Kabupaten Gunungkidul – Tim KKN-PPM XLV 79 Universitas Mercu Buana Yogyakarta mengadakan sosialisasi pada Senin (12/08/2024) di Balai Dusun Tejo, Kelurahan Pucanganom, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul. Bersama masyarakat Tejo, sosialisasi ini membahas mengenai olahan hasil bumi berupa singkong.
Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk upaya dalam membangun inovasi dan meningkatkan produktivitas maupun kesejahteraan melalui lapangan pekerjaan mengenai pengembangan usaha hasil bumi singkong berupa tepung mocaf.
Rizka Rahmawati sebagai pemateri sosialisasi, menjelaskan bahwa tepung mocaf merupakan olahan tepung dari singkong sehingga lebih sehat dibandingkan tepung lainnya. Berbeda dengan tepung terigu, pembuatan mocaf menggunakan seluruh bagian singkong termasuk lemak hingga protein di dalamnya.
Adanya perbedaan bagian yang digunakan dalam pembuatan tepung ini, tentu memberikan perbedaan dalam segi tekstur maupun warna. Tepung mocaf cenderung lebih lembut dan berwarna kuning dibandingkan tepung terigu karena kandungan pati dalam tepung mocaf cenderung lebih rendah. Sehingga tepung ini bersifat gluten-free yang dapat menjadi alternatif pada penderita celiac.
“Tepung mocaf ini tinggi serat dan aman untuk penderita diabetes karena rendahnya indeks glemik,” tutur Rizka dalam sosialisasi yang bertajuk ‘Kreasi Pangan Inovatif Untuk Meningkatkan Produktivitas Kesejahteraan dan Kesehatan Masyarakat’ ini.
Baca juga: Pemanfaatan Tepung Porang sebagai Sumber Serat Pangan
Akan tetapi, terdapat tantangan dalam pengembangan usaha tepung mocaf ini. Tantangan tersebut berkaitan dengan ketersediaan produk tepung mocaf di pasaran, harga, serta informasi mengenai tepung mocaf yang jarang diketahui oleh banyak orang. Sehingga hal ini harus diimbangi dengan promosi, edukasi, hingga kerjasama industri pangan sebagai peluang akan usaha dari tepung mocaf.
Adapun dalam sosialisasi ini, cara pembuatan tepung mocaf ala homemade turut dijelaskan. Langkah pertama, siapkan bahan singkong lalu dibersihkan dan dipotong tipis-tipis. Selanjutnya, rendam dalam wadah yang tertutup rapat sebagai proses fermentasi selama tiga hari dan penggantian air setiap 12 jam sekali.
Setelah 3 hari, irisan singkong yang telah di fermentasi, dicuci bersih untuk membuang bakteri asam laktat dan dikeringkan. Langkah terakhir yakni proses penggilingan, pengayakan, dan pengemasan.
“Untuk proses penghalusan singkong dapat dilakukan dengan menggunakan blender ataupun penumbuk tradisional, selanjutnya hasil dari proses tersebut di ayak menggunakan saringan”, papar Rizka.
Penulis:
- Salsabila Khalisa
- Tim KKN-PPM XLV 79 UMBY
Mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News
