Junk food atau makanan cepat saji adalah makanan yang umumnya tinggi kalori, garam, gula, dan lemak. Contohnya, seperti pizza, hamburger, donat, dan masih banyak lagi. Namun, banyak mengonsumsi makanan jenis ini dapat mempengaruhi kesehatan.
Konsumsi junk food sehari-hari sangat tidak disarankan, terutama bagi kita para remaja. Sibuknya aktivitas membuat para remaja saat ini lebih memilih makanan enak dan praktis.
Remaja membutuhkan kebutuhan gizi yang berbeda apabila ditinjau dari sisi biologis maupun psikologis. Secara biologis, kebutuhan nutrisi remaja harus seimbang dengan aktivitasnya.
Remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral dari setiap energi yang dikonsumsi dibandingkan dengan masa anak-anak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku remaja dalam hal mengkonsumsi makanan cepat saji, diantaranya:
1. Rasa
Makanan cepat saji atau junk food memiliki rasa yang enak, manis, asin/gurih. Sehingga dapat memicu pelepasan dopamin di otak. Dopamin adalah zat kimia yang memberikan rasa senang dan puas.
2. Pengaruh Teman Sebaya
Pengaruh teman sebaya pada masa remaja sangat besar pengaruhnya, dalam munculnya keinginan untuk makan-makanan yang tidak baik.
Baca Juga:Â Pola Hidup Sehat: Investasi Terbaik untuk Kesehatan Mental
3. Tempat Berkumpul
Remaja sering memilih restoran cepat saji sebagai tempat berkumpul dengan teman-temannya, bahkan sekarang tempat seperti ini dijadikan untuk mengerjakan tugas.
4. Harga
Makanan cepat saji atau junk food biasanya menawarkan porsi yang besar dengan harga yang sangat terjangkau, membuat remaja sangat mudah tergiur untuk membelinya.
5. Brand
Brand dari suatu makanan cepat saji dapat mempengaruhi seseorang mengonsumsi makanan cepat saji. Remaja cenderung mengonsumsi makanan yang memiliki brand atau merek yang terkenal sebagai ekspresi diri dalam pergaulan dan menjadi ajang gengsi.
Dalam sebuah penelitian disampaikan ada beberapa dampak mengkonsumsi makanan cepat saji atau junk food bagi kesehatan, di antaranya:
1. Obesitas atau Kegemukan
Remaja yang mengkonsumsi makanan cepat saji dengan asupan energi total yang tinggi memiliki resiko sebesar 2,27 kali lebih tinggi mengalami obesitas daripada remaja yang mengkonsumsi asupan energi makanan cepat saji yang rendah.
2. Risiko Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Makanan cepat saji banyak mengandung garam, yang dapat meningkatkan air liur dan sekresi enzim. Sehingga meningkatkan keinginan untuk terus makan.
Tingginya kandungan lemak jahat dan juga natrium dapat mengganggu kesimbangan sodium dan potasium tubuh, sehingga menyebabkan hipertensi.
Baca Juga:Â Cara Baru Minum Legen Kekinian untuk Remaja Jompo
3. Risiko Diabetes
Penelitian di Singapura menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi makanan cepat saji khas negara barat dengan frekuensi yang sering, memiliki risiko yang lebih besar menderita diabetes melitus tipe 2.
Di zaman yang semakin canggih, apalagi kemudahan untuk memesan makanan, membuat para remaja ketagihan mengonsumsi junk food.
Padatnya kegiatan membuat para remaja ingin yang praktis dan enak. Kita harus bisa menghindari jenis makanan ini karena dengan mengonsumsi terus-menerus dapat menimbulkan penyakit. Mengatasi ketagihan junk food dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mengganti Junk Food dengan Cemilan Sehat
Kita dapat mengganti makanan cepat saji dengan camilan sehat, seperti mengonsumsi buah-buahan atau kacang-kacangan. pastikan konsumsi secara rutin agar tidak mudah tergoda untuk mengonsumsi junk food
2. Minum Air yang Cukup
Kadang-kadang rasa lapar dapat disalah artikan sebagai dehidrasi. Pastikan anda cukup minum air putih sepanjang hari untuk mengurangi keinginan ngemil yang tidak sehat
3. Perencanaan Makanan
perencanaan menu makanan sehat untuk seminggu kedepan. ini membantu anda menghindari keputusan impulsif untuk membeli junk food saat merasa lapar.
Baca Juga:Â Manfaat Olahraga di Tengah Kesibukan Mahasiswa
4. Olahraga secara Rutin
Olahraga dapat membantu menstabilkan suasana hati dan dapat meningkatkan energi yang dapat mengurangi keinginan untuk mengandalkan junk food
World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa obesitas global meningkat tajam, terutama di negara-negara berkembang, akibat pola makan yang kaya akan junk food. Berikut mengapa junk food dapat menyebabkan obesitas:
1. Kalori Tinggi dan Nutrisi Rendah
Junk food cenderung memiliki kandungan kalori yang sangat tinggi, tetapi rendah, nutrisi, serat, vitamin, dan mineral.
Ini membuat seseorang mengonsumsi lebih banyak kalori tanpa mendapatkan manfaat gizi yang seimbang, yang dapat menyebabkan penimbunan lemak tubuh jika tidak dibakar melalui aktivitas fisik.
2. Kandungan Lemak Jenuh dan Lemak Trans
Lemak jenuh dan lemak trans dalam junk food dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah, yang tidak hanya berisiko untuk kesehatan jantung, tetapi juga berhubungan dengan penumpukkan lemak tubuh. Lemak Ini juga mempengaruhi proses metabolisme tubuh yang mengatur pembakaran kalori.
3. Peningkatan Gula Darah
Banyak junk food mengandung gula tinggi, yang menyebabkan lonjakan gula darah secara cepat. Kadar gula darah yang tinggi kemudian memicu pelepasan insulin, yang dapat mendorong tubuh untuk menyimpan lebih banyak lemak, khususnya di area perut.
Kebiasaan mengonsumsi gula berlebih dalam waktu lama dapat mengarah pada obesitas dan bahkan diabetes tipe 2.
Baca Juga:Â Edukasi Diet Diabetes dan Senam Kaki pada Lansia sebagai Upaya Pencegahan Diabetes Melitus di Desa Ngasem
4. Mengurangi Rasa Kenyang
Junk food sering kali miskin akan serat dan protein, dua komponen penting yang membantu memberi rasa kenyang lebih lama.
Karena itu, konsumsi junk food dapat membuat seseorang merasa cepat lapar kembali, yang meningkatkan kecenderungan untuk makan berlebih dan memperburuk risiko obesitas.
5. Kebiasaan Makan yang Buruk
Konsumsi junk food juga sering kali dihubungkan dengan kebiasaan makanan yang buruk, seperti makan secara berlebihan atau makan diluar jam makan utama. Hal ini dapat mengganggu ritme metabolisme tubuh dan meningkatkan kemungkinan penumpukkan lemak tubuh.
Junk food atau makanan cepat saji adalah makanan tinggi kalori minim nutrisi. Makanan ini banyak dikonsumsi oleh remaja.
Banyak faktor remaja mengonsumsi junk food, seperti cita rasa, pengaruh taman sabaya, tempat berkumpul, harga, dan brand.
Membuat remaja ketagihan mengonsumsi junk food. Padahal banyak dampak buruk dari mengonsumsi junk food, salah satunya obesitas.
Menurut WHO, obesitas global meningkat tajam, terutama di negara-negara berkembang, akibat pola makan yang kaya akan junk food. Obesitas yang dibiarkan dapat berakibat fatal. Dapat menyebabkan komplikasi penyakit.
Penulis: Vika Antira Safitriana
Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News