Kedai Kopi di Masa Pandemi

Kopi di Masa Pandemi

Kopi telah menjadi sebuah tren di kalangan remaja generasi millennial dan generasi Z di kota besar Indonesia. Selama dua tahun ke belakang, banyak kedai kopi yang bermunculan. Mulai dari kedai rumahan, franchise, sampai kedai yang menyediakan tempat untuk nongkrong. Namun untuk sementara, tren ini harus terhenti karena wabah Covid-19 melanda Indonesia. Akibatnya, banyak kedai kopi mengalami penurunan omzet, hingga ada yang sampai terpaksa menutup kedainya karena omzet yang turun secara drastis sampai tidak adanya pemasukan.

Salah satu kedai kopi di kota Jakarta yang mengalami penurunan omzet secara drastis adalah Oryca Coffeehouse yang berada di daerah Ceger, Jakarta Timur. Kedai kopi yang sudah buka sejak 22 Maret 2018 mengalami penurunan di sektor omzet yang bisa dibilang sangat drastis dan sangat signifikan.

“Perubahan drastis terjadi saat PSBB kedua di mana perilaku customer juga berubah. Yang biasanya konsumtif, menjadi lebih memilih untuk saving. Sehingga Orycacoffee mengalami penurunan omzet hingga 75% dari biasanya,” ujar Rizki Moerdheni selaku head bar dari Oryca Coffeehouse.

Bacaan Lainnya
DONASI

Selain di Jakarta, tren kedai kopi juga sempat terjadi di Kota Bunga. Salah satu kedai kopi yang terdampak Covid-19 di Kota Bandung adalah KALBU Coffee. Sama halnya dengan Oryca Coffeehouse yang sudah buka sejak 2018, kedai ini juga mengalami penurunan jumlah customer sampai membuat KALBU Coffee menutup gerainya di daerah Dago, Bandung.

“Pas awal pandemi (bulan Maret) ini yang kerasa banget, jumlah tamu mulai turun. Bulan April akhir terpaksa harus tutup karena pandemi. Di bulan September kembali buka, cuma based on online order karena Bandung masih zona merah,” ujar Dimas Prasetyo, selaku owner dari KALBU Coffee.

Pengaruh Layanan Ojek Online

Pada masa pandemi ini, layanan ojek online dinilai sangat berpengaruh untuk beberapa usaha yang sedang merintis kesuksesannya dan mampu menyelamatkan beberapa usaha yang sedang mengalami perubahan drastis. Salah satu contohnya adalah, KALBU Coffee yang menilai bahwa layanan ojek online mempunyai peran penting untuk KALBU sehingga bisa bertahan sampai sekarang.

Namun hal yang berbeda dirasakan oleh Oryca Coffeehouse yang mengatakan bahwa saat PSBB pertama di Jakarta, mereka merasa layanan ini sangat terbantu. Akan tetapi, saat PSBB kedua, mereka hampir tidak menerima pesanan melalui layanan tersebut.

Memutar Otak Untuk Strategi Baru

Kondisi yang sangat tidak tentu ini membuat mayoritas dari pemilik usaha di bidang apapun perlu memutar otak dalam menentukan strategi marketing yang baru. Sehingga usahanya dapat terus berjalan di masa pandemi ini.

Pemilik KALBU Coffee, Dimas Prasetyo mengatakan bahwa, “Di era sekarang, semua orang bisa jadi marketer. Masarin produk gak perlu sebar brosur atau pasang baliho. Sosial media udah jadi wadah masarin produk paling mudah. Ada Instagram, Twitter, dan sekarang mungkin udah masuk ke ranah Tiktok. Kalbu masih terus bertahan dengan penjualan online instead of offline store.”

Hal yang sama juga dilakukan Oryca Coffeehouse yang memanfaatkan layanan media sosial, ojek online sampai e-commerce untuk memasarkan produknya. Mereka juga membuat berbagai promo menarik seperti paket minuman botolan.

Dua kedai kopi tersebut merupakan representasi dari keadaan kedai kopi di kota besar di Indonesia saat masa pandemi. Masing-masing kedai kopi mempunyai caranya tersendiri untuk mengatasi perubahan yang ada. Dalam keadaan seperti ini, mari kita berdoa agar keadaan dunia bisa pulih seperti semula dan sektor perekonomian Indonesia bisa pulih dan sehat seperti sediakala.

Citro Wira Sadewo
Mahasiswa LSPR Communication and Business Institute Jakarta

Editor: Keke Putri Komalasari

Baca Juga:
Pergeseran Identitas Kopi
Dibalik Nikmat Secangkir Kopi
Kedai Kopi: Bisnis Masa Kini, Menjanjikan di Masa Depan

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI