Kisah Malik Fajar: Seorang Pejuang yang Bekerja Sambil Berkuliah

Kisah
Muhamad Malik Fajar

Malik Lahir dan dibesarkan di kampung halaman yang suasananya sejuk dan adem, yaitu di Kampung Cijengkol yang memiliki pesona yang sejuk dan dekat wisata air terjun yang sangat indah, dari berbagai tempatnya. Muhamad Malik Fajar lahir di Desa Sukmawati RT 02/ RW 01 Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

Selama masa kecilnya, orang sering memanggilnya dengan nama Malik, ia bersekolah di Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Anidhomiyah Cijengkol selama 6 tahun dengan memiliki banyak sekali teman dari berbagai daerah.

Seiring dengan berjalannya waktu, ia menginjak masa remaja SMP yaitu MTs As-Shiddikin dan SMK Bela Nusantra yang ada di daerah Kebon Jeruk Kubang Cianjur.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Kisah Hidup Hafizah Cantik dengan Prestasi dan Tujuan Hidupnya

Prestasi dan keinginannya yang buat dia terus berusaha menjadi abdi negara dan dia pernah mengikuti tes TNI AD pada tahun 2020-2021 dan dinyatakan tidak lulus karena ada salah satu tes yang membuat ia tidak lulus.

Sampai sekarang ia berlatih dirinya sendiri dengan cara berolahraga seperti lari, renang, gym, dan lainnya. Ia akhirnya memutuskan bekerja sebagai satpam karena tidak lulus dari TNI AD.

Sejauh ini ia selalu memperjuangkan apa yang ia inginkan demi kebaikannya, bukan sekadar pengalaman berbentuk fisik, pengalaman tersebut mengartikan banyak hal dan makna yang amat luas.

Perjuangannya sangat terasa semenjak kuliah, ia merupakan satu-satunya siswa yang baru berkuliah sambil berkerja menjadi satpam, ia berkuliah di UT (Universitas Terbuka), ia juga banyak perjuangan dari dalam hal seperti bekerja keras demi orang tua dan adik-adiknya yang masih bersekolah, ia pun bisa melewatinya.

Menurutnya semua universitas itu sama, “Tak ada yang salah di universitas tersebut, jika niatnya sungguh-sungguh,” tuturnya. Ia juga berkuliah karena pengaruh lingkungannya.

Sebagian temannya mengatakan jika ia bekerja sambil berkuliah itu gak bakalan kekejar dalam hal membagi-bagi waktu mana waktu buat bekerja dan mana buat kuliah. Tapi, ia membuktikan bahwa dia bisa membagi-bagi waktu dengan baik.

Ia pun tidak mendengar perkataan temannya yang buat ia tidak bersemangat lagi karena ia mempunyai cita-cita yang sangat bagus.

Setelah pertentangannya di masa kuliah sambil bekerja, ia pertentangan dengan membiayai adik-adiknya yang berjumlah 2 orang, ia anak pertama dalam keluarganya jadi ia harus menjadi tulang punggung dari keluarganya.  

Namun ia juga berkuliah tanpa sepengetahuan orangtuanya karena ia adalah sosok tanggung jawab kepada keluarganya sampai dalam hal biaya buat keperluan rumah.

“Jika ingin menjadi orang sukses harus bekerja keras sampai ada orang yang berkata akhirnya kamu bisa melewati semuanya dengan kemampuan kamu sendiri.“

Baca Juga: Kisah Inspiratif dan Menarik Perjalanan Menempuh Pendidikan Seorang Nisa Purwita K.G. Mahasiswa Universitas Suryakancana Cianjur

Ia mempunyai seorang ayah yang sakit sudah hampir 5 tahun, sakit ayahnya adalah tidak bisa melihat yang susah diobati, pada awalnya ayahnya tersebut yang menanggung seluruh kebutuhan keluarganya tapi karena ayahnya sakit jadi ia yang harus bekerja keras dan harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya.

Dimulai semester 2, orangtuanya baru mengetahui bahwa ia berkuliah walaupun kuliah di Universitas Terbuka, orangtuanya sangat bangga bahwa ia bisa berkuliah sambil bekerja dan menanggung semuanya.

Pada semester 3 ia pernah hampir tidak bisa mengatur waktu dalam hal mengerjakan tugas dan waktu sedang berkerja itu sangat susah.

Setelah itu ia terus berusaha untuk membagi waktu semuanya dengan kemampuan dia sendiri misalnya mengerjakan tugas yang diberikan oleh kampusnya dengan alat seadanya yaitu dengan menggunakan HP kadang kala mengerjakan tugas tersebut sambil bekerja.

Pengalamannya selama bekerja sambil berkuliah harus bersemangat tanpa harus meminta-minta biaya dari orang tua harus bisa sendiri.

Meskipun ia kepala keluarga, semua beban keluarganya bisa berhasil diatasi dan bisa mengatur dalam keuangan juga biar semua bisa ia handle semuanya.

“Kebetulan di tempat berkerja banyak yang sambil berkuliah jadi tidak terlalu kebawa alur yang gak baik. Temen yang berkata kenapa kerja sambil kuliah emang bisa keatur semua,” tuturnya.

Ia juga menuturkan suka duka saat menjadi tumpuan dari semua beban keluarganya, “Kalau dibilang cape ya cape mau nyerah, pernah, harus tetap bisa melewatinya.”

Itu menjadikan ia selalu ngasih arahan untuk ngomong sama adik-adiknya tuh gini, ngobrol dengan orang tua tu gini, sama teman tuh gini harus bisa membedakannya apalagi ia cerminan buat adik-adiknya supaya bisa berkerja keras.

Ia hanya melakukan aktivitas yang dia inginkan dan buat ia gak cape dengan beban pikiran ia terus berjuang demi masa depanya.

Setiap orang memiliki motivator dan inspirator hidupnya, termasuk dirinya, yang motivator terdepan adalah kedua orang tuanya.

“Untuk tujuan, Malik udah jelas untuk orangtua biar bisa memenuhi keinginannya dan adik-adiknya.“

Baca Juga: Kisah Inspiratif Menjadi Seorang Guru Multitalenta

Malik telah memahami semua kebutuhanya, ia samai keluarganya harus tercukupi.

“Cita-cita Malik adalah lulus menjadi orang sukses di mata orangtua dan di mata orang lain.”

Penulis bersama Malik Fajar.

Setiap perjalanan manusia itu tidak mudah, menjadi orang sukses harus berusaha dan jangan menyerah. Ia pun menuturkan di sekitarnya mendefinisikan dirinya sebagai seorang yang ambisius, padahal dirinya adalah seseorang yang tidak dapat menunda pekerjaan, karena menurutnya, ”Jangan pernah menunda pekerjaan, karena masih ada pekerjaan lain yang harus kita selesaikan.”

“Malik bilang teruslah berusaha sendiri apa yang kita mau harus bisa kita gapai, jangan pernah menyerah, ngeluh boleh nyerah jangan.’’

Mungkin itu adalah pepatah yang buat kita semua bersemangat melakukan hal yang baik sekaligus yang buat kita harus bersemangat dalam hal berkuliah sambil bekerja keras.

Penulis: Syahdina Maulian Sukmawati
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Suryakancana

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI