Depresi merupakan gangguan yang marak terjadi di kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan jiwa penduduk di dunia menderita depresi.
Depresi dapat terjadi pada semua kalangan usia, misalkan remaja Gen Z.
Depresi menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat karena menimbulkan penderitaan yang berat bagi yang mengalaminya.
Biaya pengobatannya cukup besar dan bila tidak diobati maka akan sangat memburuk karena dapat menimbulkan gangguan yang lebih serius dalam fungsi sosial, kualitas hidup penderita hingga terjadinya seseorang mengakhiri hidupnya sendiri.
Depresi merupakan salah satu bentuk kondisi kesehatan mental yang dialami banyak orang dan seringkali muncul bersama dengan kecemasan.
Umumnya, peristiwa tersebut disebabkan oleh tekanan kerja, hilangnya orang terdekat, pengalaman hidup yang dapat memicu stres, dan masih banyak yang lainnya.
Menurut ahli psikologi Beck dan Alford pada tahun 2009, depresi adalah sebuah gangguan psikologis yang ditandai dengan penyimpangan perasaan, kognitif, dan perilaku individu.
Baca Juga:Â Memahami Depresi: Cara Mengatasi dan Memperbaiki Kualitas Hidup
Individu yang mengalami gangguan depresi dapat merasakan kesedihan, kesendirian, menurunnya konsep diri, serta menunjukkan perilaku menarik diri dari lingkungannya.
Catatan WHO pada tahun 2019, tercatat lebih dari 264 juta orang dari semua usia mengalami depresi. Hal ini menjadikan depresi sebagai penyebab utama disabilitas di seluruh dunia, serta kontributor yang besar terhadap beban penyakit dunia.
Faktanya ini paling banyak ditemukan pada anak muda antara usia 15 sampai 20 tahun dan lansia. Dari anak muda tersebut yang mencari obat hanya 10,4% dan sebanyak 61% anak muda mengalami depresi dan dalam satu bulan terakhir pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Salah satu selebriti Indonesia, yaitu Awkarin. Ia sempat memberi pengakuan jika dirinya sempat mengalami depresi selama 2 tahun. Hal ini membuat Awkarin harus menjalani pengobatan medis.
Karin Novilda rupanya mengalami perjalanan hidup yang cukup rumit. Di mana keadaannya merasa cukup tertekan, namun hal ini terjadi bukan berasal dari lingkungan melainkan dari diri Awkarin sendiri.
Saat SMA, Karin mengatakan jika di momen tersebut dirinya mengalami depresi. Depresi yang ia alami tersebut dikarenakan takutnya kehilangan semua orang yang dimilikinya.
Baca Juga:Â Dampak Adanya Keluarga Broken Home terhadap Gangguan Depresi Remaja
Sayangnya, ketakutan tidak bisa disampaikan kepada orang-orang terdekatnya. Karin menyadari jika kesendiriannya justru akan memperburuk keadaannya,karin akhirnya menjalani pengobatan secara medis.
Dengan menghubungi psikiater, dirinya akhirnya mulai membuka diri pada orang lain. Selain melakukan tindakan medis, Karin juga mulai memperbaiki pola pikirnya, ia mulai membaca buku motivasi hingga menonton tayangan para motivator untuk bisa bangkit dari keterpurukan penyakit jiwanya.
Menurut Karin, siapapun tidak perlu merasa takut berbagi cerita dengan orang lain jika mengalami hal yang serupa dengannya karena menurutnya penyakit jiwa itu sebenarnya bisa disembuhkan.
Seseorang yang menderita depresi memiliki dampak negatif yang besar terhadap dirinya dan kehidupannya. Hal ini merusak kondisi kesehatan mental dan fisik.
Seperti, masalah pada sistem pencernaan, penurunan gairah seksual, gangguan fungsi otak, masalah pada jantung, imunitas tubuh melemah dan masih banyak yang lainnya.
Depresi dapat terjadi karena berbagai faktor baik itu faktor biologis, psikologis maupun sosial. Secara faktor biologi bisa terjadi karena gangguan hormon atau faktor genetik, faktor psikologis terjadinya, seperti stres berlebihan perasaan kehilangan atau trauma masa lalu yang memicu timbulnya depresi.
Baca Juga:Â Trend Barcode (Self-Harm) pada Remaja: Orang Tua Harus Mengetahuinya
Di sisi sosial, terjadi karena masalah dalam hubungan interpersonal dan tekanan lingkungan. Depresi dapat terjadi pada seseorang karena akibat pengalaman atas perlakuan yang merugikan dirinya.
Depresi bisa parah dapat mengubah hidupnya, mempengaruhi kualitas hidup, dan merusak kebahagiaan orang lain yang mengalaminya.
Agar terhindar dari depresi, yang perlu dilakukan, yaitu pertama, kesadaran diri terhadap dampak negatif media sosial sangat krusial, sehingga mereka bisa menghindari perbandingan yang merugikan.
Kedua, pengaturan waktu penggunaan media sosial dan aktivitas online dapat membantu menjaga keseimbangan.
Ketiga, dukungan sosial dari teman dan keluarga sangat penting untuk berbagi perasaan dan mengurangi tekanan.
Keempat, healing atau sekedar jalan-jalan sejenak penting agar tubuh lebih fresh dan relax. Selain itu, aktivitas fisik, seperti olahraga dan hobi, juga dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang.
Penulis: Novi Lula Sindia
Mahasiswa Prodi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News