Influencer Muslim di Bawah Belenggu Liberalisme

Influencer Muslim dibawah Belenggu Liberalisme

Ada satu misi penting yang sedang dijalankan oleh para misionaris dan seperti yang dijelaskan dalam buku The Incredible Muslim karya Ustadz Edgar Hamas, yaitu tentang Konferensi Misionaris Internasional pada tahun 1935.

Samuel Zwemer

Pemimpin mereka adalah Samuel Zwemer, ia adalah seorang Yahudi yang baru saja masuk Kristen. Dalam perjumpaannya dengan para misionaris itu Zwemer berseru lantang “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya, sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang berputus hubungannya dengan Tuhan dan juga bermusuhan antar sesamanya. Dengan demikian, kalian telah menyiapkan generasi baru yang akan memenangkan kalian dan menindas kaum mereka sendiri sesuai dengan tujuan kalian.”

Lalu, apa maksud dari perkataan Samuel Zwemer? Ada hal yang membuat musuh-musuh Islam kelabakan yaitu, mereka trauma dengan kejayaan umat Islam. Diantara mereka ada yang telah memahami bahwa kehidupan sejati adalah Islam. Ada yang belajar Islam untuk menghancurkannya dan ada pula yang belajar Islam untuk menemukan kebenaran. Yang perlu kita khawatirkan saat ini adalah musuh Islam yang belajar Islam untuk menghancurkannya. Salah satu caranya dengan menjauhkan orang Islam dari agamanya agar terputus hubungan dengan Tuhannya.

Bacaan Lainnya

Jika melihat fenomena yang terjadi saat ini, tak jarang ditemukan seorang influencer muslim yang mengarahkan para followersnya ke arah pemikiran liberal. Apa itu pemikiran liberal? Pemikiran liberal yaitu pemikiran yang memprioritaskan kebebasan individu sebebas-bebasnya dalam segala aspek. Pemikiran liberal ini sudah tidak asing lagi ditelinga kita, apa lagi di zaman sekarang yang mana pemikiran ini sudah banyak menyebar.

Mengapa liberalisme ini bahaya bagi umat Islam? Menurut Ma’ruf Amin, pemikiran liberal (liberal thinking) ini sangat berbahaya karena cara berpikir seperti ini menghasilkan interpretasi “liberalistik” terhadap ajaran Islam, yang sering mengarah kepada pemahaman yang berbahaya terhadap agama.

Influencer Muslim dibawah Belenggu Liberalisme a

Liberalisme sendiri berasal dari Eropa saat terjadi Revolusi Industri di Inggris (1760-1840) dan Revolusi Perancis (1789-1815). Liberalisme hadir sebagai suatu gerakan untuk memperjuangkan kebebasan manusia dari kungkungan gereja atau agama pada masa renaissance. Saat itu, kekuasaan raja, bangsawan, dan gereja mendominasi seluruh kehidupan masyarakat. Rakyat tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat dan bertindak. Keadaan tertekan ini menimbulkan kritik dari berbagai kalangan yang menginginkan kebebasan di semua bidang kehidupan. Namun, liberalisme yang terjadi saat ini berbeda konteksnya dengan dahulu. Orang-orang Barat yang mayoritas menganut liberalisme benar-benar bebas, sehingga mereka sudah biasa dengan free sex, gonta-ganti pasangan, suka sesama jenis (LGBT), child free, dan lain-lain.

Masih berkaitan dengan fenomena yang sedang ramai diperbincangkan saat ini, bahwa influencer adalah orang yang memberi pengaruh kepada orang lain. Yang mana apa yang seorang influencer lakukan maka followers akan mengikuti. Akan ada konsekuensi yang didapat ketika melakukan kesalahan atau memberikan dampak buruk bagi followersnya. Karena seorang influencer memiliki jiwa influence yang artinya mempengaruhi. Jadi, secara tidak langsung apapun yang dia perbuat berpengaruh terhadap followersnya.

Dalam buku Infinity Muslim Heroes, karya Ustadz Edgar Hamas dan Sayf Muhammad Isa beliau mengatakan, “Kita akan bersama orang-orang yang kita cintai. Kita akan terinspirasi oleh orang-orang yang kita sukai.” Dari kalimat ini kita bisa tarik kesimpulan bahwa kita adalah apa yang kita ikuti. Misal, kita nge-follow orang-orang yang pemikirannya keluar dari ajaran Islam, maka secara tidak langsung pemikiran kita akan sedikit demi sedikit digiring kesana, kearah pemikiran dia. Memang tidak langsung terasa akibatnya, tapi seiring berjalannya waktu kita akan membenarkan hal-hal yang menurutnya benar walaupun hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.

Oleh karena itu, perhatikanlah apa yang kita follow karena itu akan berpengaruh kepada bagaimana cara kita berpikir, mengambil keputusan, bersikap dan bersosialisasi kepada orang lain. Kita boleh berpikir secara bebas, tapi kita seorang muslim perlu ingat bahwa kita juga punya pedoman yang harus kita taati. Sebagus apapun opinimu, pendapatmu, pemikiranmu, jika itu sudah keluar dari konteks agama Islam, maka hal tersebut perlu dikembalikan lagi kepada pemahaman Islam.

Ada seorang influencer muslim yang followersnya cukup banyak dengan terang-terangan mendukung hal-hal seperti child free bahkan LGBT. Padahal, Islam berpandangan bahwa child free ini berbahaya. Karena dalam Islam, orang yang menikah dan berumah tangga itu tujuannya untuk memperoleh keturunan. Bahkan Rasulullah bangga dengan ummatnya yang banyak. Jika semua orang memilih untuk tidak mempunyai keturunan, maka bagaimana nasib ummat saat ini? Apakah ini sesuai dengan ajaran Islam yang mana Rasulullah menganjurkan untuk memperbanyak keturunan? Dan tujuan untuk memperbanyak keturunan ini adalah agar rantai dakwah ummat Islam tidak terputus.

Sebagai contoh lain, LGBT dalam pandangan Islam sudah sangat jelas bahwa hal tersebut haram. Bukan hanya dalam ranah agama yang tidak membenarkannya, tapi dalam ranah kesehatan pun sama. Kita harus menolak gagasan tersebut. Seperti yang pernah dikatakan oleh Ustadz Felix Siauw dalam akun sosial medianya, “Kita nggak masalah dengan pelaku maksiatnya, karena mereka bisa bertaubat. Tapi maksiatnya kita harus benci, menyebarkan maksiat dan menganggapnya wajar apalagi.” Maka dari itu apapun opinimu, tidak akan bisa merubah apa yang sudah menjadi ketetapan Allah. Dengan memberikan opini pendukung atau pembelaan terhadap hal ini, sama saja dengan menentang apa yang sudah jelas Allah sampaikan dalam Al-Qur’an. Terkadang, yang menjadi semakin rumit itu para pendukungnya, bukan pelaku maksiatnya. Orang-orang yang mendukung dan mewajarkan pelaku maksiat. Sehingga yang bermaksiat pun menjadi bangga karena banyak yang mendukung mereka.

Rizal Wahid, seorang pendidik muslim dalam salah satu postingannya, “If Al-Qur’an said it’s haram, your opinion doesn’t matter.” Suka tidak suka, mau tidak mau seorang muslim punya pedoman aturan yang tidak bisa diganggu gugat apalagi cuma dengan in my opinion. Your opinion doesn’t matter, pendapatmu itu tidak penting.

Hal ini sungguh berbahaya bagi kaum milenial yang mana kerap kali latah dalam bersosial media. Hal semacam ini yang nantinya dapat merusak pemikiran kaum milenial yang sejatinya sedang mencari jati diri senang meng-explore hal baru di sosial media. Menanggapi kasus tersebut, banyak pendapat yang masuk dari akun-akun sosial media yang tidak setuju dengan pendapat influencer tersebut dan mengatakan bahwa inilah salah satu akibat dari masuknya paham liberal dari Barat. Yang mana saat ini banyak pemuda Indonesia yang menempuh pendidikan di Eropa.

Tidak ada yang salah dengan seorang muslim yang belajar ke luar negeri, apalagi ke Eropa. Yang mana dunia saat ini dipimpin oleh dunia Barat yang sedang dalam masa kemajuannya. Tapi sadarkah kita bahwa sebenarnya dunia Barat mengambil semua itu dari Islam? Sadarkah kita bahwasannya Islam lah yang lebih dahulu maju sebelum bangsa Barat mengenal teknologi dan ilmu pengetahuan? Bahkan banyak filosof-filosof muslim yang saat ini ilmu dan karyanya masih kita abadikan. Dalam buku The Incredible Muslim karya Ustadz Edgar Hamas beliau mengatakan bahwa “Sejarah Islam itu penting. Tanpa Islam, Eropa tak akan mengenal kebangkitan.”

Islam bisa berjaya lagi apabila seorang muslim yang belajar keluar negeri khususnya Eropa memanfaatkan semua ilmu pengetahuan yang didapat untuk kembali mengajarkannya kepada Islam. Kita ambil kembali apa-apa yang dahulu para ilmuan muslim perjuangkan. Bukan malah sebaliknya, mengambil apa-apa yang bangsa Barat ajarkan untuk menghancurkan Islam. Salah satu contohnya adalah pemikiran liberal tadi, yang mana apa-apa yang sudah tertulis dalam Al-Qur’an bisa seenaknya ditentang dengan dalih my opinion.

Setiap permasalahan tentu ada solusinya. Seperti apa yang disampaikan oleh Bapak Dr. H. Ading Kusdiana, M. Ag. CIHCS dalam sesi perkuliahan Sejarah Peradaban Islam Periode Pertengahan di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, beliau mengatakan bahwa solusi terbaik saat ini yang bisa kita lakukan adalah ketika kita ingin belajar ke luar negeri khususnya Eropa, maka perkuat dulu pondasi Islam nya. Agar ketika pemikiran-pemikiran liberal dari Barat masuk kepada kita, kita bisa tetap berada pada jalan yang lurus, yaitu Islam. Kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena pada dasarnya, apa-apa yang sudah tertulis dalam Al-Qur’an maka itulah pilihan yang terbaik bagi manusia.

Perluas ilmu pengetahuan kita dengan cara apapun. Dan kita juga harus ingat bahwa apa yang kita lakukan tidak keluar dari ajaran-ajaran Islam. Jangan merubah apa yang sudah semestinya ditetapkan oleh Allah. Jangan menghancurkan agama sendiri dengan alasan karena sedang berada di lingkungan “yang ingin menghancurkan Islam” tersebut. Ambillah ilmu sebanyak-banyaknya, agar kelak ilmu tersebut dapat digunakan sebagai senjata umat Islam bangkit lagi dan membangun peradaban dunia kembali.

Penulis: Assyifa Khania Faradila
Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati

Referensi Artikel:

Alhidayath Parinduri. 2022. Ideologi Liberalisme: Sejarah, Ciri-Ciri dan Contoh Penerapannya. tirto.id.  

Dr. Irawan, M.S.I. Al-Tawassut wa al-I‘tidal: Menjawab Tantangan Liberalisme dan Konservatisme Islam. Jurnal AFKARUNA Vol. 14 No. 1 Juni 2018. IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Edgar Hamas. 2022. The Incredible Muslim: Menjadi Muslim Luar Biasa dengan Penuh Sadar dan Rasa Bangga. PT. Generasi Salahuddin Berilmu Depok.

Edgar Hamas dan Sayf Muhammad Isa. 2022. Infinity Muslim Heroes: Menggali Inspirasi dari Pahlawan Sejati. PT. Generasi Salahuddin Berilmu Depok.

Referensi Gambar:

https://sumbersejarah1.blogspot.com/2017/11/revolusi-perancis.html

https://en.wikipedia.org/wiki/Samuel_Marinus_Zwemer

https://telanganatoday.com/cyber-talk-dont-get-influenced-by-social-media-influencers

https://tfipost.com/2021/12/the-dark-side-of-the-social-media-influencers-how-they-are-dangerous-for-the-indian-audience/

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI