Gen Z: Mau Sampai Kapan Bersembunyi di Balik Kata Mental Health?

Mental Health Generasi Z
Ilustrasi Mental Health (Sumber: Media Sosial dari pexels.com)

Faktanya bahwa Gen Z mengagungkan mental health seolah inilah adalah aspek pertama yang harus dipenuhi dalam hidup mereka. Padahal dunia tidak akan semudah dan sebaik itu.

Bagaimanapun kondisi mental mereka dunia akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Memang terdengar kejam namun inilah kebenarannya. Oleh karena itu, kekuatan mental kita perlu dilatih untuk survive bukan malah mencari pembenaran dengan menunjukan kerapuhan diri di media sosial.

Sadarkah kalian, media sosial sekarang riuh dengan bahasan mental health oleh kaum Gen Z dimana mereka curhat memilih resign dari kantor karena lingkungan kerja yang tidak suportif, bunuh diri di kalangan mahasiswa karena tekanan akademik, tindakan self-harm sebagai pelampiasan, dan bersikap konsumtif di balik kata healing atau self-reward.

Bacaan Lainnya

Tidak dapat dibantah bahwa mental health adalah hal yang penting dalam menjalani hidup di dunia yang kejam ini namun, penafsiran dua kata ‘mental health’ yang berlebihan menjadi sangat bahaya bagi mentalitas atau semangat juang Gen Z itu sendiri.

Siapa Itu Gen Z dan Apa Itu Mental Health?

Sumber: pexels.com

Gen z adalah istilah yang diberikan pada kelompok demografis yang lahir dari tahun 1997-2012. Pada tahun 2023, mereka adalah kelompok umur 25-18 tahun. Seperti yang kita ketahui bahwa kelompok demografis ini adalah kelompok yang menganggungkan mental health.

Mental health adalah kondisi dimana mentalitas merasakan ketenangan, perasaan bebas dan dunia tanpa tekanan. Menurut Sigmund Freud, seorang psikoanalisis, mental health ini terpenuhi apabila ego mencapai kemenangan dalam pertarungan yang terjadi antara id, ego, dan superego.

  1. Id: kondisi mental yang menciptakan sebuah pengakuan dan keinginan.
  2. Ego: kondisi penyeimbang antara id dan superego dimana ego memunculkan rencana tindakan individu atas respon terhadap situasi yang ada.
  3. Superego: kondisi yang menilai etika, norma dan kondisi sosial yang kemudian mengatur individu dalam mengambil tindakan berdasarkan kepatasan etika, norma dan kondisi sosial.

Lihat betapa kompleksnya individu dalam mengambil keputusan berdasarkan kondisi mental mereka. Ketiga hal tersebut akan berkonflik dan tidak jarang menimbulkan perasaan yang menyakiti individu itu sendiri.

Permasalahan pada Gen Z adalah mereka terlalu sibuk untuk memusnahkan perasaan sakit atas kondisi superego dan hanya ingin mencapai kondisi id dan ego.

Kondisi ego yang tidak mampu menyeimbangkan id dan superego lah yang membuat Gen Z memiliki mentalitas yang lemah dibanding gen sebelumnya. Ini menimbulkan keprihatinan pada bagaimana mereka menjalani dunia yang kejam ini.

Tidak berhenti disitu, teknologi dan paparan narasi media mengenai isu mental health yang massif di media dirasa mengambil peran dalam melemahnya mentalitas atau semangat juang Gen Z.

Keterhubungan Teknologi, Media, Gen Z dan Isu Mental Health

Sumber: pexels.com

Gen Z berada dalam kondisi dimana dunia telah mampan akan teknologi dan infomasi. Semua kalangan Gen Z berkesempatan mengakses informasi tanpa terbatas ruang dan waktu lagi. Kemajuan teknologi ini juga memanjakan mereka dengan segala kemudahan yang ditawarkannya.

Seperti adanya pasar online, warung online dan aplikasi online lainnya dimana mereka dapat mendapat apa yang mereka butuhkan dalam gengaman, tidak perlu repot-repot lagi.

Tidak jarang kondisi seperti ini membuat Gen Z terlena dan menjadikan mereka pribadi yang lemah. Ditambah lagi, paparan narasi mental health yang berseliweran di media sosial menyebabkan pergeseran secara perlahan terhadap cara pandang mengenai etika, norma dan kondisi sosial.

Saat Gen X ataupun Gen Y menganggap amarah atasan saat mereka bekerja adalah wajar dan tetap memilih survive berbeda dengan Gen Z. Pada bulan penantian hasil seleksi UTBK, saya memilih menghabiskan waktu untuk bekerja di sebuah kantor PPAT.

Selama dua bulan, belasan Gen Z melamar dan keluar dari kantor dalam kurun waktu yang singkat dengan dalih lingkungan kerja yang tidak sehat. Mereka memilih resign dibanding survive.

Gen X ataupun Gen Y tidak tahu menahu mengenai isu mental health, sementara Gen Z sangat paham mengenai mental health melalui media namun, Gen sebelum Z malah menjadi pribadi yang kuat atau mampu survive dalam kondisi tertekan sekalipun seperti ilustrasi diatas.

Berbeda dengan Gen Z yang memilih lari dengan dalih menyelamatkan kondisi mental mereka dan tak jarang kemudian membagikan pengalaman yang ada di media sosial untuk mendapat pembelaan dari kalangan umum. Dapat dilihat dari tagar-tagar yang berseliweran di X dan Tiktok.

Hal ini menimbulkan keprihatinan dan kekhawatiran terhadap hidup Gen Z. Satu hal yang mereka lupa bahwa bagaimanapun kondisi kita, dunia yang kejam ini akan tetap berjalan. Kita dituntut untuk survive bukan malah bersembunyi di balik kata mental health.

Narasi media memang memberi pengaruh yang signifikan pada kondisi mentalitas Gen Z namun, keputusan apa yang kita ambil adalah milik kita.

Jangan biarkan curhatan orang lain di media sosial membuat kita ikut-ikutan lemah dalam menjalani kehidupan dunia ini karena merasa perasaan tertekan itu tidak dibenarkan dan kamu tidak sendirian karena merasakan hal itu.

Jika demikian, maka kondisi puncak titik dalam hidup kita juga menjadi hal yang tidak dibenarkan untuk dibayangkan karena tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan.

Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad ‘Merdeka, merdeka atau mati’!” – Bung Karno

Penulis: Andini Putri Lestari
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Brawijaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.