Lulusan SMK Menyumbang Angka Pengangguran Terbesar, Kok Bisa?

Pengangguran
Ilustrasi: istockphoto

Sekolah Menengah Kejuruan atau yang biasa disingkat menjadi SMK adalah salah satu pendidikan formal yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada tingkat pendidikan menengah yang berfokus kejuruan dan memiliki tujuan agar siswanya siap untuk bekerja sesuai dengan kejuruan yang mereka minati.

Berbagai macam jurusan tersedia di SMK, di antaranya akuntansi, perkantoran, pemasaran, multimedia, tata boga, tata busana, dan lain sebagainya.

Ada beberapa alasan mengapa siswa memilih untuk melanjutkan pendidikan di SMK seperti banyak pilihan jurusan untuk dipilih sesuai minat, lebih fokus ke bidang tertentu sesuai jurusan, pembelajarannya lebih banyak praktik dibandingkan teori, tersedianya program PKL sehingga mendapatkan pengalaman bekerja, dan banyak lagi.

Bacaan Lainnya
DONASI

Namun, sebenarnya alasan terbesar siswa memilih SMK yaitu karena setelah lulus diharapkan bisa langsung bekerja agar bisa membantu pembiayaan hidup yang sebelumnya dibebankan pada orang tua saja, dalam hal ini biasanya di SMK tertentu ada bursa kerja yang memudahkan alumni mencari pekerjaan di sana.

Harapan siswa, orang tua siswa, sekolah, dan mungkin juga masyarakat memang menginginkan alumni SMK bisa langsung bekerja, namun kenyataannya tidak berjalan semulus itu. Jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa banyaknya pengangguran di Indonesia ada 7,99 juta orang pada Februari 2023.

Dari sekian banyak pengangguran tersebut, berdasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ternyata lulusan SMK mengambil tempat tertinggi di antara jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 9,60 persen, lalu disusul dengan lulusan SMA yang menyumbang 7,69 persen.

Persentase ini cukup jauh jika dibandingkan dengan angka terendah dari SD ke bawah yaitu 3,02 persen. Dalam jenjang pendidikan SMK dan SMA itu setara kedudukannya, hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa SMK yang diharapkan bisa menyiapkan siswa yang siap bekerja malah menyumbang angka pengangguran paling tinggi? Mari kita amati kemungkinan penyebabnya.

Beberapa Penyebab Lulusan SMK Banyak yang Menjadi Pengangguran

Pertama, kompetensi keahlian yang dimiliki lulusan SMK masih rendah atau kurang memadai. Keahlian yang dimiliki oleh lulusan SMK dianggap kurang dengan tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tidak masuk kualifikasi lowongan pekerjaan.

Di sekolah mereka hanya difokuskan pada keahlian sesuai jurusan mereka saja, tetapi tidak mencoba mempelajari skill lain yang bisa menunjang keahlian mereka atau bahkan bisa menambah value mereka. Hal ini bisa membuat mereka kalah saing dengan lulusan dari tingkat pendidikan lain.

Kedua, ketidakcocokan antara jurusan yang dipilih dengan ketersediaan lapangan kerja. Lulusan dengan jurusan tertentu terkadang tidak diinginkan atau dibutuhkan lagi oleh perusahaan, dianggap sudah tidak relevan dengan apa yang dibutuhkan pada masa sekarang.

Beberapa pelamar kerja dari lulusan SMK kesusahan untuk menyesuaikan diri dengan apa yang dibutuhkan di lapangan kerja sesuai dengan jurusannya dulu.

Ketiga, kualifikasi pekerjaan yang lebih banyak mencari lulusan sarjana dan diploma. Banyak dari lowongan pekerjaan yang tersedia menyaratkan minimal lulusan SMA/SMK, hal ini berarti lulusan SMK harus bersaing dengan lulusan diploma dan sarjana sehingga proses pencarian kerja bisa menjadi lebih sulit.

Sebagai ilustrasi, lulusan sarjana akuntansi akan lebih dipercaya dan dipekerjakan oleh rekruiter dibandingkan dengan lulusan SMK jurusan akuntansi karena adanya stigma yang menganggap sarjana lebih berkualitas dari lulusan SMK.

Keempat, banyak yang masih pilih-pilih, menunda, dan tidak percaya diri terhadap pekerjaan yang dilamar. Takut mencoba hal baru yang di luar pengalamannya akan membuat para alumni SMK ini tidak percaya diri akan kemampuan dirinya masing-masing.

Mereka lebih memilih kerja dengan apa yang membuat mereka nyaman dan sesuai dengan standar yang mereka mau, ini membuat proses pelamaran kerja akan berlangsung dengan memakan waktu yang cukup lama.

Tidak jarang juga para lulusan baru masih ingin menikmati masa penganggurannya sehingga terlalu nyaman dan menunda untuk mencari pekerjaan.

Kelima, Link and Match tidak terwujudkan dengan baik. Hubungan baik yang terjadi antara sekolah vokasi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) bisa disebut dengan link and match. Tidak terwujudkan di sini berarti kurangnya jalinan dan kepedulian antara kedua hal tersebut.

Contohnya sekolah yang kurang peduli untuk mencari DUDI untuk bekerja sama dan DUDI yang kurang berkomitmen untuk membantu dengan menyediakan lapangan pekerjaan terhadap sekolah tersebut.

Keenam, permasalahan internal dari sekolah. Beberapa hal seperti: fasilitas praktikum pembelajaran yang kurang memadai, kurikulum yang dianggap memberatkan siswa, beberapa guru di SMK yang dituntut untuk memberikan pelajaran di luar kompetensinya karena kurangnya tenaga pengajar bisa menimbulkan kebingungan antara siswa dengan guru.

Hal-hal yang tersebut bisa menurunkan kualitas pendidikan siswa SMK. Bagaimana mereka bisa bersaing nanti jika dari awal mereka sudah kalah secara kualitas?

Bagaimana Solusi Penyelesaiannya?

Upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi pengangguran dari lulusan SMK agar para alumninya bisa terserap DUDI yaitu meningkatkan kualitas siswanya dengan membenahi hal-hal yang bisa diperbaiki dari sekolah dan guru, seperti perbaikan fasilitas praktikum sekolah, penambahan guru-guru yang kompeten di berbagai bidang, dan juga perbaikan kurikulum sekolah menyesuaikan dengan kebutuhan DUDI.

Diperlukan juga kolaborasi dari kementerian pemerintah untuk membantu siswa SMK di bidangnya masing-masing. Kemendikbud bisa membantu menyiapkan lulusan SMK yang kompeten dan Kemnaker bisa membantu dengan mengusahakan tersedianya lowongan pekerjaan untuk lulusan SMK.

Selain itu, siswa SMK bisa menambah soft skills dan hard skills secara mandiri atau ikut pelatihan sertifikasi kompetensi agar bisa menambah kemampuan dan bersaing dengan lulusan tingkat pendidikan lain.

Lulusan SMK juga bisa melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi, hal ini akan cocok untuk seseorang yang ingin memperdalam ilmu kejuruannya yang telah didapatkan sebelumnya atau memilih jurusan yang berbeda untuk menambah pengetahuan.

Pilihan terakhir adalah berwirausaha atau membuka usaha sendiri, dengan ilmu yang telah dibekali di SMK maka tidak menutup kemungkinan lulusan SMK bisa menjalankan usahanya sendiri bahkan bisa membuka lapangan pekerjaan ke orang lain.

Penulis: Nahda Ammar Nida
Mahasiswa S1 Akuntansi UPN “Veteran” Jakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

4 Komentar

  1. Saya setuju dengan perlu diadakannya kolaborasi antara kemendikbud dan kemnaker dalam upaya mengurangi jumlah pengangguran lulusan SMK.

  2. Dalam upaya menangani banyaknya lulusan SMK yang pengangguran, saya setuju dengan perlu diadakannya kolaborasi antara kemendikbud dan kemnaker.

  3. Intinya walau mau lulusan SMK atau lulusan S1 jika minim pengalaman dalam bekerja asalkan mau belajar sesuatu yg baru nanti akan berproses sehingga bisa berkarya di tempat bekerjanya

Komentar ditutup.