Berbicara mengenai hubungan antar negara, tentu kita tidak akan jauh-jauh dari kata “perang”, “kerja sama”, “sengketa”, atau bahkan “perebutan wilayah”.
Kondisi negara-negara di era modern seperti sekarang ini memungkinkan setiap negara untuk bergerak dinamis, tentu saja juga dengan cara melibatkan negara lainnya. Entah itu mengusik, menjalin hubungan yang saling menguntungkan demi memenuhi national interest setiap negara, sampai melakukan kerja sama regional dengan tetangga-tetangganya.
Hubungan antar negara tidak bisa lepas dari diplomasi. Diplomasi sendiri adalah kegiatan berbincangnya dua atau lebih dari setiap perwakilan negara untuk memengaruhi perilaku ataupun keputusan negara lain.
Baca Juga: Penyelesaian Sengketa Hukum Internasional Secara Damai Melalui Jalur Politik
Di era modern ini, di mana setiap negara berusaha untuk mewujudkan kepentingan mereka masing-masing, diplomasi menjadi cara yang efektif untuk mendapatkan national interest setiap negara.
Dalam pertarungan antar kepentingan nasional masing-masing tersebut, beberapa negara merasa bahwa kepentingan nasional negara lain adalah ancaman. Tentu saja, negara mana yang tidak terusik jika wilayahnya dicaplok begitu saja oleh negara lain?
Dari sini terwujudlah diplomasi pertahanan. Diplomasi yang dilakukan untuk mempertahankan kedaulatan negaranya seutuhnya. Agresifnya China dalam semakin memperluas hegemoni melalui BRI (Belt and Road Initiative) mengusik kedaulatan banyak negara, India salah satunya. Pergerakan India sangat menarik untuk diamati akhir-akhir ini.
Mungkin India adalah manifestasi yang nyata dari pemikiran Ben Anderson yang dituangkan dalam Clash of Civilizations. Perang dingin menciptakan bipolarisme, dan kemudian lama-kelamaan semakin banyak bangsa yang ingin dipandang sebagai kiblat dunia. Multipolarisme muncul ke permukaan.
Semua negara saling berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. India salah satunya. Pelan tapi pasti, negara yang kerap dipandang remeh oleh netizen Indonesia ini mulai merangkak menggebrak dominasi negara-negara superpower.
Bukan tidak mungkin 10 tahun dari sekarang kita melihat India sebagai negara yang maju. Tentu saja, negara maju memiliki pertahanan yang kuat serta militer yang ditakuti oleh negara lain.
Ditopang dengan populasi yang sangat besar, India mampu memanfaatkannya dengan baik. Pertumbuhan ekonomi India menjadi salah satu yang terbaik di Asia beberapa tahun ke belakang. Bahkan tahun 2023 ini, di mana resesi terasa di mana-mana, India meraih pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% dilansir dari laporan Asian Development Bank pada April 2023.
Beberapa orang India berhasil menjadi CEO di beberapa perusahaan terkemuka di dunia. Sebut saja Sundar Pichai di Alphabet inc. dan Shantanu Narayen di Adobe. India telah berbenah. Kemudian negara ini sadar, setelah sumber daya manusianya sudah dikatakan mampu bersaing dengan negara lain, mempertahankan kedaulatan menjadi hal yang harus diperhatikan.
Untuk memperkuat kedaulatannya, militer India juga melakukan banyak perbaikan di berbagai sektor. India menjadi negara ketiga dengan alokasi militer terbesar di dunia, di belakang Amerika Serikat dan China.
Baca Juga: Dampak Global Akibat Konflik Rusia-Ukraina terhadap Indonesia
Tahun 2023 sampai 2024 ini India mengalokasikan sebesar 5,95 Rupee ($72,6 Juta) untuk keperluan pertahanan. Nilai tersebut terhitung naik 13% dibanding tahun lalu. Militer saja tidak cukup untuk mempertahankan negara.
Cerdik, beberapa diplomasi pertahanan dilakukan guna memperkuat hubungan serta memperluas power mereka. India meniti hubungan baik dengan negara-negara lain, diplomasi pertahanan gencar dilakukan.
India baru-baru ini berencana untuk mengekspor produk militernya ke negara-negara Afrika, sekaligus mengirim bantuan untuk didirikannya pusat pelatihan IT, sekolah, pusat kesehatan, jalan, kereta api, sampai pelabuhan.
Kunjungan Menteri Luar Negeri India, Subramanyam Jaishankar ke beberapa negara Afrika pada rentang 10-15 April kemarin semakin memperkuat hubungan India dan Afrika yang telah berlangsung sejak tahun 1960. Rencananya, India akan membuka 18 misi diplomatik baru dengan negara-negara Afrika lainnya.
Ketika semuanya terealisasi, jumlah negara yang membuka kawat diplomatik dengan India menjadi 47. Perjanjian dengan beberapa negara-negara Afrika juga berisi tentang kerja sama militer, di mana 28 Maret kemarin, 24 negara Afrika mengirim Kepala Komando Militer-nya ke India untuk menghadiri Konklaf Kepala Angkatan Darat India-Afrika pertama yang bertajuk AFINDEX (Africa-India Field Training Exercise) yang dilaksanakan di Pune.
Konklaf tersebut memfokuskan kepada pelatihan militer bersama antara India dan negara-negara Afrika dan diharapkan dapat mempromosikan industri pertahanan India serta mempererat hubungan keduanya.
Di kawasan Asia Selatan sendiri, India juga berusaha untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara di dalamnya. Kebijakan Neighbourhood First yang dicanangkan untuk merangkul negara-negara tetangganya.
Baca Juga: Perang Yaman: Konflik yang Terus Memburuk
Menurut Muni dan Mohan (2004), keberhasilan India untuk mengatur regional Asia Selatan ini akan menentukan keberhasilan India dalam proses menuju negara besar di Asia itu sendiri.
Selain itu, Act East Policy yang dicanangkan oleh Pemerintahan Modi pada 2014 yang menjadi penerus kebijakan Look East selama pemerintahan Narsimha Rao, juga membuat eksistensi India di kawasan, lebih jauh Asia Tenggara, akan meningkat. Tentu dua kebijakan ini menjadi hal yang harus dapat direalisasikan oleh India sendiri, mengingat dominasi China yang kuat dari tahun ke tahun.
Kebijakan BRI (Belt and Road Initiative) yang digagas oleh Xi Jinping pada 2013 membuat India mau tidak mau harus bergerak, setidaknya mengamankan kawasannya sendiri. Di Asia Selatan, China berencana menggandeng Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, dan Pakistan untuk proyek besar ini.
Tentu, hal ini mengusik India karena tentu kedepannya jika proyek ini berhasil, maka pergerakan India akan semakin terbatas. Mengingat proyek BRI ini berisi peminjaman dana investasi dan harus dikembalikan dengan bunga yang tinggi, India agaknya dapat menjadikan hal ini menjadi peluang.
Mengingat yang mengusik kedaulatan India adalah China, tentu upaya untuk menanggulangi hal tersebut adalah menggandeng kekuatan besar juga. China telah menjadi negara yang tidak bisa dipandang remeh sekarang. Untuk itu, India menggandeng banyak negara untuk menanggulangi pengaruh China. Tidak tanggung-tanggung, India menggandeng Amerika Serikat sebagai rekannya.
Kedekatan Amerika Serikat dengan India sudah terjalin sejak lama. AS memandang India sebagai rekan strategis untuk mencegah perluasan hegemoni China. Pada 2016, India telah menerima pesawat tempur yang mereka beli dari AS lewat program MRCA (Medium Multi-role Combat Aircraft) dengan nilai $6,9 milyar pada tahun 2008 di mana program tersebut disetujui.
India dan Amerika Serikat juga membentuk aliansi militer dengan dua negara lain yaitu Australia dan Jepang. Quadrilateral Security Dialogue (QUAD) ditandatangani oleh empat negara tersebut pada tahun 2007.
Baca Juga: Deklarasi Balfour: Salah Satu Dalang Terjadinya Konflik Palestina-Israel
Perjanjian keamanan empat negara ini diharapkan dapat membentuk sebuah aliansi untuk mempertahankan kedaulatan wilayah satu sama lain. Perjanjian keamanan ini seakan mempertegas bahwa India tidak dapat diremehkan di kancah internasional. Tentu, China akan berpikir dua kali untuk mengganggu India karena ada AS di belakangnya.
Penulis: Mohammad Saifulloh Arif
Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi