Siklus menstruasi merupakan siklus yang terjadi pada wanita setiap bulannya setelah mengalami masa pubertas. Namun, seperti apakah menstruasi itu? Menstruasi adalah hasil peluruhan dinding rahim yang menebal karena tidak adanya proses pembuahan oleh sel sperma.
Menstruasi umumnya terjadi selama 2-7 hari dengan volume darah yang keluar berkisar di antara 30-40 mililiter. Normalnya jarak antara satu menstruasi dengan menstruasi berikutnya adalah 28-30 hari. Siklus menstruasi tidak hanya mencakup keluarnya darah selama 2-7 hari tersebut, tetapi juga termasuk fase sebelum dan setelah menstruasi.
Fase sebelum menstruasi sering disebut dengan fase Pramenstruasi. Pada fase ini sering terjadi perubahan hormon yang cukup tinggi sehingga muncul banyak perubahan fisik pada wanita seperti munculnya jerawat dan seluruh badan terasa nyeri. Sedangkan fase setelah menstruasi disebut dengan fase Praovulasi.
Pada fase ini, dinding rahim yang telah mengalami peluruhan mulai menebal kembali sehingga fase ini juga menjadi masa subur pada wanita. Fase ini terjadi mulai 14 hari setelah fase menstruasi berakhir.
Baca Juga: Menulis sebagai Obat Stres pada Remaja
Sebelumnya, telah disebutkan ketika siklus menstruasi terjadi, terdapat perubahan hormon yang signifikan. Kira-kira, hormon apa sajakah yang berpengaruh pada saat siklus menstruasi terjadi? Berikut adalah hormon yang berpengaruh saat siklus menstruasi yakni hormon Estrogene, hormon Progesterone, FSH, LH, dan juga GnRH.
Hormon Estrogene berfungsi sebagai pengatur siklus menstruasi. perkembangan sistem reproduksi wanita, berperan penting dalam kehamilan yang sehat. Hormon Progesterone berfungsi sebagai persiapan kehamilan yang sehat, mengatur ovulasi dan memicu produksi ASI. Untuk hormon FSH dan LH bekerjasama dalam menjaga siklus menstruasi tetap normal, berperan pada proses ovulasi dan persiapan kehamilan.
Sedangkan hormon GnRH membantu merangsang produksi hormon Estrogene, Progesterone, FSH dan juga LH. Pada dasarnya, seluruh hormon tersebut bekerja sama dalam mengatur siklus menstruasi, persiapan kehamilan dan menjaga sistem reproduksi pada wanita.
Pada fase menstruasi, wanita sangat sering mengalami stres. Apa itu stres dan bagaimana kaitannya dengan menstruasi? Beberapa ahli mendefinisikan stres dengan kalimat yang berbeda-beda.
Menurut Looker & Gregson, stres adalah kondisi ketika tuntutan yang diterima tidak sesuai dengan kemampuan untuk mengatasinya. Sedangkan menurut Hans Selye, stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik akibat tuntutan. Dari kedua pendapat tersebut, stres dapat didefinisikan secara umum yakni reaksi fisik dan mental yang terjadi ketika seseorang menghadapi perubahan lingkungan atau tuntutan yang mengharuskan mereka menyesuaikan diri.
Dari definisi tersebut, stres dipicu karena adanya stressor (tekanan) dan berpengaruh jelas terhadap hormon-hormon reproduksi yang nantinya dapat mempengaruhi fase menstruasi.
Berdasarkan penelitian Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan, siswi yang mengalami stres berlebihan dapat mengalami keterlambatan siklus menstruasi, siklus menstruasi lebih cepat atau bisa juga darah menstruasi yang keluar tidak teratur sesuai waktunya.
Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen stres yang baik agar siklus menstruasi pada wanita dapat berjalan normal dan tidak mengganggu kesehatan fisik maupun mentalnya.
Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk memanajemen stres dengan baik? Mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan mood seperti coklat, ice cream ataupun makanan yang mengandung gula tetapi dengan batas yang wajar.
Berolahraga yang dapat menstabilkan emosi dan menenangkan pikiran seperti yoga, pilates. Melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti menonton film, berlibur, menghabiskan waktu dengan keluarga. Tidur atau istirahat yang cukup, minimal 7-9 jam setiap malam .
Siklus menstruasi menjadi hal yang rutin dialami oleh wanita di tiap bulannya dan penting untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Stres bukanlah hal asing bagi banyak orang khususnya pada wanita yang mengalami siklus menstruasi.
Akan ada dampak buruk yang dapat dialami ketika wanita tidak memanajemen stres dengan baik pada kesehatan tubuhnya. Sehingga perlu adanya kegiatan/aktivitas yang sehat dalam mengatasi stres atau sering disebut dengan coping stress.
Penulis: Rania Windaertin
Mahasiswa Jurusan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News