Game sebagai Aktivitas Pengisi Waktu Me Time

Game
Ilustrasi: istockphoto

Setiap manusia pasti pernah merasakan jenuh dengan pekerjaan sehari-hari. Berbagai tuntutan dan target yang harus dipenuhi. Rutinitas monoton seperti ini bisa memicu kesehatan mental seseorang. Bagaimana cara keluar dari siklus berkelanjutan ini? Salah satu jalan keluarnya adalah beristirahat.

Istirahat yang dimaksud di sini tidak melulu berarti berbaring di kasur lalu memejamkan mata, tetapi meluangkan sebagian waktu untuk refreshing untuk diri sendiri. Melepas penat sejenak dari padatnya kegiatan merupakan hal yang tidak bisa dianggap remeh.

Konsep ini di kalangan masyarakat saat ini biasa disebut me time. Me time berguna untuk mengembalikan semangat sehingga pikiran kembali fresh dan dapat beraktivitas seperti sedia kala. Meningkatnya ketenangan seseorang akan membuat individu lebih produktif saat bekerja. Produktivitas individu inilah yang tentunya akan memberikan efek pada kinerja sehari-harinya.

Baca Juga: Pengaruh Video Game terhadap Pola Pikir Gen Z di Indonesia

Bacaan Lainnya

Kemajuan teknologi saat ini sudah tidak bisa dipungkiri mengingat gawai telah menyediakan fitur yang sangat memadai untuk segala kebutuhan. Apapun keinginan kita seakan bisa terwujud dengan mudah hanya dalam ‘genggaman tangan’.

Lembaga We are Social and Hootsuite mencatat pengguna internet di tanah air mencapai 202,6 juta orang per Januari 2021. Angka ini cukup untuk menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia telah terhubung dengan internet.

Pada data Direktorat Jenderal Dukcapil, penduduk Indonesia mencapai 273.879.750 Jiwa di tahun 2021. Saat akses internet mudah dijangkau, masyarakat pun bisa menikmati berbagai hiburan di dalamnya.

Dengan fenomena kemajuan teknologi ini, terciptalah permainan-permainan modern yang sudah didesain sedemikian rupa agar bisa dimainkan baik di personal computer, laptop, hingga smartphone. Pandemi Covid-19 juga punya peran besar dalam meningkatnya pemain game di Indonesia.

Dengan adanya pembatasan sosialisasi, masyarakat ‘terkurung’ dalam rumahnya. Segala kegiatan yang berhubungan dengan dunia luar seakan diberhentikan sementara. Di saat keadaan memaksa seseorang untuk tetap tinggal di rumah, game adalah pelarian yang mudah untuk mengatasi kebosanan selama masa luang.

Tak heran apabila game online menjadi pilihan alternatif sebagian orang untuk ‘rehat’ dari lelahnya kehidupan. Terlebih visual game sekarang sudah jauh berbeda dari game-game jadul generasi terdahulu dengan mekanisme yang kompleks membuat para pemainnya tak bosan untuk berjam-jam menatap layar.

Sekarang banyak gamegame bagus yang dirancang untuk smartphone sebagai media. Pemain game mempunyai rentang umur yang beragam. Niko Partners melakukan survei pemain game yang dilakukan di Indonesia dengan mencakup 1.000 responden. 

Dari survei yang dilakukan, didapatkan hasil hampir 90% pemain game yang mengisi survei berusia di bawah 36 tahun. Sedangkan berdasarkan gender responden, survei didominasi oleh laki-laki dengan persentase 82,4%.  

Baca Juga: Pengaruh Negatif Game terhadap Pendidikan

Bermain game sebagai bentuk refreshing diri sebenarnya punya manfaat yang mungkin kita sadari. Game sendiri mempunyai genre dan mekanisme permainan yang berbeda-beda. Di sini kita sebagai pemain dituntut untuk mempelajari segala aturan dan mekanisme game tersebut dari awal.

Cara seseorang mengeksekusi langkah, membuat keputusan, problem solving, dan kreativitas teknik bermain inilah yang bisa kita ambil untuk diterapkan di dunia nyata. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan, ia tidak hanya akan terpaku pada satu penyelesaian saja.

Namun mempunyai beberapa opsi lainnya ketika opsi utama gagal. Nah, di dalam game pastilah kita bertemu dengan yang namanya level atau stage. Stage atau biasa disebut level dimulai dari yang paling mudah hingga paling sulit, layaknya kehidupan, konflik yang muncul di masa yang akan datang tentunya berbeda tingkat kerumitan dengan sebelum-sebelumnya.

Game mengajarkan kita untuk tidak stuck pada satu stage, tapi hadapi dengan caramu sendiri hingga tiba di stage akhir. Di samping itu, karena banyaknya pengembang game berasal dari luar Indonesia, maka bahasa yang paling umum bagi kita yakni bahasa Inggris.

Secara tidak langsung pemain akan disodori  bahasa yang bukan bahasa ibu mayoritas warga Indonesia. Demikian game membuat seseorang menjadi terbiasa dengan bahasa asing sehingga penguasaan bahasanya meningkat.

Namun, ketika membahas tentang game kepada orang awam, dampak negatif cenderung yang pertama kali muncul di benak mereka. Stigma buruk bermain game masihlah melekat di pandangan masyarakat Indonesia lantaran pengaruh game membuat pemainnya lupa waktu, mengalami kerugian finansial maupun akademik, berkurangnya sosialisasi di dunia nyata, hingga masalah kesehatan.

Kecanduan akan game ini bukanlah suatu pengalaman yang ingin kita dapatkan selama waktu me time. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel A. Pangerapan, menyebutkan bahwa pemain game di Indonesia lebih banyak menghabiskan waktu bermainnya di ponsel pintar, dengan rata-rata 11 jam per minggu.

Baca Juga: Manfaat Baik dan Buruk Game Online

Pada tahun 2021, Kominfo mengklaim sebanyak 133,8 juta orang di Indonesia tercatat bermain game mobile. Lalu mengapa game bisa menggiring pemainnya menjadi kecanduan? Ketika bermain game, zat kimia dopamin akan aktif. Zat kimia ini berperan dalam adiksi seseorang ketika melakukan kegiatan yang disukainya.

Maka dari itu, adakalanya game berpotensi untuk membuat seorang individu mengalami kecanduan. Rasa senang ini akan menjadi  berbahaya apabila individu tidak bisa lepas kemudian mulai berimbas pada kehidupannya.

Mereka yang sudah masuk ke tahap kecanduan akan kesulitan membedakan mana dunia nyata dan dunia game. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus, mereka akan mengabaikan apa yang menjadi prioritas hidupnya, seperti makan, tidur, bersosialisasi dalam dunia nyata, dan merawat kebersihan diri.

Tindakan preventif diperlukan untuk mencegah rasa candu seseorang pada kegiatan yang digemarinya. Memberikan batasan yang jelas antara waktu bermain dan beraktivitas lain di luar dunia game, misalnya. Selama waktu luang, kita boleh memanfaatkannya jadi waktu me time dengan bermain game kesukaan, asalkan tidak menganggu jam produktif.

Seseorang yang memiliki kontrol diri tinggi dapat mengatur waktunya dengan efisien agar tidak ‘hanyut’ dalam aktivitas gamenya. Ia bisa membedakan saat bermain dan saat beraktivitas kembali. Dalam sehari penuh kita memiliki waktu sebanyak 24 jam dari pagi hingga malam.

Menjadi pribadi yang seimbang adalah bagaimana kita bisa menentukan waktu untuk kebutuhan primer, memberi ruang bagi aktivitas yang kita gemari, dan kembali ke rutinitas. Sehingga aktivitas yang kita sukai tidak ‘merampas’ waktu berkualitas kita untuk meningkatkan kemampuan diri.

Baca Juga: Dampak Kecanduan Main Game terhadap Anak Kecil

Berikan waktu yang cukup untuk segala kegiatan sesuai dengan porsinya. Intinya, sayangi waktu, hidupmu, dan jangan lupa makan cemilan!

Penulis:

Vania Nariswari Wahyu Araminta
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait