Catat Ker! Tahun Baru, Belasan Penari Kampung Budaya Polowijen Menari di 3 Kampung Tematik

Malang – Salah satu program pariwisata Kota Malang adalah mewujudkan kota kreatif melalui memberdayakan Kampung Tematik. Pengembangan Kampung Tematik salah satu ikhtiar inovasi pemberdayaan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi lokal kampung di Kota Malang.

Beberapa waktu lalu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang telah menetapkan 17 kampung tematik yang sudah berjalan dan bisa mendatangkan jumlah wisatawan ke Kota Malang, antara lain: Kampung Warna Warni Jodipan, Kampung Wisata Sanan Keripik Tempe, Kampung Glintung Go Green, Kampung Budaya Polowijen, Kampung Biru Arema, Kampung Putih, Kampung Batik Celaket, Kampung Keramat, Kampung Wisata Lampion, dan masih banyak lagi.

Bak gayung bersambut. Kampung Budaya Polowijen (KBP) sebagai salah satu kampung tematik di Kota Malang mengawali tahun baru 2019 dengan menyambangi 3 kampung tematik. Yakni Kampung Warna Warni Jodipan (KWJ), Kampung Tridi, dan Kampung Biru Arema (KBA). Sejumlah 30 pegiat dan penari KBP terus berupaya berbagi pengalaman dengan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) sebagai wujud komitmen untuk terus merawat dan melestarikan budaya.

Menurut penggagas KBP Ki Demang, kegiatan menyambangi 3 kampung tematik sebagai bagian dari silaturrahim antar kelompok sadar wisata (pokdarwis). Kunjungan ini, lanjut Ki Demang untuk berbagi informasi dan gagasan kemajuan kampung tematik.

“Lebih tepatnya sambang kampung nyambung paseduluran, bebrayan ing pakaryan,” kata Ki Demang di Jodipan, Kota Malang, Rabu (02/01/2019).

Sesampai di kawasan KWJ pada sore hari, belasan penari KBP mengambil posisi dengan diiringi lantunan musik, mereka menarikan beberapa tari, seperti tari Bapang, tari Grebeg Jawa, dan tari Sabrang.

“Meski kawasan KWJ ramai dan padat wisatawan yang datang dan pergi silih berganti, tetiba mereka disuguhi tari topeng. Wisatawan pun tampak mendokumentasikan event tersebut,” ungkap salah satu pengurus Pokdarwis KBP Yulianto.

Suguhan tari oleh penari KBP pun rupanya mengejutkan pengelola Kampung Tridi, Nuryanto. Bagaimana tidak, belasan penari menari tanpa koordinasi dengan pengelola sehingga pengelola pun bingung mencarikan tempat yang layak. Kendati demikian, Nuryanto mengapresiasi pentas tari teman-teman KBP.

“Ya, kami awalnya terkejut dan bingung melihat spontanitas belasan penari KBP. Meski demikian, kami selaku pengelola menyampaikan terima kasih karena sudah memberikan hiburan gratis kepada 3000 wisatawan Kampung Tridi,” ujar Nuryanto.

Tak puas menari di Kampung Tridi, belasan penari pun bergeser ke KWJ. Mereka rela melintasi jembatan kaca yang menghubungkan Kampung Tridi. Sontak, belasan penari langsung turun di pelataran sungai Brantas. Aksi spontanitas itu pun mengundang perhatian ribuan wisatawan turut menyaksikan momen tersebut.

Pengurus KWJ, Marjuki tampak kebingungan dan tergopoh-gopoh menyetel musik melalui speaker Toa pengeras suara. Marjuki bilang, para penari KBP ini seandainya memberi tahu pengelola sebelumnya, akan kita siapkan sound system yang bagus.

“Kami merasa senang dengan suguhan para penari KBP yang menarikan tari topeng yang disaksikan ribuan wisatawan berkumpul di satu titik bibir sungai Brantas,” katanya.

Berikutnya, rombongan KBP menyambangi Kampung Biru Arema (KBA). Tanpa dikomando, belasan penari anak anak menari di plataran KBA yang berlatar Singa. Suasananya makin heboh ketika Lurah Kidul Dalem, Johan Fuaddy didampingi ketua Pokdarwis, Irmawan Yutanto dan Ketua RW Rudi ikut larut dengan belasan penari KBP. 

Johan mengatakan, ia sengaja memilih latar Singo Edan Arema sebagai panggung pentas para penari. Pasalnya, momentum ini bisa dilihat semua warga bahwa menari tari topeng bisa dibuat model gerakan massa seperti ini.

 “Terima kasih teman-teman KBP sudah berkunjung dan menghibur ribuan wisatawan KBA,” ujar Johan.

Guru penari KBP Indar Cikam yang turut mendampingi belasan penari mengatakan, aksi spontanitas para penari itu bertujuan untuk menguji mental dan semangat para penari KBP. Hal ini, kata Indar, agar mereka siap tampil menari apa adanya dan jika diminta langsung pentas di depan ribuan wisatawan harus siap.

“Sebenarnya inti dari acara ini adalah sambang KBP ke kampung tematik Kota Malang, dimana kami ingin menjalin silaturrahim dengan pengurus Pokdarwis. Menari itu sebagai ‘bonus’ dari pertemuan itu,” tutupnya. /akm

Baca juga:
Sambangi 3 Kampung Tematik, Penggagas KBP: Sambang Kampung Nyambung Paseduluran
Penggagas Kampung Budaya Polowijen Beberkan Manfaat Permainan Tradisional
Peringati Hari Tari Dunia, Kampung Budaya Polowijen Persembahkan Ragam Tari

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Komentar ditutup.