Beberapa tahun terakhir, Desa Sumber–sebuah desa yang berada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah dilanda gagal panen total, terutama pada komoditas pertanian padi. Kegagalan panen yang dialami menyebabkan para petani tidak dapat mendapatkan modal awal yang dialokasikan dalam bertani sehingga mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Faktor utama kegagalan panen disebabkan membludaknya hama tikus serta zat hara tanah yang kian menurun akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan. Segala cara telah dilakukan para petani, terutama dalam membasmi tikus, pembuatan rumah burung hantu, peletakan jebakan tikus, penangkapan tikus oleh petani, hingga tahap ekstrem, seperti memasang setrum. Namun, upaya-upaya tersebut kurang membuahkan hasil karena petani tidak melakukannya secara serentak–tikus hanya berpindah-pindah mulai dari pengendalian secara biologi, kimia, maupun mekanis menggunakan sengatan listrik.
Dalam upaya mengatasi permasalahan pertanian yang dihadapi oleh masyarakat Desa Sumber, Blora, Kelompok KKN-T Inovasi BLORAKAB04 Institut Pertanian Bogor (IPB) melaksanakan program sosialisasi dan demonstrasi terkait pertanian terpadu dan penggunaan Pupuk Organik Cair (POC) yang dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Juli 2024, bertempat di Kantor Desa Sumber. Kegiatan ini melibatkan para perangkat Desa Sumber, Kepala dari setiap Dusun di Desa Sumber, serta para Kelompok Tani yang ada di Desa Sumber. Program ini bertujuan untuk mencari solusi bersama petani melalui forum yang membahas dua permasalahan utama, yaitu menurunnya zat hara dan keberadaan hama tikus yang tidak terkendali.
Dalam forum tersebut dijelaskan cara penyelesaian dan pengendalian masalah utama pertanian Desa Sumber. Salah satu ketua kelompok tani memberikan pandangannya mengenai kondisi pertanian di Desa Sumber secara komprehensif. “Kendala yang sangat terlihat adalah penerapan pola tanam padi yang tidak serentak. Petani yang memiliki lahan tidak mau diatur. Butuh adanya kebijakan dari Kabupaten, bukan hanya dari desa saja karena tidak bisa berpengaruh besar. Kalau kebijakannya sudah diatur dengan baik, dirasa akan bisa membuat perubahan lebih baik kedepannya. Butuh dana untuk kelompok tani, karena dana dari desa tidak mencukupi. Diperlukan pula bantuan dari para ahli (profesor, dosen, dll) IPB untuk membuatkan alat yang bisa untuk menanggulangi tikus.”
Penggunaan sistem pertanian berkelanjutan menjadi salah satu langkah yang dipaparkan oleh Kelompok KKN-T Inovasi BLORAKAB04, dimana pertanian berkelanjutan dapat digunakan untuk dapat mengendalikan masalah utama di desa sumber terutama masalah zat hara dan lingkungan. Pertanian berkelanjutan memiliki manfaat seperti meningkatkan produktivitas, upaya untuk pemeliharaan tanah dan air, pemanfaatan limbah, dan penerapan pengendalian OPT yang terpadu.
Pengenalan Aplikasi IPB Digitani menjadi salah satu hal yang dapat membantu dalam penyelesaian masalah di lapangan bagi petani. Dengan hanya menggunakan aplikasi petani dapat bertanya langsung ke pakar ahli ahli IPB dibidangnya. Pakar ahli tersebut nantinya akan membalas terkait permasalahan ditanyakan di aplikasi tersebut. Selain itu petani dapat saling terhubung dengan petani-petani di Indonesia lainnya. Penggunaan aplikasi ini mudah dan bisa diakses oleh seluruh orang.
Baca Juga: Teknologi Mesin Pemotong Padi Otomatis terhadap Industri Pertanian
Selain sosialisasi, mahasiswa IPB juga mengadakan demonstrasi penggunaan pupuk organik cair yang dapat dibuat sendiri oleh petani. Pupuk organik cair memiliki banyak manfaat, antara lain meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan meningkatkan hasil panen. Langkah-langkah pembuatan pupuk organik cair yang didemonstrasikan meliputi:
- Pengumpulan bahan: menggunakan bahan-bahan seperti air, kotoran ternak, EM4, bekatul, dan sampah organik (nanas)
- Fermentasi: bahan-bahan tersebut dicampur dalam galon dan dibiarkan mengalami proses fermentasi selama dua minggu.
- Penggunaan: pupuk organik cair yang telah matang kemudian diencerkan dengan air dan disemprotkan atau dikocor pada tanaman.
Program yang dibawakan mahasiswa IPB mendapat sambutan positif dari masyarakat Desa Sumber. Petani yang hadir dalam sosialisasi dan demonstrasi ini merasa terbantu dengan informasi dan teknik yang diberikan. Dengan menerapkan sistem pertanian terpadu dan menggunakan pupuk organik cair, diharapkan permasalahan serangan tikus dan krisis nutrisi tanah dapat teratasi, sehingga produktivitas pertanian meningkat dan kesejahteraan petani dapat terjamin.
Para Petani Desa Sumber merasa mereka sangat jauh dari kata berhasil dalam mengurus lahan pertanian. Hal ini dinilai dari kegagalan panen secara terus menerus. Menurut para kelompok tani, kendala utama permasalahan ini hingga sulit untuk diatasi dikarenakan musim tanam padi yang tidak serentak. Kegiatan gropyokan (memburu tikus secara bersamaan/serentak) yang sudah dianggarkan oleh desa dirasa masih kurang berhasil karena kurangnya koordinasi dan kerja sama dari para petani. Cara termudah sampai cara ekstrem, yaitu memasang setrum di setiap lahan sudah dilakukan, tetapi memakan korban. Menurut para petani, butuh adanya kebijakan yang tegas dari Kabupaten Blora mengenai masalah ini. Jika kebijakannya sudah diatur dengan baik, dirasa dapat menimbulkan perubahan lebih baik kedepannya.
Baca Juga: Mengatasi Penggunaan Pupuk Anorganik Dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Mahasiswa IPB berharap bahwa kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain yang menghadapi masalah serupa. Mahasiswa KKN-T Inovasi yang berasal dari IPB juga berkomitmen untuk terus mendampingi dan memberikan pelatihan kepada masyarakat Desa Sumber dalam mengimplementasikan sistem pertanian terpadu dan penggunaan pupuk organik cair. Dengan kolaborasi antara mahasiswa, petani, dan pemerintah setempat, diharapkan pertanian di Desa Sumber dapat berkembang lebih baik dan berkelanjutan, menciptakan lingkungan yang sehat dan produktif untuk generasi mendatang.
Penulis:
1. Fandy Fernandy
2. Zahra Rumi Ashari
3. Sarah Farida Khairunnisa
4. Indah Hardiyanti
5. Evan Fibriantoni
6. Naswa Nabila Zahrani
7. Adzharra Welvinanda
8. Dinda Ayu Lestari
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News