Pendahuluan
Di era digital, informasi medis dan kesehatan menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial. Sayangnya, fenomena seperti deepfake dan hoaks medis pun semakin marak dan kompleks, sehingga berisiko menimbulkan kekeliruan opini, penolakan terhadap vaksin, bahkan kepanikan massal.
Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana mahasiswa kedokteran, sebagai bagian dari pendidikan kewarganegaraan, dapat berperan aktif dalam melawan ancaman tersebut. Mereka bukan sekadar calon dokter, melainkan juga penjaga kepercayaan publik, yang dibekali literasi digital dan etika profesional.
1. Deepfake dan Disinformasi Medis: Ancaman Nyata
- Video deepfake yang menampilkan wajah dokter asli namun menyampaikan opini medis palsu.
- Hoaks tentang vaksin atau obat, seperti klaim palsu tentang penyembuhan instan.
- Dampak riilnya adalah kesalahan pemahaman pasien, meningkatnya potensi resistensi antibiotik, serta terganggunya kepercayaan publik terhadap dunia medis.
2. Civic Digital: Memahami Hak dan Tanggung Jawab
- Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan hak atas kesehatan dan informasi yang benar, serta kewajiban untuk melindungi masyarakat dari kesalahan informasi.
- Dalam konteks kedokteran digital, mahasiswa perlu:
- Memahami regulasi, seperti UU ITE dan perlindungan data pribadi.
- Menjunjung tinggi etika profesi, seperti mengklarifikasi hoax dan menjaga integritas digital.
3. Peran Mahasiswa Kedokteran sebagai Garda Depan
a. Deteksi dan Klarifikasi
- Melacak konten viral menggunakan aplikasi pengecekan fakta (fact-check tools).
- Memberikan penjelasan medis yang ringkas dan mudah dipahami oleh masyarakat.
b. Edukasi Digital dan Literasi
- Membuat video atau infografis korektif, seperti membedah konten deepfake agar dapat dipahami dengan mudah.
c. Kolaborasi dengan Platform
- Bekerjasama dengan kampus, organisasi profesi, atau platform media sosial untuk memberikan labelisasi terhadap konten kesehatan yang valid.
Baca Juga: Medis ke Sosial: Memahami Disabilitas sebagai Isu Keadilan
4. Studi Kasus Hipotetis
Kasus:
Seorang mahasiswa menemukan video palsu yang menampilkan seorang dokter menyarankan terapi vitamin dosis tinggi sebagai obat kanker. Video ini menjadi viral dan ditonton jutaan kali.
Langkah Tanggap Mahasiswa:
- Verifikasi langsung ke sumber asli (dokter yang disebut).
- Melaporkan konten ke platform seperti YouTube atau TikTok.
- Membuat video klarifikasi: “Ini adalah video deepfake, hingga kini belum ada bukti medis yang mendukung klaim tersebut.”
- Mengedukasi publik tentang literasi digital: “Cek akun resmi tenaga medis, rujuk publikasi ilmiah.”
5. Implementasi di Kampus, Rumah Sakit, dan Pemerintah
a. Kurikulum Pendidikan kewarganegaraan dan Pendidikan Kedokteran
- Tambahan modul “Kesadaran terhadap Deepfake” dan “Literasi Media untuk Dokter”.
b. Workshop dan Pelatihan
- Simulasi deteksi deepfake dan teknik klarifikasi informasi ala tenaga medis.
c. Jalur Pelaporan
- Membentuk Civic Health Watch di kampus, yakni portal resmi mahasiswa untuk melawan disinformasi medis.
6. Refleksi Filosofis dan Nilai Pancasila
- Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Menghormati otoritas medis dan hak publik atas informasi yang akurat.
- Ketuhanan Yang Maha Esa: Menjunjung kejujuran dan menolak manipulasi informasi demi kepentingan pribadi.
- Persatuan Indonesia: Melawan disinformasi yang dapat memecah kepercayaan sosial.
- Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Melindungi kelompok rentan dari bahaya informasi yang salah.
- Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat: Mendorong partisipasi publik melalui literasi digital yang kuat.
Baca Juga: Digital Sehat, Moral Kuat: Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Jaga Kesehatan di Era Informasi
Penutup
Masalah deepfake dan disinformasi medis bukan hanya persoalan teknologi, tetapi menyangkut hak masyarakat dan integritas profesi kesehatan. Mahasiswa kedokteran memiliki peran strategis dalam kewarganegaraan digital sebagai penjaga kebenaran dan pelindung kepercayaan publik.
Mereka bukan hanya calon dokter, tetapi juga agen literasi dan kepastian di dunia digital. Dengan demikian, nilai-nilai PKn tidak hanya diterapkan di ruang kelas, tetapi juga dalam kehidupan digital masyarakat luas.
Penulis:
1. Aria Fenha Apri Buma
2. M. Irvan Zufar
3. Muhammad Luthfi Mahendra
Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dosen Pengampu: Drs. Priyono, M.Si.
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News