Dinasti Thulun pernah berkuasa di Mesir pada abad kesembilan, dengan pemerintahannya yang memiliki peranan penting dalam sejarah peradaban Islam, terutama dalam konteks pembangunan infrastruktur dan seni arsitektur.
Pembangunan infrastruktur tersebut, adalah Masjid Ibnu Thulun yang merupakan salah satu warisan paling signifikan. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan pendidikan.
Dalam peristiwa sejarah Dinasti Thulun terdapat latar belakang sejarah dalam pembangunan masjid dan pemerintahannya sehingga terdapat kontribusi dinasti ini terhadap kemajuan Mesir.Â
Pencetus Dinasti Thulun ialah Ahmad Ibnu Thulun, beliau merupakan seorang gubernur yang diangkat oleh Khalifah Abbasiyah. Saat masa pemerintahannya, Mesir mengalami goncangan ekonomi dan politik yang berdampak besar pada pemerintahan di dalamnya.
Latar belakang Ahmad Ibnu Thulun, yang lahir dan dibesarkan di Irak, beliau terinspirasi oleh kemegahan arsitektur pada bangunan di Samarra dan berambisi untuk menciptakan kota yang serupa di Mesir.
Hal tersebut berhubungan dengan dukungan penemuan harta yang melimpah di bukit Muqattam, ia mampu memisahkan diri dari kekuasaan Abbasiyah dan mendirikan dinastinya sendiri.
Pada tahun 876 M Ahmad Ibnu Thulun memulai pembangunan Masjid Ibnu Thulun yang diselesaikan pada tahun 879 M. Masjid ini dibangun dengan menghabiskan biaya sekitar 120.000 dinar, yang merupakan jumlah yang sangat besar pada masa itu.
Proses pembangunan masjid ini melibatkan kerja sama yang erat antara pasukan dan pekerja, mencerminkan komitmen Ahmad Ibnu Thulun terhadap proyek ini. Masjid ini dirancang dengan gaya arsitektur yang menggabungkan elemen-elemen dari Irak dan Mesir, yang terlihat jelas pada menara spiralnya yang ikonik.
Baca Juga:Â Rangkaian Shalat Idul Adha Masjid Besar Ibrahim Lantora
Terdapat salah satu aspek menarik dari masjid ini adalah desainnya yang unik. Bertepatan pada masa pembangunan masjid tersebut, Ahmad Ibnu Thulun bermimpi bertemu dengan Rasulullah, yang memerintahkan untuk membangun masjid dengan desain tertentu.
Meskipun desain tersebut menyebabkan beberapa perselisihan mengenai arah mihrab, hal ini menunjukkan bahwa masjid ini memiliki makna spiritual yang mendalam bagi pendirinya.
Masjid Ibnu Thulun memiliki karakteristik arsitektur yang mencerminkan kemajuan peradaban pada masa dinasti itu. Penggunaan bahan material seperti batu bata dan lengkungan lancip menjadi ciri khas bangunan tersebut, yang dimana pada saat itu material batu bata masih sangat sulit serta mahal untuk didapatkan.
Pada masjid ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti tempat wudhu dan klinik, yang menunjukkan perhatian Ahmad Ibnu Thulun terhadap kebutuhan masyarakat saat itu.
Pembangunan masjid ini juga mencerminkan proses akulturasi antara budaya Samarra dan Mesir, dengan Ahmad Ibnu Thulun yang berperan sebagai akulturator.
Proses akulturasi tersebut dilakukan dengan menggabungkan elemen-elemen dari kedua budaya dalam desain dan konstruksi masjid. Hal ini terlihat pada penggunaan ornamen dan teknik konstruksi yang inovatif, yang menjadi ciri khas arsitektur Islam pada masa itu.
Masjid Ibnu Thulun dibangun tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan pendidikan. Seperti pada hari Jumat, masjid ini menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk melaksanakan sholat dan kegiatan lainnya.
Baca Juga:Â Meningkatkan Kenyamanan Termal Masjid: Pengaruh Penggunaan Windows Film
Selain itu, masjid ini juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, di mana anak-anak diajarkan pelajaran keagamaan dan ilmu pengetahuan. Masjid ini juga menjadi tempat bagi masyarakat untuk berkumpul dan berdiskusi mengenai isu-isu sosial dan politik.
Dengan demikian, Masjid Ibnu Thulun berperan penting dalam membangun komunitas yang solid dan terdidik di Mesir. Dengan warisan yang ditinggalkan oleh Ahmad Ibnu Thulun, dinastinya masih dapat dilihat hingga hari ini. Masjid Ibnu Thulun menjadi salah satu contoh arsitektur Islam yang paling penting dan berpengaruh di Mesir.
Selain itu, pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh dinasti ini membantu mengubah Mesir menjadi pusat peradaban yang maju setelah periode vakum yang panjang sejak zaman Fir’aun.
Penulis:
1. Dhita Nurjannah
2. Aziyah Rahil Firahmatillah
3. Dini Tafdhilla
4. Rani Ardiyanti
5. Arifah Khoiru Shobrina
Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News