Apabila kita mendengar kata operasi, yang sering terlintas di pikiran kita adalah proses pemulihan yang lama, dan sakit yang luar biasa.
Nah, sekarang jangan khawatir karena sudah ada metode ERAS, apa itu ERAS?
Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) adalah tehnik operasi yang dikembangkan untuk mempercepat perawatan dan juga mempercepat penyembuhan pasien.
Dinamakan ERAS (Enhanced Recovery after Surgery) untuk bedah secara umum, sedangkan dibidang obstetry dinamakan ERACS (Enhanced Recovery After Cesarean Surgery) sehingga memungkinkan lama perawatan di rumah sakit tidak lebih dari 24 jam.
Baca Juga: Pentingnya Mengontrol Pikiran Negatif untuk Kesehatan Mental Pasien
Dalam kesempatan ini, saya akan membahas tentang metode ERACS. Pastinya sudah tidak asing lagi bagi kita tentang metode ERACS itu sendiri, sebenarnya sejak kapan sih ERACS mulai di terapkan di Indonesia?
Di Indonesia, khususnya di Jakarta sejak 2020 sudah ada beberapa RS yang menerapkan metode ERACS sebagai standar layanannya. Sebut saja RS Bunda, RS EMC di Tangerang, RSUD Taman Sari, dan RS HERMINA. Untuk di RS Hermina Jatinegara sendiri metode ini diprakarsai oleh dr. Susilo Chandra, Sp. An, KAR, FRCA, KAO.
Momentum penerapan ERACS ini terasa sangat relevan dengan situasi pandemi. Mengapa?
Pertama, sebagai perawat saat pandemi tentu kita lebih terdesak memulangkan pasien dengan cepat, sejalan dengan rekomendasi WHO. Namun waktu pulang, kita menginginkan pasien sudah mobilisasi aktif, sudah mampu laktasi, tanpa adanya keluhan yang berarti sehingga membuat pasien dirawat kembali. Metode ERACS memungkinkan mobilisasi pasien lebih cepat, sehingga pulih lebih cepat pula.
Kedua, insiden seksio selalu dikeluhkan tinggi, dan sulit untuk menekannya. Pembiayaan membengkak akibat adanya tes skrining tambahan dan biaya APD. Metode ERACS memangkas prosedur yang tidak perlu, sehingga mengurangi pembiayaan.
Baca Juga: Pentingnya Fisioterapis dalam Kondisi Pasien di Kesehatan Seluruh Dunia
Apa sih sebenarnya perbedaan operasi konvensional (biasa) dengan metode ERACS?
Adanya beberapa perubahan pre-operatif yang penting pada ERACS
- Penggunaan obat untuk mencegah mual-muntah dan puasa yang singkat (no fasting).
- Tidak perlu persiapan usus.
- Pada pasien biasa dipuasakan 8 jam pre op karena kekawatiran pneumonia aspirasi saat operasi. Namun pada ERACS direkomendasikan bahwa berpuasa 2 jam pre op, tidak berisiko aspirasi pneumonia.
- Minum cairan jernih (teh manis, jus tanpa ampas) sampai dengan 2 jam pre op diizinkan, bahkan dianjurkan. Tujuannya mempertahankan euvolemia selama operasi.
- Makanan ringan sampai 6 jam pre op.
- Suplementasi karbohidrat. Artinya pasien nondiabedik boleh diberikan suplementasi karbohidrat cair sampai 2 jam pre op.
Mengapa ERACS lebih cepat dalam hal pemulihan pasien dibandingkan operasi konvensional?
- 2 jam post op pasien akan dianjurkan untuk mobilisasi terlebih dahulu, seperti belajar miring kanan-kiri, kemudian posisi semi fowler (setengah duduk) sampai pada posisi fowler (duduk) tanpa menggunakan sandaran tempat tidur.
- 6 jam post op akan dilakukan pelepasan kateter, sehingga mempercepat mobilisasi. Sedangkan pada operasi konvensional (biasa) pelepasan kateter dilakukan 12-24 jam post op.
- 10 jam post op diharapkan pasien sudah mampu berjalan ke kamar mandi sendiri atau mobilisasi mandiri.
- Maksimal 24 jam post op pasien sudah bisa dipulangkan.
Tentunya tidak lupa ketika pasien sudah berada di ruang perawatan, ada peran perawat di dalamnya yaitu dalam mendukung dan memberikan semangat kepada pasien untuk tetap menyusui bayinya (IMD), menganjurkan pasien untuk menyusui atau memerah ASI (apabila bayinya berada di ruang perina) setiap 3 jam, adanya rawat gabung pada bayi sehat, dan konsultasi laktasi apabila pasien memiliki masalah dalam menyusui.
Baca Juga: Di Balik Layar Seorang Dokter Ada Analis Kesehatan
Sebagai perawat, kita juga perlu menginstruksikan kepada pasien sebelum memulangkan pasien tentang perawatan luka, jadwal minum obat, aktivitas, cara menyusui dan perawatan payudara, menginfokan tanda-tanda bahaya seperti adanya perdarahan, infeksi luka, dan adanya rembesan pada luka serta mengingatkan jadwal kontrol pasien.
Bagaimana penjelasannya, tentunya lebih menambah wawasan kita ya?
Sekarang sudah tahu kan kenapa ERACS sangat diminati dan disarankan oleh para dokter, apalagi pada masa pandemi seperti sekarang ini. Tentunya karena akan lebih menghemat dari segi finansial, pemulihannya juga lebih cepat dibandingkan dengan operasi konvensional. Sudah terbukti juga oleh beberapa RS di Indonesia tentang kepuasan pasien dengan metode ini.
Mahasiswa Akper Hermina Manggala Husada
Rs Hermina Jatinegara
Editor: Diana Pratiwi