Pertumbuhan manusia makin bertambah umurnya mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Pertumbuhan mulai dari bayi pada saat dikeluarkan dari rahim ibu. Bayi ini belum bisa makan, mandi, belajar, dan lain-lain secara mandiri.
Bayi membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua terutama ibu. Banyak perjuangan seorang ibu untuk merawat dan memberi makan kepada anak-anaknya. Jika tidak ada ibu yang mau merawat dan menyusui, maka anaknya akan terlantar.
Sehingga peran ibu banyak dibutuhkan untuk menemani anaknya sampai tumbuh besar. Setelah tumbuh menjadi bayi, bayi akan mengalami perkembangan menjadi balita. Usia balita di bawah lima tahun. Ketika usia 2 tahun, balita sudah bisa berjalan.
Baca Juga: Maraknya Kenakalan Remaja di Indonesia
Ketika balita sudah berjalan, maka balita tersebut bisa makan sendiri dan berhenti menyusui. Tetapi, balita masih perlu perhatian yang besar dari orang tuanya. Balita bisa berbicara, namun belum terlalu fasih. Masa balita merupakan masa bermain.
Maka, jika ingin mengajari balita diusahakan menyelipkan bermain saat belajar. Sebab, jika balita belajar tanpa bermain biasanya balita akan jenuh dan bosan sehingga balita tersebut tidak mau belajar lagi. Balita akan mengalami pertumbuhan menjadi anak-anak.
Anak-anak mencapai usia 5 tahun sampai 13 tahun. Anak-anak sudah bisa berbicara fasih bahkan sudah bisa membaca pada usia 5 tahun ke atas. Anak-anak suka bermain, maka tak heran jadwal belajar lebih sedikit daripada bermain dengan teman sebayanya.
Untuk itu, diperlukan orang tua untuk mengontrol anak-anaknya agar dibatasi dalam waktu bermain. Anak-anak bisa menempuh pendidikan di Sekolah Dasar. Rentang waktu untuk menempuh pendidikan di Sekolah Dasar sebanyak 6 tahun.
Setelah anak-anak, proses selanjutnya yaitu anak-anak tumbuh kembang menjadi remaja. Usia remaja dari umur 13 tahun sampai 17 tahun. Masa remaja ini biasanya masa menjelang dewasa sampai umur 17 tahun. Masa remaja ini banyak sekali perubahan terutama yaitu pada masa pubertas.
Baca Juga: Pembentukan Karakter bagi Remaja untuk Menghindari Pernikahan Dini, Kekerasan, dan Seks Bebas
Masa pubertas pada laki-laki ditandai dengan tumbuhnya jakun, suaranya berat, terjadinya mimpi basah, tumbuh kumis, dan lain-lain. Sedangkan masa pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi, payudara membengkak, suara melengking, dan lain-lain.
Dengan ditandai pubertas ini, remaja akan menunjukkan dirinya yang sudah mandiri. Namun, banyak sekali kesalahan-kesalahan pada remaja sehingga perilakunya di luar batas. Contohnya yaitu ngebut-ngebutan motor, tawuran antar pelajar, mabuk-mabukkan, seks bebas, hingga narkoba.
Perilaku-perilaku dari contoh tersebut menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan kenakalan remaja. Menurut ahli sosiologi (Kartono), kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Juvenile Delinquency” merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial.
Kenakalan remaja disebabkan dari kurangnya perhatian dari orang tua sehingga anak remaja akan keluar untuk mendapatkan perhatian tersebut tetapi dengan cara yang salah. Dari kasus tersebut, kenakalan dapat terhindar dan dihapuskan jika melakukan pemberian kasih sayang dan perhatian dari orang tua.
Dalam hal apapun karena dengan adanya rasa kasih sayang dari orang tua maka anak akan merasa diperhatikan dan dibimbing. Dengan kasih sayang itu pula akan mudah mengontrol remaja jika Ia mulai melakukan kenakalan.
Baca Juga: Pentingnya Kesadaran Religi pada Remaja Islam di Era Milenial
Orang tua harus mengarahkan anak-anaknya dari jalan yang benar dan lurus bukan jalan yang sesat. Untuk itu ajaklah anak-anak berjalan-jalan yang mengandung edukasi sehingga adanya peningkatan keterampilan dalam belajar.
Selain itu adanya pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti TV, internet, radio, handphone, dan lain- lain. Kenakalan remaja harus dihapuskan dengan perlunya bimbingan kepribadian di sekolah.
Karena di sanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah. Kemudian, perlunya juga diadakan pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman dan kepercayaannya.
Penulis: Salsabila Jannah
Mahasiswa Jurusan PGSD Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Editor: Ika Ayuni Lestari
Redaktur Bahasa: Rahmat Al Kafi