Kasus korupsi di segala sektor yang merugikan negara triliunan rupiah mendorong pemerintah dan KPK memperkuat pendidikan anti-korupsi sejak dini. Percuma kurikulum anti korupsi diajarkan di sekolah jika di luar kelas anak-anak melihat pejabat korup hidup bergelimang harta.
Kasus terbaru dugaan korupsi tata niaga Timah di mana Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Kejaksaaan Agung menyebut kerugian negara atas kasus tersebut diperkirakan mencapai Rp 300 triliun angka yang setara dengan membangun 15.000 sekolah, bukan hanya itu kasus korupsi lainya ikut terungkap yakni kas korupsi kelola minyak di PT Pertamina terus menjadi sorotan setelah Kejaksaan Agung mengungkap bahwa kerugian negara mencapai Rp 193,7 triliun hanya dalam satu tahun yakni 2023. Kerugian dari kasus Pertamina ini setara dengan 20x anggaran pendidikan Jawa Timur di tahun 2024.
Sementara negara rugi triliunan, para koruptor malah menikmati hukuman ‘hotel prodeo’ dengan fasilitas mewah seolah kejahatan mereka dihargai lebih tinggi daripada kesejahteraan rakyat dimana jutaan rakyat kesulitan untuk membeli minyak goreng dan sembako lain. Inikah wajah Indonesia yang Gen Z warisi?
Baca juga: Korupsi Merugikan Negeri, Kapan Berakhir?
1. Gen Z sebagai Garda Depan.
Banyaknya kasus yang terungkap membuktikan bahwa pemerintah tidak sanggup memberantas sifat korupsi yang terjadi di Indonesia. Generasi Z (Gen Z) kini berada di garda terdepan dalam pertempuran melawan kasus korupsi yang semakin sistemik. Gen Z membuktikan bahwa mereka bukan generasi yang pasif.
Pendidikan anti korupsi menjadi senjata utama untuk membangun benteng integritas di tengah maraknya skandal korupsi yang terus menghiasi segala macam media setiap harinya.
Peperangan melawan kasus korupsi ini melibatkan banyak pihak: Gen Z sebagai generasi penerus, KPK dan lembaga penegak hukum sebagai garda terdepan dalam pemberantasan korupsi, serta institusi pendidikan yang bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Situasi semakin memanas di tahun 2025 ini dimana kasus-kasus korupsi besar terus terungkap sementara mentalitas “Jalur Orang Dalam” masih mengakar di banyak sektor.
Mulai dari ruang kelas hingga media sosial, dari universitas hingga kantor pemerintahan permasalahan korupsi ini menjadi pembahasan serius. Jika tidak dihentikan, Korupsi akan menjadi warisan buruk yang terus menghambat kemajuan Indonesia. Gen Z sebagai generasi digital native, mempunyai potensi besar untuk mengubah narasi apakah menjadi agen perubahan atau justru korban berikutnya.
2. Solusi dan Aksi Nyata.
Solusi yang dapat diberikan harus multidimensi dimana pendidikan anti korupsi yang interaktif, kampanye kreatif di media sosial seperti gerakan #KampusTanpaSuap di UI yang audit penggunaan dana spp, atau petisi Change.org yang berhasil tekan pemerintah untuk membuka data proyek infrastruktur, menegakkan hukum secara tegas tanpa pandang bulu, serta melakukan transparansi dalam segala hal pembangunan.
Gen Z harus dilibatkan secara aktif bukan hanya sekedar diberi teori tanpa praktik, dengan memberikan pendekatan yang tepat Gen Z tidak hanya bisa menghindari jerat korupsi, tetapi juga menjadi generasi yang memutus mata rantai praktik mafia yang telah lama merusak negara ini.
Di tengah gempuran skandal korupsi yang semakin berani di Indonesia-Generasi Z muncul sebagai kekuatan baru yang menolak diam. Mereka bukan hanya generasi digital, tapi juga generasi yang mempertanyakan bahwa: “Jika pejabat korup bisa hidup mewah tanpa beban, mengapa kami harus menerima negara yang bobrok dengan santai?”
Pendidikan anti-korupsi kini bukan sekadar teori di kelas, tapi aksi nyata yang digerakkan oleh anak muda melalui kreativitas, teknologi, dan tekanan kolektif. Gen Z, ini saatnya kita bergerak! Mulai dari bikin konten anti-korupsi di Platform online, dukung petisi transparansi, atau laporkan kecurangan di lingkungan sekitar sekecil apapun.
Indonesia bebas korupsi dimulai dari kita. Korupsi bukan hanya kejahatan uang tapi kejahatan masa depan. Gen Z, mau dibawa kemana Indonesia jika kita diam?
Penulis:
- Savira Seviardini
- Roikhan Syahrul Ramadhani
- Tazkiyah Navysah Ar-Rachmah
- Shinta Nabhilla Putri
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi