Bahasa merupakan alat komunikasi yang hidup dan berkembang sesuai zaman.
Di Indonesia, perkembangan ini terlihat jelas melalui hadirnya bahasa gaul—varian bahasa yang digunakan oleh kalangan muda dalam interaksi sehari-hari.
Meskipun kerap dianggap sebagai wujud kreativitas linguistik, penggunaan bahasa gaul menimbulkan kekhawatiran akan potensi ancaman terhadap keberlangsungan dan kemurnian Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara.
Apa Itu Bahasa Gaul?
Bahasa gaul adalah bentuk komunikasi informal yang sering muncul dari pergaulan sehari-hari, media sosial, hingga budaya populer.
Kata-kata seperti baper (bawa perasaan), gabut (gaji buta atau tidak ada kegiatan), mager (malas gerak), atau skuy (yuk, dibalik) merupakan contoh nyata dari bahasa gaul yang telah menyebar luas dan digunakan lintas kalangan.
Kreativitas dalam Bahasa Gaul
Bahasa gaul mencerminkan kreativitas generasi muda dalam menyesuaikan bahasa dengan dinamika zaman.
Mereka menciptakan istilah baru yang lebih ringkas, ekspresif, bahkan lucu, sebagai respons terhadap perubahan sosial dan teknologi.
Baca Juga: Peran Media Sosial dalam Pembentukan Bahasa Gaul di Kalangan Generasi Alpha
Beberapa bentuk kreativitas bahasa gaul antara lain:
- Pembalikan kata (contoh: “yok” dari “kuy”)
- Singkatan (contoh: “OTW” untuk on the way)
- Akrabisasi (penggunaan sapaan informal seperti “guys”, “bro”, “sis”)
- Serapan dari bahasa asing yang dicampur-adukkan dengan Bahasa Indonesia
Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa adalah alat yang fleksibel dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan komunikatif pengguna.
Ancaman terhadap Bahasa Indonesia?
Di sisi lain, penggunaan bahasa gaul yang berlebihan—terutama di lingkungan pendidikan atau formal—berpotensi mengaburkan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Generasi muda bisa jadi mengalami penurunan kemampuan dalam menggunakan bahasa baku karena lebih terbiasa dengan gaya bahasa informal dan serampangan.
Beberapa kekhawatiran utama meliputi:
- Menurunnya pemahaman tata bahasa dan ejaan yang benar
- Mengaburkan makna kata sehingga komunikasi menjadi kurang jelas
- Pengaruh budaya luar yang masuk melalui bahasa tanpa proses adaptasi yang kritis
Baca Juga: Pengaruh Bahasa Gaul di antara Mahasiswa Kota Malang: Menggeser Bahasa Walikan
Jika tidak disikapi secara bijak, bahasa gaul dapat merusak struktur dan tata krama berbahasa yang selama ini dibangun dalam koridor kebahasaan nasional.
Perlukah Dibatasi?
Membatasi bahasa gaul sepenuhnya bukanlah solusi yang bijak. Justru yang lebih penting adalah edukasi tentang konteks penggunaan bahasa.
Bahasa gaul boleh digunakan dalam situasi informal, tetapi masyarakat, khususnya generasi muda, perlu diajarkan untuk mampu membedakan kapan harus menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dan kapan boleh menggunakan bahasa gaul.
Pendidikan bahasa di sekolah juga perlu menyesuaikan pendekatannya—tidak hanya mengajarkan kaidah, tetapi juga menyadarkan siswa akan dinamika sosial bahasa yang mereka gunakan.
Kesimpulan
Bahasa gaul adalah potret dinamika sosial dan kreativitas generasi muda. Ia tidak sepatutnya dipandang semata sebagai ancaman, namun juga tidak boleh dibiarkan tanpa kendali.
Peran keluarga, sekolah, dan media sangat penting dalam membina kebiasaan berbahasa yang seimbang: kreatif namun tetap menjunjung nilai-nilai Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa.
Penulis: Alya Rohali
Mahasiswa Prodi Akuntansi, Universitas Pamulang
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News