Pupuk merupakan salah satu hal paling esensial di bidang pertanian. Pupuk berperan sebagai pemenuh kebutuhan nutrisi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan maksimal. Berdasarkan bahan bakunya, pupuk dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik merupakan pupuk ramah lingkungan karena terbuat dari sisa-sisa tanaman maupun kotoran hewan. Pupuk anorganik disebut juga sebagai pupuk kimia karena terbuat dari bahan-bahan kimia.
Penggunaan pupuk kimia yang tidak sesuai dengan dosis serta penggunaannya dalam jangka panjang dapat memberikan dampak bagi lingkungan.
Desa Kalangan merupakan salah satu desa dari 13 desa yang terletak di Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Desa ini terdiri dari 9 dusun, yaitu Cengklik, Kalangan, Karanglo, Kopen, Kenteng, Jaten, Blimbing, Tugu, dan Sedayu. Salah satu dusun yang memiliki potensi di bidang pertanian adalah Dusun Kalangan.
Mayoritas penduduk Dusun Kalangan berprofesi sebagai petani. Mayoritas petani di Desa Kalangan menanam tanaman semusim, seperti jagung, padi, dan kacang tanah. Kebanyakan petani juga beternak sapi di rumah.
Mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani mengakibatkan konsumsi pupuk di Dusun Kalangan cukup tinggi. Harga pupuk yang mahal menyebabkan kebanyakan petani mengandalkan pupuk bersubsidi. Akan tetapi, kini pemerintah mengurangi jumlah subsidi pupuk bagi petani.
Selain itu, pupuk bersubsidi merupakan pupuk anorganik sehingga memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Salah satu dampak nyata yang dirasakan para petani di Dusun Kalangan adalah tanah yang kian mengeras akibat penggunaan pupuk NPK.
Pengerasan tanah tersebut dapat diakibatkan oleh dosis yang tinggi maupun pemakaian pupuk dalam jangka waktu yang lama.
Guna mengatasi permasalahan tersebut dilakukan pelatihan pembuatan Jakaba sebagai pupuk organik cair sebagai solusi alternatif pemenuhan kebutuhan pupuk bagi petani di Desa Kalangan.
Jakaba atau Jamur Keberuntungan Abadi merupakan jamur yang dihasilkan dari pembuatan pupuk PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yang tidak mengalami pengadukan.
Jamur ini memiliki banyak kegunaan, yaitu dapat mempercepat laju pertumbuhan tanaman yang kerdil serta dapat mengatasi fusarium yang menyebabkan penyakit hawar.
Jakaba dapat tumbuh mulai dari 21 hari setelah pembuatan dan dapat diaplikasikan dengan menggunakan metode semprot ataupun metode kocor.
Kegiatan program kerja diawali dengan melakukan sosialisasi terkait cara pembuatan Jakaba. Sosialisasi dilakukan untuk mengenalkan Jakaba kepada anggota kelompok tani. Pada kegiatan sosialisasi, petani diberikan leaflet yang memuat daftar alat, bahan, serta cara pembuatan Jakaba.
Setelah dilakukan sosialisasi, dilanjutkan dengan pelatihan. Petani melakukan pembuatan Jakaba berdasarkan arahan yang diberikan. Pelatihan dilakukan dengan tujuan agar petani dapat melakukan praktik dan tidak hanya mendapatkan teori.
Selain itu, pelatihan juga bertujuan agar petani dapat mendapatkan gambaran dan memiliki pengalaman ketika nanti akan membuat pupuk Jakaba secara mandiri. Dengan dilaksanakannya program kerja ini, diharapkan petani dapat menjadi solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan pupuk petani.
Selain itu, Jakaba yang tergolong ke dalam pupuk organik dapat mendorong petani untuk melakukan peralihan penggunaan pupuk. Petani yang sebelumnya menggunakan pupuk kimia diharapkan nantinya dapat beralih menggunakan pupuk-pupuk organik.
Penulis: Annisa Putri Aurora Permata Syarifadila
Mahasiswa Agribisnis Universitas Diponegoro
DPL:
Reni Wiyatasari, S.S, M.Hum,
Dr. Ir. Baginda Iskandar Moeda Tampoebolon, M.Si, IPM.,
Irfan Murtadho Yusuf, S.A.P, MPM.
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi