Dalam konteks pola asuh strict parents, masih belum ada definisi yang tegas, karena definisi ketat sendiri itu berkembang dan setiap orang tua juga berbeda-beda dalam menerapkan aturan atau cara mengasuh anak mereka. Aturan yang diterapkan mencakup aktivitas, perilaku, gaya hidup, dan sebagainya.
Biasanya aturan yang dibuat ini terkesan sangat ketat sehingga ada hukuman yang diberikan ketika anak melanggar atau tidak mematuhi aturan tersebut, hukuman yang diberikan bentuknya beragam dari yang ringan hingga berat.
Hukuman yang paling buruk berupa hukuman fisik, karena dapat menyebabkan trauma emosional, menciptakan rasa takut, dan merusak hubungan antara orang tua dan anak.Â
Berikut beberapa contoh perlakuan orang tua yang tegas atau strict dalam kehidupan sehari hari yang mencerminkan pola asuh yang ketat :
1. Pembatasan waktu bersosialisasi
- Contoh: Anak hanya diizinkan keluar rumah atau bertemu teman-temannya setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah dan kegiatan yang dianggap penting oleh orang tua (seperti belajar atau membantu pekerjaan rumah). Bahkan waktu berkumpul dengan teman-teman sangat terbatas, bahkan biasanya tidak diizinkan sama sekali dengan alasan spesifik dan sering kali orang tua menetapkan jam malam yang ketat.
- Pengaruh: Anak mungkin merasa terisolasi dari teman-temannya dan kesulitan mengembangkan keterampilan sosial atau pertemanan yang sehat.
2. Pembatasan hubungan dengan lawan jenis
- Contoh: Anak tidak diizinkan berpacaran atau memiliki hubungan dekat dengan lawan jenis sampai orang tua merasa anak tersebut cukup dewasa atau memenuhi standar yang sangat tinggi. Beberapa orang tua mungkin memantau setiap interaksi anak dengan lawan jenis, bahkan jika itu hanya melalui telepon atau pesan teks.
- Pengaruh: Ini bisa menyebabkan rasa cemas atau bahkan kebingungan pada anak dalam menjalin hubungan sosial yang sehat, serta menghambat perkembangan emosional mereka.
3. Kontrol ketat atas penampilan dan cara berpakaian
- Contoh: Orang tua mungkin sangat mengontrol cara anak berpakaian atau berpenampilan, misalnya melarang anak untuk memakai pakaian tertentu atau menggunakan aksesori tertentu yang mereka anggap tidak pantas atau tidak sesuai dengan standar keluarga.
- Pengaruh: Anak mungkin merasa terbatas dalam mengekspresikan diri mereka, dan bisa merasa tertekan atau tidak dihargai dalam hal identitas diri mereka.
4. Penggunaan hukuman fisik atau emosional
- Contoh: Dalam beberapa kasus, orang tua yang sangat tegas mungkin menggunakan hukuman fisik (seperti memukul) atau hukuman emosional (seperti memberikan rasa malu atau tidak berbicara dengan anak untuk waktu yang lama) sebagai cara mendisiplinkan anak.
- Pengaruh: Hukuman fisik atau emosional dapat menyebabkan trauma emosional pada anak, menciptakan rasa takut, dan merusak hubungan antara orang tua dan anak.
5. Tidak memberikan ruang untuk membuat kesalahan
- Contoh: Anak tidak diberi kebebasan untuk membuat keputusan sendiri, dan setiap keputusan besar (seperti memilih teman, memilih jurusan di sekolah, atau memilih kegiatan luar sekolah) harus mendapatkan persetujuan orang tua terlebih dahulu. Jika anak membuat kesalahan, mereka bisa dihukum atau dimarahi dengan keras.
- Pengaruh: Anak mungkin tidak belajar dari kesalahan mereka dan kurang mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan secara mandiri. Hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan pemecahan masalah dan kepercayaan diri.
Meskipun ada beberapa manfaat dari pola asuh yang ketat tersebut, hal ini juga dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi perkembangan anak, terutama jika pola asuh ini tidak diimbangi dengan kasih sayang, empati, dan komunikasi terbuka.Â
Baca Juga:Â Ciri-Ciri Strict Parents, Siapa Tahu Anda Termasuk Orang Tua Jenis ini
Contoh dampak buruknya sebagai berikut:Â
a. Stres dan Kecemasan
- Anak-anak dari orang tua yang tegas sering kali merasa tertekan oleh ekspektasi yang tinggi. Stres akibat tuntutan akademik yang berlebihan, takut melakukan kesalahan, atau khawatir tidak memenuhi harapan orang tua dapat memengaruhi kesehatan mental mereka.
b. Kurangnya Kemandirian
- Anak-anak dari orang tua yang sangat mengontrol mungkin tidak diberi cukup kebebasan untuk membuat keputusan sendiri atau mengatasi masalah mereka sendiri.
- Mereka bisa merasa kesulitan saat harus mengambil keputusan penting tanpa bimbingan orang tua, bahkan setelah mereka dewasa.
c. Rasa Takut dan Ketergantungan pada Orang Tua
- Pola asuh yang sangat tegas dapat menciptakan hubungan yang berpusat pada ketakutan, di mana anak merasa bahwa mereka hanya dapat diterima jika mereka memenuhi ekspektasi orang tua. Ini mengarah pada rasa takut terhadap kritik atau hukuman.
- Anak bisa merasa sangat bergantung pada orang tua mereka untuk mendapatkan persetujuan, yang mengurangi kemampuan mereka untuk berkembang secara emosional dan mandiri.
d. Pemberontakan dan Konflik
- Anak yang terus-menerus merasa dikendalikan atau dibatasi oleh orang tua yang terlalu ketat bisa merasa frustasi dan mulai memberontak.
- Pemberontakan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti perlawanan terbuka terhadap aturan, perilaku negatif (seperti berbohong atau menyembunyikan aktivitas), atau bahkan penurunan prestasi akademik sebagai bentuk protes.
- Konflik dengan orang tua bisa meningkat, terutama saat anak mulai memasuki usia remaja, di mana mereka cenderung ingin lebih banyak kebebasan dan kontrol atas hidup mereka.
Baca Juga:Â Dilema Anak Strict Parent di Kala Perkuliahan
Meskipun banyak orang yang mengaitkan pola asuh ini dengan dampak negatif , ada juga beberapa manfaat yang berguna untuk jangka panjang , terutama jika diterapkan dengan cara yang tidak menyesakkan , seimbang dan penuh perhatian, seperti:Â
a. Disiplin dan Tanggung Jawab
- Mereka belajar untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, mengikuti aturan, dan bertanggung jawab atas keputusan mereka.
- Anak cenderung memiliki kemampuan yang baik untuk mengelola waktu dan pekerjaan mereka secara efisien, baik dalam akademik maupun kehidupan sehari-hari.
b. Keamanan dan Perlindungan
- Orang tua yang tegas cenderung lebih melindungi anak-anak mereka dari risiko eksternal, seperti bahaya fisik, kekerasan, atau pergaulan yang tidak sehat.
- Anak merasa lebih aman karena adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap kegiatan mereka, termasuk penggunaan teknologi dan hubungan sosial.
c. Keinginan untuk Sukses dan Berprestasi
- Orang tua yang menetapkan standar tinggi sering mendorong anak-anak untuk mencapai prestasi maksimal, baik dalam hal akademik maupun kegiatan lain.
- Anak-anak ini cenderung lebih termotivasi untuk berprestasi dan berusaha keras untuk memenuhi harapan orang tua mereka, yang sering kali berujung pada pencapaian yang baik di sekolah dan dalam karier.
d. Pembentukan Karakter yang Kuat
- Pengasuhan yang ketat dapat mengajarkan anak tentang pentingnya disiplin, kontrol diri, dan bekerja keras untuk mencapai tujuan.
- Beberapa anak dapat mengembangkan karakter yang lebih kuat, tangguh, dan gigih dalam menghadapi tantangan hidup.
Pola asuh orang tua yang strict memiliki potensi dampak positif jika diterapkan dengan penuh kasih sayang, komunikasi yang baik, dan penekanan pada nilai-nilai seperti kerja keras, disiplin, dan tanggung jawab.
Namun, tanpa keseimbangan yang tepat, pola asuh ini dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan, seperti stres, kecemasan, kurangnya kemandirian, atau masalah emosional jangka panjang.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya menekankan disiplin, tetapi juga memberikan ruang bagi anak-anak untuk berkembang secara mandiri dan merasa dihargai.
Penulis: Nabila Atari Khairinniswah
Mahasiswa Prodi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News