Derap Komunitas Marah-Marah: Etika Komunikasi Tergerus, Pengguna Twitter Terancam?

Etika Komunikasi
Twitter Logo X (Sumber: Media Sosial)

Di era digital ini, media sosial telah menjadi ruang publik virtual yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Di mana digunakan untuk berbagi informasi, mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan orang lain. Namun, peluang ini juga membawa tantangan tersendiri, terutama terkait etika komunikasi.

Salah satu kasus yang menyita perhatian belakangan ini adalah fenomena “komunitas marah-marah” di Twitter. Fenomena komunitas marah-marah menimbulkan pertanyaan penting mengenai etika komunikasi dalam penggunaan media sosial.

Bagaimana seharusnya kita berkomunikasi di ruang publik digital? Apakah kebebasan mengekspresikan pendapat tanpa batas masih masuk akal jika mengorbankan kenyamanan orang lain? Artikel ini membahas lebih dalam pentingnya etika komunikasi di platform media sosial yakni Twitter.

Twitter, sebagai platform terbuka, memungkinkan komunikasi luas antar pengguna. Algoritme Twitter juga berperan penting dalam menentukan apa yang muncul di timeline pengguna, termasuk tweet dari komunitas marah-marah yang di-retweet atau dikomentari oleh pengguna lain.

Bacaan Lainnya

Akibatnya, informasi tentang komunitas ini tersebar lebih luas daripada yang diinginkan sebagian pengguna. Komunitas marah-marah sebenarnya tempat di mana para anggotanya bisa mengungkapkan kemarahannya terhadap berbagai hal, mulai dari masalah pribadi hingga masalah sosial.

Pada prinsipnya keberadaan komunitas-komunitas tersebut tidak menjadi masalah jika mereka berfungsi sesuai dengan tujuannya, yaitu sebagai ruang berekspresi yang terbatas pada anggotanya. Namun, masalah muncul ketika tweet menyebar ke timeline pengguna lain yang membuat etika komunikasinya dipertanyakan.

Menurut situs Encyclopedia, etika komunikasi merupakan tanggung jawab moral dalam berkomunikasi, baik secara langsung maupun melalui teknologi komunikasi, seperti perangkat dan media sosial. Di dunia nyata kita pasti diajarkan untuk berbicara baik dan sopan, sehingga prinsip ini juga harus diterapkan di dunia digital.

Di media sosial, etika komunikasi menjadi semakin penting karena sifatnya yang terbuka dan luas. Pengguna harus menyadari bahwa apa yang mereka bagikan dapat mempengaruhi orang lain.

Oleh karena itu, ada beberapa prinsip etika komunikasi yang harus diperhatikan yakni, mencegah penyebaran konten negatif sangatlah penting, konten yang mengandung kebencian maupun tindakan buruk harus dibatasi pada ruang pribadi atau komunitas tertutup yang anggotanya benar-benar ingin menjadi bagian dari percakapan.

Baca juga: Menjadi Komunikan yang Bijak dalam Memilah Informasi

Beberapa pengguna media sosial tentu akan merasa risih jika konten negatif sering di feed mereka. Selain itu, penting untuk mengambil tanggung jawab atas dampak tweet. Sebelum Anda membagikan sesuatu, pikirkan dampaknya terhadap orang lain. Apakah tweet tersebut mungkin menyinggung atau mengganggu pengguna lain.

Tweet-an berikut merupakan contoh nyata betapa pentingnya pemahaman dan penerapan etika komunikasi di media sosial.

Salah satu akun  pengguna Twitter, @maulanafikri455 mengungkapkan keprihatinannya dengan mengunggah tweet pada 25 Mei 2024 yang mengatakan, “Mood lagi bagus, buka X, eh yang muncul duluan komunitas marah-marah. Gimana caranya biar tuh akun komun ga muncul lagi dah“. Ungkapan akun ini menunjukkan ketidaknyamanannya ketika mendapati timeline-nya dipenuhi dengan cuitan dari komunitas marah-marah.

Terdapat juga tweet  yang sepemikiran dengan akun @maulanafikri455, base akun bernama @tanyakanrl mengunggah tweet pada 17 April 2024 yang mengungkapkan, “Cara mute komunitas ini gimana? tiap hari lewat aja di TL padahal ga gabung. Sorry to say tapi isinya kebanyakan bahasa kotor semua. Emang harus banget marah pake kata-kata kotor?”.

Kedua tweet ini menegaskan bahwa etika komunikasi di media sosial sangat diperlukan untuk menjaga kenyamanan semua pengguna. kedua pihak dan banyak pengguna lainnya, merasa terganggu dengan kehadiran konten negatif di timeline-nya dan mencari cara untuk menghindari hal tersebut.

Fenomena ini mendorong kita untuk lebih sadar akan dampak dari setiap cuitan yang kita buat dan pentingnya menjaga etika komunikasi agar media sosial tetap menjadi tempat yang menyenangkan dan informatif bagi semua orang.

Ada beberapa langkah bagi pengguna dan komunitas itu sendiri untuk mengatasi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh komunitas  marah-marah. Pengguna dapat menggunakan fitur mute dan blokir.

Twitter menyediakan fitur untuk membisukan atau memblokir akun yang tidak diinginkan sehingga pengguna dapat memanfaatkan fitur ini untuk menghindari tweet yang mengganggu. Mengatur preferensi konten di pengaturan Twitter juga dapat membantu mengurangi visibilitas tweet dari akun atau komunitas yang tidak diinginkan.

Jika ada konten yang benar-benar mengganggu, pengguna dapat melaporkannya ke Twitter untuk ditinjau lebih lanjut. Komunitas marah-marah juga dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah ini.

Misalnya, mereka dapat menerapkan aturan yang lebih ketat pada distribusi tweet mereka, seperti mencegah retweet oleh non-anggota. Selain itu, menghimbau anggota tentang pentingnya etika komunikasi dan dampak negatif dari tweet mereka dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih mendukung.

Komunitas online yang diberdayakan dengan peraturan yang jelas dan pelatihan yang baik cenderung menghasilkan interaksi yang lebih positif dan produktif.

Kasus komunitas marah-marah di Twitter menunjukkan bahwa di era digital, etika komunikasi masih menjadi aspek penting untuk diperhatikan. Meskipun media sosial menawarkan kebebasan berekspresi, kebebasan ini harus diimbangi dengan tanggung jawab dan kesadaran akan konsekuensi yang ditimbulkannya.

Dengan berfokus pada etika komunikasi, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih nyaman dan positif bagi semua orang.

 

Penulis: Yurika Dwi Putri
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Referensi:

Communication Ethics. Encyclopedia of Science, Technology, and Ethics. Diakses pada 3 Juni 2024 dari Encyclopedia.com: https://www.encyclopedia.com/science/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/communication-ethics

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses