Membangun Generasi Emas Indonesia

Membangun Generasi Emas

Membangun generasi emas Indonesia pada tahun 2045 adalah cita-cita besar Indonesia yang unggul, maju bersaing dengan bangsa lain, dan cukup dewasa untuk mengatasi masalah klasik bangsa seperti korupsi, masalah pembubaran dan kemiskinan.

Kunci terpenting untuk mewujudkan impian ini bukanlah kekuatan ekonomi, politik atau militer, melainkan manusia. Seperti yang dikatakan Anies Baswedan secara sederhana: “Cara berpikir yang melihat potensi utama suatu bangsa di laut, darat, dan tambang adalah cara berpikir para penjajah. 

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perubahan yang mendasar, sangat cepat dan dinamis dari waktu ke waktu, yang berdampak besar pada semua aspek kehidupan manusia.

Bacaan Lainnya

Teknologi robotik, kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, bioteknologi, Internet of Things, big data dan kendaraan tanpa pengemudi merupakan produk teknologi modern yang kemudian melahirkan Revolusi Industri 4.0 yang menekankan aspek digitalisasi dan otomasi untuk menciptakan sistem teknologi modern. yang lebih efektif dan efisien tanpa gangguan.

Revolusi Industri 4.0 atau era pergolakan teknologi digital merupakan masa inovasi dan perubahan yang masif dan mendasar yang akan mengubah sistem dan cara hidup lama menjadi baru dengan inovasi dan kreativitas baru. 

Era Revolusi Industri 4.0 telah membawa disrupsi pada berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk dunia pendidikan, yang dapat menghadirkan peluang sekaligus tantangan.

Hal ini dipandang sebagai peluang, karena perkembangan teknologi digital melalui Internet of Things menawarkan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memperoleh informasi dan pengetahuan melintasi batas ruang dan waktu.

Pada saat yang sama, tantangannya adalah siapa pun dapat dengan mudah mengakses situs porno atau judi online. Siswa ingin bersenang-senang berselancar di dunia maya dengan membuka dan memainkan aplikasi game online mereka daripada bahan pelajaran mereka.

Guru lebih tertarik untuk memperbarui status media sosial mereka daripada meningkatkan keterampilan belajar dan inovasi mereka. Perkembangan era digital ini memiliki dampak positif dan negatif, sehingga tidak cukup menguasai teknologi informasi saja, namun mengingat kualitas kehidupan manusia yang beradab, diperlukan sikap yang cermat terhadap teknologi. 

Menurut Chairul Tanjung (2018) yang mempresentasikan Rangkaian Kuliah Eksekutif di PSKK Pusat Studi Politik dan Demografi Universitas Gajah Mada mengatakan bahwa saat ini kita memiliki dua anomali yang luar biasa, yaitu di bidang teknologi yang dapat dilacak hingga kegiatan industri.

Revolusi 4.0 dan perubahan gaya hidup generasi yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup. Revolusi Industri 4.0 telah membawa perusahaan teknologi digital seperti Google, Facebook, YouTube dll menguasai ekosistem dan perekonomian dunia.

Saat ini, data merupakan aset yang paling berharga bagi perusahaan dibandingkan dengan aset fisik seperti tanah, bangunan, dll.

Ada tanda-tanda bahwa banyak perusahaan terbesar di dunia mulai melirik teknologi Metaverse, dunia maya yang bertindak sebagai replika digital. diciptakan dari dunia nyata. Konsekuensi logisnya, perkembangan teknologi ini akan berdampak besar pada gaya hidup masyarakat di masa depan. 

Berbagai kajian tentang perkembangan Revolusi Industri 4.0 dinilai berpotensi mereduksi peran manusia atau terdorong oleh teknologi, menciptakan sebuah gagasan yang mencerminkan dinamika sosial masyarakat masa depan yang dirancang untuk dilakukan oleh manusia.

Teknologi mengendalikan orang, bukan sebaliknya. Konsep masyarakat masa depan yang diprakarsai dan dipromosikan oleh pemerintah Jepang sebagai Society 5.0 adalah konsep sosial berbasis teknologi yang berpusat pada manusia.

Menurut sikap, ini berarti bahwa sosial budaya masyarakat masa depan harus memanusiakan manusia dengan bantuan teknologi, jika teknologi terlalu diprioritaskan tanpa mempertimbangkan sudut pandang manusia, akibatnya bisa berbahaya.

Pemerintah Jepang meluncurkan model Era Super Smart Society 5.0 pada 2019 untuk mengantisipasi disrupsi dari Revolusi Industri 4.0 yang diyakini telah menimbulkan kompleksitas, ketidakpastian, dan pelemahan nilai-nilai kemanusiaan.

The Land of the Rising Sun telah meneliti dan menilai bahwa Society 5.0 merupakan konsep masyarakat modern sebagai solusi atas tantangan dan permasalahan yang ditimbulkan oleh Revolusi Industri 4.0. 

Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 penuh dengan tantangan dan peluang yang tidak dapat dihindari, namun harus dihadapi dengan mengutamakan dunia pendidikan yang berperan penting dalam menciptakan SDM unggul dan meningkatkan kualitas permainan.

Syarif Burhanuddin (2018), Direktur Pembinaan Konstruksi PUPR berpendapat bahwa perkembangan teknologi yang semakin pesat ini tidak dapat dihindari tetapi harus dilawan dengan menyediakan data, teknologi dan sumber daya manusia yang cukup sebagai modal.

Karakteristik Industri Barangkali revolusi akan datang yang mensyaratkan tiga hal, yaitu dinamika perkembangan dunia industri, yang harus siap menghadapi tuntutan pragmatis kecepatan dan kecepatan, dan manusia yang juga harus bisa saling berkomunikasi dan bekerjasama menyelesaikan pekerjaan secara efisien dan menyelesaikannya tepat waktu.

Dwi Nuran (2021), Analis Implementasi Kurikulum Pendidikan, Direktorat Sekolah Dasar, menegaskan bahwa satuan pendidikan juga memerlukan perubahan paradigma pendidikan untuk menghadapi Society 5.0.

Di antaranya, guru meminimalkan perannya sebagai penyedia materi pembelajaran, pelatih menjadi sumber inspirasi tumbuhnya kreativitas siswa. Pendidik bertindak sebagai fasilitator, pembimbing, pemberi inspirasi dan pembelajar sejati, mendorong siswa untuk “kebebasan belajar”. 

Menurut PBB, tantangan pendidikan abad 21 adalah membangun masyarakat berbasis pengetahuan dengan (1) teknologi informasi dan komunikasi serta literasi media (TIK & literasi media) dan (2) keterampilan berpikir kritis (critical). keterampilan berpikir), (3) pemecahan masalah, (4) keterampilan komunikasi yang efektif; dan (5) keterampilan kolaboratif (collaborative skill). Kelima karakteristik masyarakat abad 21 di atas dapat dibangun dengan mengintegrasikan teknologi digital ke dalam proses pembelajaran.

Sebagai pendidik, mereka harus memotivasi diri untuk meningkatkan literasi teknologi digital mereka untuk merancang, meningkatkan dan menggunakan perangkat teknologi dalam proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk mendukung dan membimbing siswa mereka dalam menghadapi tantangan global abad ke-21.

Menurut Zulkifar (2019), Director of Educational Consulting Services (High Performance) Hafecs, di era Society 5.0, guru harus lebih inovatif dan dinamis saat mengajar di kelas, guru harus mengukur diri sendiri apakah sudah baik atau belum.

Cara dia mengajar muridnya sangat tepat dan tidak terlalu mengukur muridnya. Oleh karena itu, sebagai pendidik masyarakat 5.0 perlu mengetahui cara memanfaatkan teknologi secara bijak, antara lain; Internet of Things (IoT), virtual/augmented reality (VR/AR), artificial intelligence (AI) dalam dunia pendidikan untuk menemukan dan mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa agar pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, kontekstual dan desain yang beragam. 

Penulis: Imam Hafidz Ma’ruf
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Raden Mas Said Surakarta

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI