berat badan setiap minggu.

Wasting Berat (Komplikasi)

Perlu rujukan di puskesmas rawat inap atau rumah sakit dengan pemberian formula terapi seperti F-75 atau F-100, penanganan infeksi berat, dan tetap diberikan program pemulihan gizi lanjutan.

Pemantauan Lanjutan

Setelah anak dinyatakan membaik, perlu dilakukan pemantauan rutin minimal 1 bulan sekali selama 3-6 bulan serta mengevaluasi tumbuh kembang anak.

 

Penulis: Priscilla Chandrapuspita, S.Gz.
Mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi Dietisien, Universitas Esa Unggul

 

Sumber

Rhamadani, Risky A., Adrianto, Ratno., Noviasty, Reny. (2020). Underweight, Stunting, Wasting dan Kaitannya Terhadap Asupan Makan, Pengetahuan Ibu, dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan. Jurnal Riset Gizi. 8(2). 101-106.

Sari, Evin Noviana. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Wasting pada Balita Umur 1-5 Tahun. Jurnal Kesehatan Poltekkes Kemenkes RI PangkalPinang. 10(1). 75-82.

Soedarsono, Antasya M., & Sumarmi, Sri. (2021). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Wasting pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Media Gizi Kesmas. 10(2). 237-245.

Syarfaini., Nurfatmi, A., Alam, S., Jayadi, Y, I. (2022). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Terhadap Kejadian Wasting pada Balita Usia 0-59 Bulan di Kecamatan Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar Tahun 2022. GHIDZA: Jurnal Gizi dan Kesehatan. 6(2). 128-138.

Triveni., Hasnita Eva., Nurhayati. (2020). Analisis Faktor Yang Menyebabkan Kejadian Wasting Pada Balita Usia 0-59 Bulan Di Kabupaten Pasaman Dan Kota Bukittinggi Tahun 2019. Jurnal Human Care. 5(4). 1016-1024.

UNICEF Indonesia. (2021). Tata Laksana Anak Balita Wasting di Indonesia: Pendekatan yang Efektif Untuk Menyelamatkan Jiwa. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

WHA. (2012) ‘WHA Global Nutrition Targets 2025: Wasting Policy Brief’.

WHO. (2013). Childhood Stunting: Context, Causes, Consequences. Geneva WHO.

 

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses