Manis dan Pahitnya Orangtua Menghadapi Transisi Buah Hati Menjadi Remaja

Opini
Ilustrasi: istockphoto

Pergaulan remaja sering menjadi dilema bagi para orangtua di era sekarang. Bagaimana tidak, pergaulan anak-anak yang tengah beranjak dewasa ini seringkali susah untuk dimengerti para orangtua. Hal ini juga didukung akibat perbedaan generasi dan perkembangan zaman yang semakin cepat.

Tantangan tersendiri bagi para orangtua untuk tetap memberikan kebebasan bagi para anak muda ini untuk berkembang sekaligus mengawasinya agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.

Tidak dapat dipungkiri bahwa remaja menginginkan kebebasan. Kebebasan tersebut merupakan hasil dari rasa penasaran dan ingin coba yang mereka miliki. Sayangnya, hal ini sering berbenturan dengan kekhawatiran para orangtua yang akhirnya malah mengekang dan justru memperparah perlakuan anak. 

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Nomophobia yang Menghantui Para Remaja

Perbuatan anak yang tersebut direalisasikan secara tidak baik atau biasa kita sebut dengan pergaulan yang rusak. Namun sekarang, mari kita simak lebih lanjut, mengenal terlebih dahulu apa itu lingkungan pergaulan yang tidak sehat.

Jika berbicara tentang lingkungan yang tidak sehat, tentunya yang pertama muncul di benak para orangtua adalah hal-hal negatif yang dilakukan oleh remaja seperti tawuran pelajar, pergi ke club, bullying, bahkan yang paling parah yaitu penggunaan narkoba dan seks bebas.

Selain itu, hal negatif yang dapat merusak para remaja yang mulai menginjak dewasa ini bukan hanya dengan melakukan hal tersebut, melainkan hal sesimpel mengikuti ajakan teman untuk bolos sekolah maupun melakukan hal-hal seperti membangkang orangtua akibat lebih mendengarkan perkataan teman juga bisa menjadi ancaman yang jarang orangtua sadari.

Kebanyakan dari hal-hal negatif tersebut dapat terjadi karena lingkungan hidup yang para remaja miliki terutama dikarenakan:

  • Ajakan dari teman;
  • Rasa ingin tahu yang besar;
  • Serta mengikuti kehidupan modern yang dilakukan dengan cara yang salah.

Dampak negatif yang ditimbulkan dari hal-hal tersebut bisa beragam, antara lain:

  • Kecanduan;
  • Putus sekolah;
  • Bahkan yang terparah bisa menyebabkan kematian.

Baca Juga: Peran Seorang Ibu bagi Anak

Untuk menghindari dampak-dampak negatif tersebut, para orangtua harus peka dan mengayomi sang buah hati agar dapat bergaul dalam lingkungan yang sehat, tetapi tetap memberikan ruang agar para remaja untuk menikmati masa mudanya dengan cara yang baik dan positif.

Agar lebih mudah, saya akan memberikan beberapa tips atau cara bagaimana para orangtua tetap dapat mendampingi para remaja yang tengah beranjak dewasa.

Pertama, perkuat ilmu agama untuk membangun iman dalam remaja. Bagi para orangtua penting untuk menanamkan iman kepada remaja sebagai pemahaman, pendalaman, dan ketaatan kepada ajaran-ajaran agama yang bertujuan menjadi pedoman untuk remaja berperilaku.

Hal ini bisa dilakukan dengan mengajak satu keluarga rajin pergi ke tempat beribadah, menaati semua ajaran-ajaran agama, rajin berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jikalau kita mempunyai iman yang kuat, kita tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang buruk. 

Yang kedua yaitu dengan mendorong remaja agar mengisi waktu luang dengan melakukan kegiatan yang positif.

Dalam hal ini, ketika orangtua mempunyai waktu luang, para orangtua bisa mengisinya dengan mengajak remaja untuk melakukan hal yang positif dan membangun. Para orangtua juga harus belajar untuk mengenal tren maupun apa yang sang anak gemari.

Menemani dan mendukung sang anak untuk menekuni hobi seperti bermain musik, main futsal, dan masih banyak lagi bisa menjadi andalan.

Ketiga, memberikan ruang dan membangun komunikasi yang erat antar orangtua dan anak. Hal ini merupakan hal yang penting karena menjadi kunci utama dalam hubungan dan relasi para orangtua dengan sang anak. Penerapan 30 menit ngobrol tanpa gadget

Bisa dijadikan alternatif cara untuk mendekatkan diri dengan anak. Para orangtua harus mendengarkan dan berlaku layaknya “teman dekat” untuk sang anak.

Kita juga dapat memperhatikan pergaulan pertemanan sang anak dan menghimbau anak untuk berteman dengan semua orang, namun kita harus mengingatkan orang mana saja yang patut dijadikan teman dekat, berjaga jarak dengan orang-orang atau teman-teman yang cenderung bersikap tidak baik seperti yang suka berlaku kasar, malas, dan sering berpergian ke tempat yang tidak baik.

Ketika di awal pertemanan sudah dilihat adanya keanehan atau hal-hal yang ingin menjerumuskan buah hati kita ke hal yang buruk, lebih baik sebagai orangtua, kita bertindak agar menghindari anak kita dari pergaulan tidak baik.

Baca Juga: Mengurangi Kenakalan Remaja dengan Beribadah

Kesimpulannya, mengurus remaja dapat menjadi tantangan tersendiri bagi para orangtua. Walaupun begitu, sudah menjadi tanggung jawab maupun pengalaman yang tak terlupakan bagi orangtua melihat sang buah hati tumbuh dan bertransisi menjadi orang yang dewasa. Untuk itu, selama prosesnya berlangsung, orangtua layaknya mengayomi dan mendampingi para buah hati.

Penulis: Windi Syafira Wardhani
Mahasiswa Mass Communication Universitas Bina Nusantara

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI