Dilema Anak Strict Parent di Kala Perkuliahan

Tiap-tiap orang tua memiliki cara mendidik anak. Sedikit berbagi cara, orang tua saya dalam mendidik kami yang kebetulan tiga bersaudara. Saya dilahirkan di keluarga yang cukup kolot dalam perihal berhubungan dengan pergaulan.

Sebenarnya keluarga saya bukan keluarga yang terlalu religius, akan tetapi menurut saya lebih ke menjaga dalam hal pergaulan. Kedua orang tua saya masih menyukai musik, bernyanyi , jalan-jalan ke Mall, dan lain sebagainya.

Tetapi memang dalam hal syariat agama ditanamkan sejak kecil. Seperti dalam hal salat pada waktunya, menutup aurat, batasan pergaulan dengan yang bukan mahramnya, dan sebagainya. Sehingga kami semua memiliki pondasi yg kuat dalam hal-hal tersebut. Itu yang saya sukai dari pola didik ayah ibu saya.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Ciri-Ciri Strict Parents, Siapa Tahu Anda Termasuk Orang Tua Jenis ini

Saya juga dibebaskan memilih saat SMA ingin kemana, mau mondok? Atau SMA? Atau SMK? Yang penting bisa menjaga diri. Tetapi risiko yang saya hadapi saat diajak bermain dengan teman, tidak diizinkan oleh mereka.

Sebagai remaja saya juga cemberut ketika tidak mendapat izin, namun mereka menggantinya dengan mengajak jalan-jalan saya dan adik-adik. Selama tiga tahun di SMA, saya juga tidak pernah ikut outing class keluar kota. Huh kalau diingat sedih banget, padahal hampir sekelas ikut.

Saya memang tergolong anak yang taat banget sama orang tua, jika tidak diizinkan ya saya menuruti apa yang mereka perintahkan. Dampak yang saya rasakan ketika mengingat masa SMA sepertinya tidak berkesan. Selain pandemi ditambah tidak diperbolehkan bergaul ataupun mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah. 

Beda halnya ketika SMP, di SMP saya aktif dalam kegiatan karena memang sekolah SMP saya terpisah antara laki-laki dan perempuan dan termasuk sekolah swasta yang pelajaran agamanya lebih banyak dari pada sekolah negeri.

Saat ini, ketika kuliah saya bertekad ingin mengikuti apa yang saya mau agar tidak ada penyesalan untuk kedua kalinya. Di awal perkuliahan saya langsung stres karena orang tua, ingin ikut berbagai kegiatan perkuliahan, ingin bermain dengan teman sulit. Hampir tiap hari saya menangis sambil ngambek sama orang tua.

Baca Juga: Remaja Zaman Sekarang: Mental Illness atau Mental Lembek?

Sebelumnya, saat awal kuliah saya mencoba mengikuti berbagai kegiatan kampus tanpa sepengetahuan orang tua saya. Akhirnya mau tidak mau tetap harus bertemu dengan teman, padahal mungkin seminggu dua kali saja. Pada akhirnya saya ketahuan dan sampai diancam tidak boleh kuliah lagi.

Saat itu saya bingung bagaimana saya punya teman kalau seperti ini? Bagaimana saya bisa bersosialisasi? Bagaimana saya mengasah skill saya? Keinginan saya semakin bertambah dengan adanya tawaran mengikuti BEM, mengikuti HMPS, dan kepanitiaan lain.

Saya tipe orang yang suka berkumpul bersama teman, sehingga hal tersebut merupakan sebuah iming-iming bagi saya. Saat saya bercerita ke teman saya kadang mereka sampai tidak menyangka saya tidak boleh ikut sana sini, susah diajak main dan ketemu, dan hal lainnya.

Akhirnya saya mencoba memikirkan solusi paling akhir setelah mencoba membujuk dengan berbagai alasan logis. Solusi terakhir yang saya berikan dengan mencoba membuat sebuah paparan alasan saya harus mengikuti dan dampaknya bagi diri saya.

Saya berikan kepada orang tua saya saat mood mereka baik. Harapan saya sudah 80% berhasil. Ternyata itu tidak sesuai harapan saya, ketika itu saya ditolak mentah-mentah tanpa alasan apapun. Saya sampai berkonsultasi dengan kakak, dan saya berpikir bagaimana kalau mencoba diam-diam.

Baca Juga: Apa Sih Broken Home Itu?

Lalu, kakak saya memberikan saran kalau diam-diam risikonya saat keluar rumah akan sulit. Walaupun dia tim saya. Pada akhirnya saya menyerah, dan mulai ikhlas. Saat ikhlas saya berfikir, tidak hanya organisasi atau keluar bersama teman yang dapat mengasah kemampuan saya.

Saya mencoba mencari kegiatan di dalam rumah dengan mendaftar webinar online, mengikuti course, dan mencoba untuk berjualan walaupun rasanya berbeda dengan main bersama teman ataupun mengikuti kegiatan di luar rumah. Tapi harus tetap saya nikmati.

Penulis: Chodijah Najwa
Mahasiswa D3 Manajemen Bisnis Universitas Sebelas Maret

Editor: Ika Ayuni Lestari

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI