Kota Batu – Mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Singapore Polytechnic (SP) mengembangkan cara baru untuk memanfaatkan limbah kayu dan mengurangi polusi udara. Hasil inovasi mereka dipamerkan pada acara Learning Express (Lex) di Aula BAU di Universitas Muhammadiyah Malang, pada hari Rabu (09/10/2024).
Inovasi tersebut sudah diperkenalkan pada Bapak Tohu alias Sukirno selaku pemilik Kerajinan Kayu Tohu Srijaya di Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Desa Junrejo dikenal sebagai kawasan produksi kerajinan dari kayu dan batu.
Deputy Director SP, Jennifer Ang mengapresiasi segala kolaborasi yang sudah dilakukan bersama teman-teman UMM. Menurutnya, para mahasiswa SP tidak sekadar datang ke Malang Indonesia, tapi harus mampu mempelajari budaya Indonesia. Begitu juga proyek terkait sirkulasi udara dan limbah kayu yang sudah ditekuni dalam beberapa hari.
“Semoga memberikan pengetahuan baru dan menajamkan daya kritis para peserta. Lex bukan hanya mengenai ide, tapi juga harus bisa dikembangkan menjadi alat yang bermanfaat bagi sesama,” kata Jennifer Ang.
Bapak Tohu selaku pemilik Kerajinan Kayu Tohu Srijaya, merasa senang bisa berdiskusi dengan mahasiswa Singapura maupun UMM. Ada banyak masalah yang pada akhirnya bisa diselesaikan dengan inovasi peserta Lex.
Misalnya, terkait limbah kayu yang tidak digunakan bisa diinovasikan kembali dengan mengompresnya dengan bahan campuran seperti fla yang dipanaskan bersama air. Di mana fla akan menjadi lebih kental sehingga limbah kayu bisa dikompres dan dibentuk ulang, dan bisa menjadi pupuk ataupun kerajinan kayu lainya yang bisa dijual kembali.
Kegiatan dilakukan dengan melakukan interview pada setiap pekerja dan pemilik di Tohu Srijaya selama dua hari. Di mana dapat kami simpulkan bahwa setiap orang yang berkerja di Tohu Sriwijaya merasa tidak nyaman dengan sirkulasi udara di sana serta limbah kayu yang menumpuk.
Setelah kesimpulan yang kita dapat, kami putuskan untuk membuat prototipe penyaring debu kayu untuk mengurangi polusi udara dan kompressor untuk memadatkan atau membentuk debu kayu yang dikumpulkan oleh penyaring debu.
Baca Juga: Perjuangan Melawan Pencemaran Udara di Malang: Tantangan dan Solusi Menuju Malang Bebas Polusi
Prototipe tersebut menggunakan fungsi dari belakang kipas untuk menghisap debu-debu yang berterbangan di udara kemudian masuk ke dalam corong mengarah ke selang untuk diarahkan langsung menuju kompresor untuk langsung dibentuk.
Prototipe yang kami buat memiliki filter udara di bagian belakang atas bagian kompresor sehingga angin aman untuk keluar, karena seperti yang kita tahu angin yang masuk juga harus dapat keluar. Kami harap prototipe tersebut bisa diaplikasikan di Kerajinan Kayu Tohu Srijaya dan Woodcraft di Kawasan Desa Junrejo.
Selain itu kami juga membuat prototipe berupa mesin penyedot debu yang lansung bisa tersambung dengan meja jadi para pekerja tidak membuang sampah secara langsung ke lantai dan mengakibatkan sampah debu yang berterbangan yang dapat mengakibatkan masalah pernafasan.
Kami membuat suatu kotak yang memiliki bagian transpararan pada bagian luarnya agar dapat melihat sebarapa banyak yang terkumpul, lalu kotak tersebut disambungkan kepada suatu container yang memiliki penyedot debu agar semua debu yang ada didalam kotak dapat terhisap dengan sempurna.
Kotak dan container disambungkan dengan sebuah pipa yang dapat adjustable dan memiliki sebuah katup yang dapat dibuka dan ditutup agar debu yang ada tidak berterbangan keluar. Setelah penuh container dapat diakses dengan mudah dan langsung dibuang ke tempat pembungan limbah dan diendapkan menjadi pupuk.
Selain mudah digunakan alat kami juga hemat listrik dan efisien karena vacuum yang kami gunakan menggunakan baterai yang dapat diisi ulang dan juga tidak perlu mencari sumber listrik untuk menyalakannya.
Penulis:
1. Satriyo Arif Wicaksono
2. Ramadgani Nurwijayanto
3. Auliya Almi Putri
4. Fina Juliani
5. Adriyana Kumara
Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadyah Malang
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News