Abu al-Qasim Khalaf Ibnu Abbas al-Zahrawi adalah nama lengkap dari Abu al-Qasim al-Zahrawi. Akan tetapi dia lebih dikenal di Eropa dengan julukan Abucasis. Beliau lahir pada tahun 936 M di al-Zahra, enam mil Barat Laut Cordova, Andalusia, Spanyol.
Beliau juga dikenal sebagai seorang dokter dan ahli bedah muslim terbesar di Spanyol dan beliau dikenal sebagai pelopor bedah modern. Beliau memperluas pengetahuannya pada periode Abdur Rahman III (912-961) memerintah.
Kontribusi terbesarnya untuk kedokteran ialah kitab al-Tafsir, ensiklopedia praktik medis. Dan kontribusi perintis beliau di bidang instrumen bedah mempunyai dampak yang sangat besar di Timur dan Barat, sampai periode modern.
Baca Juga: Asal-Usul Berkembangnya Tradisi Memperingati Hari Lahir Nabi Muhammad SAW di Indonesia
Abu Qasim al-Zahrawi merupakan seorang laki-laki yang berketurunan Arab Anshar yang bertempat tinggal di Spanyol. Di kota Cordova dia menuntut ilmu kedokteran, merawat dan mengobati masyarakat, dan beliau memperluas ilmu bedah hingga beliau wafat. Tidak banyak yang terungkap tentang sejarah masa kecil al-Zahrawi.
Dikarenakan tanah air al-Zahra hancur dan dijarah. Hanya setelah Abu Muhammad bin Hazm, seorang ilmuwan Andalusia yang hidup dari tahun 993 hingga 106 M, menamainya sebagai salah satu ahli bedah top Spanyol.
Abu Qasim al-Zahrawi memulai karirnya sebagai dokter bedah dan sebagai guru atau dosen di berbagai sekolah kedokteran. Namanya mulai muncul di komunitas medis setelah penerbitan bukunya at-Tasrif Liman ‘Ajiza ‘an at-Ta’lif (Metode Pengobatan).
Saat itu, bukunya juga mulai mendapatkan banyak popularitas. Abu Qasim al-Zahrawi menyebutkan beberapa konsep medis baru dalam buku tersebut. Buku ini menjadi catatan 50 tahun karirnya sebagai dokter.
Ringkasan ensiklopedia medis juga dipandang termasuk dalam At-Tasrif Liman ‘Ajiza ‘an at- Ta’lif. Di abad pertengahan, kitab beliau diterjemahkan menggunakan bahasa latin. Kemudian, para editor ikut menterjemahkan kitab tersebut menggunakan bahasa mereka masing-masing.
Kemudian, buku Abu Qasim al-Zahrawi dengan berbagai diagram dan ilustrasi berbagai alat bedah dibuat menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa kedokteran.
Selain menulis buku, al-Zahrawi juga menciptakan beberapa alat bantu bedah. Alat yang diciptakannya ada tiga kelompok, yaitu: alat untuk memotong bagian dalam telinga, alat untuk memeriksa saluran kemih bagian dalam, dan alat untuk mengeluarkan sel asing dari kerongkongan.
Baca Juga: Gagasan dan Pemikiran Politik Kartosuwirjo
Al-Zahrawi juga dikenal sebagai ahli bedah yang tahu bagaimana menerapkan teknik yang berbeda untuk lima puluh jenis operasi yang berbeda. Al-Zahrawi tidak hanya menulis buku tetapi juga memproduksi sejumlah alat bedah.
Instrumen yang dikembangkannya terbagi dalam tiga kategori: alat untuk memutuskan telinga bagian dalam, alat untuk memeriksa saluran kemih bagian dalam, dan alat untuk menghilangkan sel-sel asing dari kerongkongan.
Al-Zahrawi juga terkenal sebagai ahli bedah yang telah berpengalaman melakukan lima puluh jenis operasi dengan menggunakan berbagai teknik. Dia adalah profesional medis pertama yang secara menyeluruh menggambarkan prosedur tradisional untuk mengobati kanker payudara, serta cara menghilangkan batu ginjal dan kista tiroid.
Dia membahas luka dan efeknya, perawatan patah tulang, dan gangguan gigi dan cara mengobatinya sepenuhnya. Selain itu, dia juga berkontribusi pada pengembangan operasi plastik, atau paling tidak, dia adalah salah satu pelopor di bidang ini.
Al-Zahrawi seorang dokter terkenal menjabat sebagai dokter istana Al-Hakam II selama kekhalifahan Andalusia. Namun, al-Zahrawi tidak sering bepergian seperti yang dilakukan mayoritas ilmuwan. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memberikan bantuan dan merawat korban perang juga kecelakaan.
Para dokter pada zamannya mengakui al-Zahrawi sebagai dokter yang brilian, terutama di bidang bedah, di mana Ia memberikan kontribusi yang tak terukur untuk kemajuan pengetahuan medis.
Al-Zahrawi diyakini telah meninggalkan buku At-Tasrif Liman ‘Ajiza ‘an at-Ta’lif, sebuah ensiklopedia medis Eropa 30 volume, yang dianggap sebagai aset tak ternilai bagi pengetahuan medis. Al-Zahrawi mempelajari ilmu kedokteran umum, ortopedi, oftalmologi, farmakologi, dan bedah untuk buku yang ditinggalkannya untuk peradaban dunia.
Ada 26 buah peralatan bedah yang diciptakan Abu Qasim al-Zahrawi yang belum pernah digunakan sebelumnya. Salah satunya adalah catgut, sering dikenal sebagai “benang bedah,” yang dipopulerkan oleh al-Zahrawi pada pertengahan abad kesepuluh.
Baca Juga: 40 Tahun Pembaharuan Pemikiran Islam
Al-Zahrawi juga mengembangkan forsep yang digunakan untuk mengeluarkan janin yang mati, peralatan tersebut didokumentasikan dalam bukunya, di mana ia juga mengajari pembaca cara menggunakan ligatur (benang pengikat luka) untuk menghentikan pendarahan arteri. Al-Zahrawi kemudian membuat penemuan jarum bedah dan merincinya dalam bukunya.
Penemuan al-Zahrawi mengarah pada pengembangan instrumen bedah tambahan, seperti Scalpel, Retractor, Surgical Spoon, Currete, Surgical Hook, Sound, Surgical Rod, dan Specula. Selain itu, al-Zahrawi memperoleh alat bedah untuk pemeriksaan rahim, alat untuk pemeriksaan telinga, dan alat untuk mengeluarkan benda asing dari tenggorokan.
Dia juga menciptakan benang bedah dari jaringan hewan, biasanya dari usus sapi atau kambing, yang halal bagi umat Islam dan disetujui oleh tubuh manusia. Sebelum ditemukannya catgut, beberapa tanaman digunakan untuk menutupi dan mengikat luka terbuka sehingga akan lebih cepat sembuh.
Dia juga mengkategorikan 325 penyakit yang berbeda, bersama dengan tanda, gejala, dan metode perawatannya. Buku al-Zahrawi tidak hanya merinci operasi dan daftar panjang penyakit, tetapi juga berisi banyak pengetahuan medis lainnya. Terjemahan Latin, Inggris, Prancis, dan Ibrani dari Al-Tasrif menyebabkan keunggulannya sebagai teks medis di Eropa.
Penelitian medis modern telah mendapat banyak manfaat dari ide-ide yang dikembangkan Abu Qasim Al-Zahrawi. Banyak profesional medis dari seluruh Eropa dan negara-negara lain datang untuk belajar darinya.
Al-Zahrawi disebut sebagai “pemimpin semua ahli bedah” oleh seorang penerjemah Italia bernama Pietro Argallata, sebagaimana dinyatakan dalam buku The Greening of Pharmaceutical Engineering (2015) oleh M.R. Islam dan rekan-rekannya.
Sekitar dua tahun setelah rumahnya dijarah dan bahkan dihancurkan, al-Zahrawi meninggal dunia di kota Cordova pada 1013. Nama jalan kehormatan “Calle Albucasis” masih digunakan meskipun Cordova bukan lagi ibu kota Islam.
Rumah Al-Zahrawi sekarang ditetapkan sebagai warisan budaya oleh Badan Pariwisata Spanyol. Dunia masih mengingat komitmen al-Zahrawi dan dedikasinya pada bidang kedokteran, khususnya di bidang bedah.
Tingkat ketidakjujuran atau ketidaktahuan yang sangat tinggi oleh sejarawan medis Barat bahwa ada beberapa penemuan yang sangat orisinal yang diperkirakan berasal dari ahli bedah dokter Barat adalah salah satu karya al-Zahrawi yang tidak diperhitungkan.
Al-Zahrawi secara efektif mengadopsi sikap Walcher, yang pertama kali digunakan oleh dokter Jerman Walcher (yang meninggal pada tahun 1935). Dia juga menciptakan forsep kebidanan yang membuat persalinan lebih mudah dalam keadaan darurat. Namun, Peter Chamberlen I menerima kredit yang salah untuk temuan itu (1560-1631).
Penulis: Dini Trianingsih
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Editor:Â Ika Ayuni Lestari
Daftar Pustaka
Anjum, S. (2013). Al-Zahrawi: Ilmuan Medis Muslim Terkemuka dan Pengaruhnya di Barat. Jil. 03, No. 02 (1435H/ 2013).
Edward G, B. (1921). Pengobatan Arab dan pengaruhnya. Cambridge: University Press.
Elgood, C. (1999). A Medical History of Persia. Cambridge : University Press.
Howard. (1999). Science in Medieval Islam, sebuah pengantar bergambar. New York: Oxford University Press.
Ramen, F. (2006). ABUCASIS (Abu Al-Qasim Al-Zahrawi) Renowned Muslim Surgeon Of The Tenth Century. Rosen Publishing Group.
Said, H. M. (1991). Pemikir dan Ilmuwan Muslim Abad Pertengahan. Renaissance Publishing House Delhi.