Fenomena Bisnis Asuransi di Kalangan Anak Muda

Bisnis Asuransi
Ilustrasi Bisnis di Kalangan Anak Muda (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Bisnis merupakan usaha yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mendapatkan keuntungan.

Tidak ada yang salah dengan bisnis, karena sejatinya dalam kehidupan, perdagangan pasti akan selalu ada baik itu barang maupun jasa.

Tidak menutup peluang bahwa bisnis asuransi juga berkembang di kalangan anak muda karena batas umur minimalnya adalah 18 tahun.

Bacaan Lainnya
DONASI

Industri asuransi memiliki 2 cara dalam memasarkan produknya, yaitu sebagai Bancassurance dan melalui Agensi.

Menurut Togar Pasaribu, kedua cara pemasaran itu tetap dilakukan oleh agen. Selain itu, Industri asuransi juga menggunakan skema MLM dalam memasarkan produknya.

MLM atau Multi-Level Marketing adalah skema bisnis yang dilakukan dengan proses asosiasi atau berpangkat, dimana sales tidak hanya menerima komisi dari penjualannya pribadi, tetapi mendapatkan komisi juga dari penjualan yang dilakukan oleh timnya.

Jika disederhanakan, tugas seorang agen asuransi adalah Selling and Recruiting. Pangkat dalam asuransi juga dapat disederhanakan lagi sebagai Leader dan agen.

Agen perlu melakukan penjualan sesuai dengan target yang ditentukan dari Perusahaan, dan juga melakukan rekrutmen, dan rekrutannya diwajibkan untuk melakukan selling juga dengan target tertentu agar agen bisa naik pangkat menjadi leader.

Akan tetapi, ada juga Perusahaan asuransi yang tidak mewajibkan agen untuk melakukan rekrutmen apabila ia bisa mencapai target penjualan yang ditentukan.

Meskipun disederhanakan sedemikian rupa, masing-masing Perusahaan memiliki struktur pangkatnya tersendiri.

Dengan skema bisnis yang cukup simple, banyak orang yang akhirnya mencoba peruntungan menjalankan profesi sebagai agen asuransi. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada banyak anak muda juga yang terjun ke industri tersebut.

Namun, tidak hanya sebatas niat saja yang menjadi pendorong bagi anak muda untuk menjadi agen asuransi. Banyak konten flexing dan serba FOMO (Fear of Missing out) juga menjadi pemicu anak muda untuk terjun dan mengharapkan kekayaan instan dengan menjadi agen asuransi.

Seringkali ditemukan konten flexing dari agen asuransi yang memamerkan pencapaiannya di social media terutama Instagram.

Mereka memamerkan dari hasil berjualan asuransi bisa membeli mobil Impian, rumah Impian, dan tentunya, jalan-jalan ke luar negeri dengan embel-embel Financial Freedom dan Time Freedom dimana hal itu tidak bisa dicapai apabila bekerja sebagai karyawan korporat.

Dengan konten flexing tersebut akhirnya menciptakan situasi FOMO bagi anak muda yang akhirnya memutuskan untuk menjadi agen asuransi dan mengharapkan hasil instan dengan berjualan produk asuransi tersebut.

Akhirnya, menjalani profesi sebagai agen asuransi bukan karena keinginannya untuk meningkatkan literasi keuangan di bidang asuransi kepada Masyarakat, melainkan pada harapan akan menjadi kaya dengan instan dan bisa menikmati masa pensiun muda.

Hal ini tentunya menimbulkan keresahan karena akan banyak agen asuransi yang dikuasai oleh anak muda, namun mereka belum tentu memiliki keseriusan dalam menjalankan profesinya.

Sehingga, ketika ada seseorang yang ingin mengajak bertemu, sudah tertimbul pikiran bahwa kita ingin di-prospek atau di-rekrut oleh teman kita yang sedang menjalankan profesi tersebut.

Tidak sampai situ saja, ada juga keraguan dari orang yang sudah lebih tua untuk membeli produk asuransi dari anak muda karena mereka tidak dapat menjamin keseriusan dalam profesinya.

Perlahan-lahan, fenomena ini justru akan menciptakan keresahan pada lingkungan sekitar. Belum lagi, citra asuransi yang belum pulih di Masyarakat karena adanya kasus gagal bayar yang dilakukan oleh sejumlah Perusahaan asuransi di Indonesia.

Oleh karena itu, jika anak muda ingin mencoba bergelut dalam Industri Asuransi, sebaiknya memang dilakukan karena ingin menambah skills yang kelak akan berguna baik secara akademis maupun non-akademis.

Dalam industri asuransi, beberapa contoh soft skills yang bisa didapat adalah Public Speaking, Sales and Negotiation, dan Problem Solving.

Sehingga, tidak ada salahnya jika profesi ini bisa dijalankan sebagai sampingan untuk menambah pengalaman, dan juga penghasilan selama masa pembelajaran.

Selain itu, fokus utama dalam menjalankan profesi sebagai agen asuransi bukan pada penjualan saja.

Akan tetapi, anda dapat belajar bagaimana cara melakukan networking yang baik, meningkatkan skill komunikasi, dan juga pemahaman tentang produk asuransi.

Dengan begitu, meski anda tidak menjadi orang kaya yang bisa flexing di social media, anda tetap mendapatkan pengalaman yang berharga dan berguna untuk masa depan.

Kesimpulannya, fenomena bisnis asuransi di kalangan anak muda akan semakin berkembang melihat pada perkembangan zaman saat ini dimana informasi dapat diakses oleh siapa saja dan kapan saja melalui internet.

Anak muda harus lebih melek terhadap situasi sehingga tidak menimbulkan keresahan dalam lingkungannya, dan tidak hanya berfokus pada tambahan income saja dalam berjualan asuransi, akan tetapi aspek-aspek lain yang bisa menjadi penunjang untuk berkembang menjadi lebih baik lagi.

Penulis: Ong Andreas Jordi
Mahasiswa Magister Manajemen, Universitas Bina Nusantara

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi:

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/12/13/bisnis-mlm

https://pressrelease.kontan.co.id/release/menjadi-milenial-sukses-dengan-menjadi-agen-asuransi?page=all#:~:text=Menjadi%20agen%20asuransi%20sejak%20usia,Syarat%20menjadi%20agen%20M!

https://money.kompas.com/read/2022/06/29/100000526/aaji-sebut-jumlah-agen-asuransi-berlisensi-turun-ini-penyebabnya?page=all

https://money.kompas.com/read/2022/05/23/120000026/industri-asuransi-berpotensi-semakin-tumbuh-tapi-

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI