Kampung Adat Segunung dengan Sejuta Warna di Dalamnya

Kampung Adat Segunung
Kampung Adat Segunung

Kami berdelapan adalah rombongan dari UPN Veteran Jawa Timur. 4 dari kami termasuk ke dalam mahasiswa pertukaran luar daerah. Berangkat ke Kampung Adat Segunung pada tanggal 12 desember 2022 bertepatan pada hari selasa.

Di perjalanan ke Kampung Adat Segunung kami terlebih dahulu singgah sebentar di wisata alam sumber biru.

Wisata sumber biru di dalamnya menawarkan menyantap makanan dengan sensasi kebanjiran, ditemani sungai kecil yang mengalir di bawah mata kaki.

Bacaan Lainnya

Setelah menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengeksplor wisata sumber biru, kami melanjutkan kembali perjalanan ke Kampung Adat Segunung.

Tujuan utama kami di edutrip kali ini adalah Kampung Adat Segunung, yang terletak di Wonosalam, Jombang dan termasuk ke bagian dari Desa Carang Wulung.

Kampung Adat Segunung berpapasan dengan lereng Gunung Anjasmoro dengan sejuta warna hijaunya dan jalan curamnya.

Kampung ini juga menyuguhkan udara sejuk yang menenangkan hati setelah perjalan hampir 2 jam kami dari Surabaya, setelah rehat sejenak di rumah penginapan kami disuguhkan berbagai masakan rumah yang sudah lama dirindukan dengan tambahan minuman teh hangat serta temulawak.

Selanjutnya kami bersama-sama pergi ke pendopo untuk agenda pemberian materi yang bertema “introducing you” dimana kami semua memperkenalkan diri masing-masing serta dapat juga mengenal diri sendiri lebih dalam lagi. Sharing session tentang banyak hal serta mendapat ilmu kehidupan yang lebih luas lagi dari sudut pandang yang berbeda.

Keesokannya setelah sarapan pagi kami melanjutkan lagi mengeksplor Kampung Adat Segunung dimulai dari kami menyusuri jalan hijau menuju pusat koperasi pengolahan susu, tempat dimana semua hasil perah susu masyarakat dikumpulkan serta diolah.

Di situ kami melihat proses pengolahan susu menggunakan mesin seadanya. Setelahnya kami melanjutkan perjalanan kami kembali ke penginapan lagi-lagi ditemani oleh pepohonan rindang dengan warna hijaunya yang menenangkan.

Batik khas Kampung Adat Segunung

Setelahnya kami berkunjung ke sentra batik yang dikelola masyarakat sekitar, kami berkesempatan mencoba membatik dan itu menjadi pengalaman pertama saya dalam membatik, batiknya memiliki corak bunga , tanaman kopi beserta cengkeh.

Pengelola juga mengajarkan kami caranya serta beliau juga menceritakan sedikit tentang filosopi dari berbagai motif batik yang telah mereka produksi.

Kami juga disuguhkan beberapa jajanan kampong oleh pengelolanya. Kami menghabiskan cukup banyak waktu di sentra batik karena mungkin kami terlalu excited dengan pengalam perdana membatik kami.

Perah susu
Perah susu

Pemberhentian selanjutnya adalah di peternakan sapi perah yang dikelola oleh masyarakat setempat juga, di sini terdapat 12 ekor sapi perah yang gembul dan sehat.

Kami melihat bagaimana pengelola mengurus sapi-sapi perah ini sehari-hari, dari memberi makan, memandikan dengan air hangat, membersihkan kandang serta kotorannya dan yang terakhir adalah memerah susunya.

Kami semua berkesempatan mencoba untuk memerah susu sapi langsung dari sumbernya yaitu sapi perah, lagi-lagi ini adalah pengalaman pertama saya bertemu dan bersentuhan langsung dengan sapi perah.

Sebenarnya saya memiliki sedikit trauma dengan sapi tetapi saya mencoba untuk memberanikan diri untuk bersentuhan langsung dengan sapi dan saya cukup bangga dengan diri saya sendiri bisa menghilangkan rasa takut itu.

Malam harinya setelah makan malam kami semua berkumpul diruang tengah rumah penginapan, ditemani bantal guling kami kami berbincang-bincang tentang banyak hal, tentang apa yang kami banggakan serta kecewakan terhadap Indonesia, tentang perasaan masing-masing dengan perjalanan kali ini.

Setelahnya kami time to barbeque dengan tema malam terakhir di kampung adat segunung. Kami bercanda ditemani bakso bakar, sosis bakar dan susu hangat, mengakhiri malam dengan perasaan yang hangat pula.

Sampailah di hari terakhir kami di kKampung Adat Segunung. Sarapan terakhir di sini bermenu soto ayam hangat tidak lupa dengan teh hangatnya serta senyuman perpisahan yang hangat juga dari masyarakat pengelola kampung.

Kami berpamitan dan berfoto bersama dengan masyarakat setempat. Kami melanjutkan perjalanan ke air terjun teretes yang menjadi destinasi terkahir dari perjalanan kami, air terjun tretes sangat menggambarkan lirik lagu dari amigdala “aku mendakimu jauh sampai patah kaki”, untuk sampai di puncaknya kami harus menempuh perjalanan 3,5 km jauhnya dengan medan yang curam serta licin dan pepohonan yang rindang.

Tetapi semua terbayarkan setelah kami melihat sendiri betapa indahnya air yang menetes dari atas tebing itu, air terjun tretes bisa kami nikmati dengan puas berasa milik sendiri, kami menjuluki air terjun itu dengan sebutan “private waterfall”.

Air terjun tretes
Air terjun tretes

Perjalanan 3D2N ini memberikan banyak sekali pembelajaran serta pengalaman baru untuk saya, membuat saya berkali-kali bersyukur atas segala nikmat Tuhan.

Terimakasih untuk sejuta warna hijau di Kampung Adat Segunung, untuk pengalaman membatik dan perah susunya, untuk berbagai makanan rumahannya, untuk wedang jahenya dan untuk semua tawa terbaha-bahaknya.

Kampung Adat Segunung memberikan kesempatan kepada saya untuk bertemu dengan orang-orang hebat dan menyuguhkan saya pesona lain dibumi yang belum saya ketahui.

Penulis: Irmatriyanti
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Samudra

Dosen Pembimbing : Praja Firdaus Nuryananda, M.Hub.Int.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.