Cegah Brain Rot: Mahasiswi UMB Ajak Siswa Melek Kesadaran Digital dan Self-Regulation

Cegah Brain Rot: Mahasiswi UMB Ajak Siswa Melek Kesadaran Digital dan Self-Regulation
Cegah Brain Rot: Mahasiswi UMB Ajak Siswa Melek Kesadaran Digital dan Self-Regulation

Jakarta— Tiga mahasiswi Universitas Mercu Buana menyambangi SMK Jakarta Pusat 1 untuk menggelar sosialisasi bertajuk “Stop Scroll, Start Smart: Menghindari Fenomena Brain Rot di Kalangan Pelajar” pada Jumat (17/6). Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah peduli negeri di bawah bimbingan Ibu Rizky Oktarina Costa, S.P., M.I.Kom., yang bertujuan mengedukasi siswa tentang risiko kelelahan otak digital dan pentingnya menjaga kesadaran serta pengendalian diri dalam bermedia sosial.

Isu utama yang diangkat adalah brain rot, yaitu kondisi otak yang menurun karena terlalu sering terpapar konten dangkal dan cepat dari media sosial. Mutiara, mahasiswi Ilmu Komunikasi UMB sekaligus narasumber pertama, mengawali sesi dengan menjelaskan gejala dan dampak dari fenomena ini.

“Anak-anak zaman sekarang sering menghabiskan waktu berjam-jam untuk scrolling TikTok atau Instagram. Hal ini bisa berdampak pada fokus, emosi, dan kemampuan berpikir.” jelas Mutiara saat menyampaikan materi di hadapan puluhan siswa-siswi.

Melalui penyampaian yang interaktif, para peserta diajak untuk mengenali gejala-gejala brain rot yang sering kali terjadi tanpa disadari. Menariknya, sebagian besar siswa yang hadir mengaku baru pertama kali mendengar istilah tersebut, namun merasa relevan dengan pengalaman mereka.

Bacaan Lainnya

“Aku baru dengar istilah brain rot, tapi gejalanya kayak pernah aku alami. Salah satunya, susah fokus waktu ngerjain tugas, padahal tugasnya nggak terlalu sulit.” ujar salah satu siswi pada sesi sharing bersama.

Baca Juga: Peran Teknologi High Pressure Processing pada Pangan dalam Mendukung Gut-Brain Axis

Meskipun bukan istilah medis resmi, brain rot mencerminkan kekhawatiran nyata atas dampak negatif penggunaan media sosial secara berlebihan. Karena itulah, langkah pencegahan harus dimulai dari diri sendiri salah satunya dengan membangun digital awareness.

“Meningkatkan digital awareness itu sangat penting untuk mencegah brain rot, karena kesadaran akan dampak penggunaan teknologi saat ini dapat membantu kita dalam konsumsi konten secara lebih bijak,” ujar Riftalia salah satu mahasiswa saat menyampaikan materi.

Dalam sesi tersebut, pemaparan materi menyoroti pentingnya kesadaran digital sebagai langkah awal untuk melindungi diri dari dampak negatif dunia maya, seperti hilangnya fokus, penurunan kemampuan berpikir kritis, hingga kecanduan konten instan yang bersifat dangkal. Digital awareness dijelaskan bukan hanya sekadar pemahaman tentang teknologi, melainkan juga berkaitan dengan pembentukan sikap reflektif terhadap kebiasaan digital sehari-hari.

Baca Juga: The Benefits Of Drinking Water Daily

Selain digital awareness, kita juga harus memiliki pengendalian diri yang baik dalam menghadapi serangan konten receh yang merusak fokus. Self-regulation didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengatur pikiran, emosi, dan perilaku demi mencapai tujuan jangka panjang. Dalam konteks digital, ini menjadi jurus penting untuk melawan overstimulasi otak akibat konsumsi media sosial yang tak terkendali.

“Pernah nggak sih, niatnya cuma buka HP sebentar, tapi tahu-tahu sudah dua jam scrolling tanpa sadar?” tanya salah satu pemateri, membuka kesadaran peserta dengan contoh sehari-hari.

Tanpa pengaturan diri yang baik, pelajar rentan mengalami gangguan konsentrasi, cemas berlebihan, bahkan kecanduan digital.Materi ditutup dengan pesan pengingat dari Mutiara, yang menekankan pentingnya kesadaran dan pengendalian diri dalam penggunaan media digital.

Baca Juga: Manfaat Melakukan Olahraga untuk Kesehatan Mental

“Otak kita punya batas. Kalau terus-menerus dijejali konten dangkal, kita terbiasa tidak berpikir kritis. Inilah yang disebut brain rot. Maka, bangunlah digital awareness dan self-regulation sebagai bentuk perlindungan diri.”ucapnya di akhir sesi.

Acara yang berlangsung selama satu setengah jam ini berjalan lancar. Di akhir sesi, kepala sekolah turut hadir untuk menerima penyerahan sertifikat secara simbolis sekaligus menyampaikan keprihatinannya atas perubahan perilaku siswa akibat pengaruh teknologi. Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama sebagai bentuk apresiasi dan dokumentasi kebersamaan.

Penulis :
1. Mutiara Regina Cahyani
2. Riftalia Annisa Maharani
3. Saffira Nurul Amirrullah
Mahasiswa Prodi Public Relations Universitas Mercu Buana Menteng

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

 

Ikuti berita terbaru di Google News

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses